Turki 2015 – Istanbul

15. Istanbul dan sekitarnya

Dari Cappadocia kami terbang dengan Pegasus Airlines menuju Istanbul, setelah sampai di Airport langsung menuju apartment tempat kami menginap selama 4 malam, yaitu di Terbıyık SK no 6 Sultanahmet.  Apartment ini sangat nyaman terdiri atas 4 kamar, suasana serasa di rumah sendiri. Dari apartment inilah kami berselancar di kota Istanbul dan sekitarnya.

Hagia Sophia

Hagia Sophia dibangun oleh Constantinius II pada tahun 360 M, awalnya dinamakan Megali Eklesia’dir atau Big Church. Setelah abad ke-5 namanya diganti menjadi Hagia Sophia yang bermakna Holy Wisdom. Selama 916 tahun Hagia Sophia digunakan sebagai gereja oleh umat Kristen di kota Konstantinopel. Pada tahun 1453 M, kota ini ditaklukan oleh Sultan Mehmed II dari Kesultanan Ottoman. Sejak itu Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul dan Hagia Sophia beralih fungsi dari gereja menjadi masjid selama 482 tahun. Setelah itu Hagia Sophia beralih fungsi lagi menjadi museum sampai sekarang.

Hagia Sophia merupakan salah satu bangunan tertua di dunia, yaitu berusia sekitar 1400 tahun. Awalnya hanya berupa bangunan gereja kecil, pada abad ke-6 bangunannya hancur dan didirikan lagi gereja baru yang menjadi dasar berdirinya bangunan seperti sekarang. Sebagian besar bangunannya dari marmer, sayangnya, bahan tersebut banyak yang rusak, di sekitar pintu masuk tampak kerusakan akibat dua penjaga pintu yang selalu menghentakkan kaki sebagai tanda penghormatan kepada raja atau tamu penting ketika masuk ke dalam gedung. Kekaisaran Romawi Timur yang membawa agama kristen ortodoks cukup mewarnai Konstatinopel saat itu, sehingga Hagia Sophia memiliki desain yang kuat sekali keortodokannya. Namun, sejak kekaisaran Ottoman karena diubah fungsinya menjadi masjid, maka ditambahkan 4 pilar sebagai penanda bangunan masjid.

Untungnya Umat Islam saat itu sangat bijak dalam mengubah gereja ini, mereka sebisa mungkin tidak banyak mengubah desain aslinya yang bernilai seni tinggi. Hal ini terbukti dengan tanda salib yang terletak di pintu-pintu tidak diganti semua, tapi cukup dihilangkan bagian horizontalnya saja agar tidak berbentuk salib. Selain itu, ada pula lukisan Yesus ditengah-tengah tulisan Allah dan Muhammad, tepat diatas mimbar tetap dibiarkan. Tidak hanya lukisan Yesus, di sini juga terdapat lukisan tokoh besar dalam Islam seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, hingga Husein. Ada banyak pula mozaik-mozaik yang bercerita tentang kehidupan raja-raja ribuan tahun lalu di dinding. Karya ini tidak dihilangkan, tapi beberapa ditutup dan lainnya sedikit didesain ulang. Hal tersebut membuatnya istimewa karena merangkul kejayaan dua agama selama ribuan tahun.

Empat pilar tambahan sebagai penanda masjid
Lukisan Yesus diantara Tulisan Allah dan Muhammad

Blue Mosque

Blue Mosque atau Masjid Biru atau yang lebih dikenal Masjid Sultanahmet adalah masjid yang terkenal dan menjadi ikon wisata di Turki. Blue Mosque dibangun pada tahun 1609-1616 pada masa Sultan Ahmed I dan masih berfungsi sebagai masjid sampai sekarang. Pengalaman menarik, ketika kami berkesempatan mengikuti sholat magrib berjamaah di masjid ini, ketika imam sampai akhir bacaan Al-Fatihah, kami seperti biasa melanjutkan bacaan Aamiin dengan keras (jahar). Oo ternyata hanya kami yang menjaharkan Aamiin tersebut, jamaah yang lain membacanya dengan pelan, demikian pula ketika duduk pada tahyat akhir lagi-lagi kami saja yang duduknya khas seperti di Indonesia, sementara jamaah yang lain bentuk duduk tahyat akhir sama saja dengan duduk pada tahyat akhir, baiklah kami semakin paham sekarang.

Masjid Biru memang memiliki pesona tersendiri, tidak hanya karena keindahan arsiteknya akan tetapi juga kisah pendiriannya dan rahasia yang terdapat pada masjid ini mengundang kekaguman bagi siapa saja yang mengunjunginya. Masjid Biru terletak di kota tua Istanbul, berdekatan dengan Hagia Sophia. Masjid ini disebut Masjid Biru karena keindahan interiornya yang didominasi warna biru sehingga menimbulkan kesan damai dan tenang. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Ahmed I pada periode pemerintahan 1603 – 1617. Masjid tersebut dirancang oleh arsitek terkenal di masa itu yaitu Mehmed Aga dan mulai dibangun pada tahun 1609 dan selesai pada tahun 1616. Sultan Ahmed I sengaja membangun Masjid Biru ini karena ingin menandingi bangunan Hagia Sophia yang dibangun pada masa kejayaan Bizantium. Sultan Ahmed I wafat saat berumur 27 tahun, atau 1 tahun setelah selesainya pembangunan masjid ini. Kemudian dia dimakamkan di halaman masjid ini, begitu juga istri dan ketiga puteranya.

Kisah dan sejarah pembangunan masjid ini juga menarik, konon kabarnya Sang Sultan memerintahkan kepada Sang Arsitek Mehmed Aga untuk membangun Menara yang terbuat dari emas, akan tetapi karena kata “emas“ dalam Bahasa Turki “altin“ mirip dengan kata  enam yang dalam Bahasa Turki yaitu “alti ”. Karena salah dengar, sang arsitek tidak membangun menara emas, tapi malah membangun 6 buah menara yang megah. Setelah dibangun menaranya awalnya Sultan Mehmed merasa kecewa, akan tetapi setelah melihat keindahannya konon Sultan Ahmed I justru terpukau dengan desain 6 menara yang unik itu. Ketika pembangunan masjid ini selesai dengan 6 buah menara, terjadilah kontroversi bahwa jumlah menaranya menyamai jumlah menara Masjidil Haram. Supaya berbeda kemudian Sultan Ahmed memerintahkan untuk membangun 1 lagi menara di Masjidil Haram tanpa mengubah menara di Masjid Biru.

Di atas pintu gerbang Masjid Biru terpasang rantai besi yang terlihat janggal, menurut cerita, pada masa lalu hanya Sultan Ahmed saja yang boleh memasuki masjid dengan menunggangi kuda, oleh karena itu rantai tersebut sengaja dipasang supaya sultan ketika masuk ke dalam halaman masjid harus menundukkan kepalanya supaya kepalanya tidak terantuk rantai tersebut. Inilah simbol kerendahan hati seorang raja waktu  itu.

Rantai di Pintu Gerbang Masjid Biru

Dibalik keindahan arsitekturnya, Masjid Biru menyimpan misteri sekaligus sebagai masterpiece seni aritektur Turki. Apabila diperhatikan secara seksama biasanya di langit langit gedung tinggi terdapat sarang laba laba, hebatnya ternyata di area kubah Masjid Biru tidak terdapat sarang laba laba, bisa tetap bersih dari sarang laba laba. Rupanya para arstitek yang membangun Masjid Biru mempunyai resep ampuh, yaitu telur burung unta. Tepat di tengah kubah terbesar yang berdiameter 24 meter, menjuntai rantai panjang. Tiga meter dari titik tengah kubah terdapat ‘chandeliers’ berbentuk segitiga tempat meletakkan telur burung unta di ketiga sudutnya. Sepertinya telur burung unta mempunyai kandungan zat tertentu yang aromanya tidak disukai laba-laba.

Masjid Biru menggabungkan beberapa seni arsitektur Byzantium dan Hagia Sophia dengan arsitektur tradisional Islam masjid yang dianggap sebagai masjid besar terakhir dari periode klasik. Berbentuk kubus dan berdiri kokoh dengan 6 menara yang menjulang tinggi, kemudian diameter kubah 23,5 meter dengan tinggi kubah 43 meter yg dilengkapi dengan 4 setengah-lingkaran kubah dari 4 arah yg berbeda,  dan kolom beton berdiameter 5 meter. Pada dasarnya Masjid Biru ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Area Bangunan Utama masjid dan Area Pelataran Tengah yang dikelilingi koridor yang menyatu dengan bangunan utama, sehingga apabila ruang utama masjid tidak dapat menampung jamaah, maka pelataran tengah bisa juga digunakan untuk menampung jamaah yang melimpah.

Menara yang menjulang tinggi menambah kesan gagah dari masjid ini. Bentuknya ramping dan runcing, seperti pensil yang diraut merupakan hasil seni arsitektur pada saat itu, masing masing Menara dilengkapi dengan tiga balkoni (dalam Bahasa Turki disebut (Şerefe) dengan penopangnya yang dibentuk seni muqornas (Stalaktit). Waktu itu menara ini selain sebagai penanda masjid dari jarak jauh juga menjadi tempat mengumandangkan adzan. Jadi setiap tiba waktu adzan, muadzin akan meniti tangga berputar di dalam menara untuk menuju ke pucuk menara dan mengumandangkan adzan dari atas menara, supaya suara adzan terdengar sejauh mungkin. Akan tetapi saat ini Masjid Biru sudah menggunakan pengeras suara sehingga muadzin tidak perlu lagi naik ke atas, tapi cukup dipasang speaker yang mengumandangkan adzan lebih jauh.

Keindahan interior masjid begitu kental dengan keramik berwarna biru. Tak kurang 20.000 keping keramik hasil kerajinan keramik terbaik daerah Iznik Turki menghiasi masjid yang bermotifkan daun, tulip, mawar, anggur, bunga delima atau motif-motif geometris. Keramik pada lantai bawah dibuat dg desain tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dg disain bunga dan buah-buahan. Semua keramik ini didisain oleh seorang ahli keramik dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Masjid Biru sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran di tahun 1574.

Keindahan Interior Masjid Biru dengan 20 ribu keping keramik

Di dalam Masjid Biru terdapat lebih dari 200 kaca hias dipakai untuk jendela masjid yg memberi jalan bagi cahaya dari luar. Sedangkan lampu-lampu masjid yg awal, dihiasai dengan emas dan batu berharga. Pada tiap semi dome (kubah setengah lingkaran) dilengkapi dengan 14 jendela dan 28 jendela pada kubah tengahnya. Kaca berwarna yg dipakai pada jendela-jendela ini adalah hadiah persembahan dari Ratu Venice kepada Sang Sultan. Hanya saja sebagian besar dari kaca-kaca ini sudah direstorasi agar tampak bagus. Sedangkan pada kusen dan bingkai jendela memiliki hiasan yang sangat menarik, dikerjakan dengan teknik Opus Sectile yaitu ragam hias dengan merangkai potongan potongan berbagai material pilihan kemudian dirangkai satu persatu membentuk pola tertentu sebagaimana sebuah mozaik.

Selain itu karpet sutera terbaik terhampar di lantai masjid ini dan lampu-lampu minyak yang terbuat dari kristal merupakan produk impor. Banyak terdapat barang-barang dan hadiah berharga di masjid ini, termasuk Al Quran bertuliskan tangan. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam. Dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik pada masa itu.

Topkapi Palace

Istana Topkapı merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun (1465-1856). Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II, 6 tahun setelah penaklukan kota Istanbul. Topkapi awalnya memiliki nama Yeni Saray atau Saray-ı Cedîd-i Âmire yang berarti New Palace atau Istana baru. Lalu Old Palace-nya ada dimana? Old Palace-nya berada di lokasi Istanbul University sekarang. Pada abad 19 nama istana ini diganti menjadi Topkapi yang memiliki arti Cannon Gate.

Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di Bosporus. Pada tahun 1856, Sultan Abd-ul-Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe.

Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul”, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Topkapi Palace menempati area yang amat luas terletak di pinggir pantai selat Bosphorus dan berada tidak jauh dari Hagia Sophia. Dari Topkapi Palace kita bisa melihat indahnya selat Bosporus dan Golden Horn. Lokasinya yang berada di bukit di tepi laut membuat istana ini begitu indah dipandang mata. Istana di kelilingi tembok besar. Di dalam tembok terdapat bangunan-bangunan tempat raja, keluarga dan para pembantunya, di dalam areal kerajaan terdapat gedung-gedung yang tidak terlalu besar. Diantara gedung tersebut terdapat pepohonan dan taman. Kompleks istana yang terdiri atas empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil ini dahulu dihuni oleh 4.000 orang. Topkapi palace juga memiliki total luas sekitar 700.000 meter persegi dan dikelilingi benteng sepanjang 5 kilometer.

Begitu masuk Topkapi Palace perhatian kita langsung tertarik ke arah sebelah kanan, yaitu sebuah bangunan dengan 20 cerobong asap yang amat tinggi. Ternyata bangunan ini dulunya merupakan dapur kerajaan. Dapur ini dibuat pada abad ke 15 terdiri dari 10 bangunan besar. Konon dapur ini dapat menyiapkan makanan untuk 4.000 orang yang disiapkan pelayan dapur yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang. Di koridor bangunan ini diletakkan batu-batu prasati bertulisan arab, mungkin ini beberapa peninggalan yang ditemukan di area istana. Di dalam bangunan ini koleksi porselen peralatan makan kerajaan di simpan, ada poselen dari Jepang, China, Eropa, dan porselen Istanbul. Peralatan masak juga di simpan di salah satu bagian di bangunan dapur ini.

Di dalam Topkapi Palace kita bisa menikmati keindahan bangunan kesultanan jaman dahulu, mulai dari keramik dengan berbagai motif indah, juga kaligrafi yang tertempel di dinding-dinding setiap ruangannya. Selain itu, langit-langit bangunan dihias kaligrafi dan warna yang sangat menarik tak hentinya membuat kami mengagumi tempat ini. Ada juga perhiasan cincin, kalung, gelang emas yang dihiasi dengan batu-batu permata warna-warni, wadah minuman dan cangkir yang sisi luarnya bertahtakan permata, kursi raja yang dibungkus emas dan diperindah dengan batu permata warna-warni yang sangat indah.

Perjalanan terasa menyenangkan karena kita akan terhibur dengan taman yang indah dengan bunga-bunga berwarna merah merona. Pepohonan hijau yang rindang juga akan menyejukkan siapa saja yang melewatinya. Untuk masuk ke Topkapi ini kita harus membeli tiket seharga 30 Lira di loket yang tersedia di dekat pintu masuk. Pintu masuknya sendiri seperti gerbang benteng, ya karena memang bekas gerbang kerajaan, dihiasi dengan kaligrafi Syahadat di atas pintu dan juga Tughra, sejenis monogram, cap atau tanda tangan Sultan Utsmaniyah. Komplek Topkapi ini memang sangat luas, butuh waktu dan energi ekstra jika ingin melihat semuanya. Kompleks istana Topkapi terdiri dari beberapa lapisan yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan sultan dan keluarganya.

Salah satu tempat yang sayang untuk dilewatkan dari istana topkapi ini adalah harem, yaitu merupakan tempat tinggal para istri dan ibu dari sultan dengan jumlah ruangan banyak sekali. Beberapa ruangan di bangunan ini lebih indah dibandingkan ruangan lainnya karena dindingnya yang dihiasi motif bunga yang indah dan tentu saja kaligrafi dengan warna yang sangat menarik. Tidak salah kalau para istri sultan ketika itu akan betah berada di sana, apalagi dengan sofa-sofa rendah yang empuk.

Selanjutnya kita memasuki tempat yang disebut Sacred Relics Topkapi Palace, tempat inilah yang WAJIB didatangi. Meskipun antrian lumayan panjang, tetapi tidak menyurutkan niat pengunjung untuk masuk ke tempat ini. Karena disitulah tempat peninggalan para nabi dipamerkan. Menariknya di Sacred Relics ini pengunjung yang bukan beragama Islam diharuskan memakai sarung kepala atau selendang dan menutup kaki mereka dengan kain sarung untuk menghormati barang-barang peninggalan nabi-nabi tersebut.


Ruangan ini dulu adalah ruangan pribadi sultan, merinding rasanya karena untuk pertama kalinya kami melihat secara langsung koleksi museum topkapi tongkat Nabi Musa AS, tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar, memakan ular kecil penyihir Mesir. Ribuan tahun berlalu tapi tongkat beliau masih terjaga baik. Tongkat berwarna coklat kehitaman. Terbuat dari cabang pohon, lurus dengan dua cabang di ujung atasnya. Juga terdapat serban Nabi Yusuf, peninggalan Nabi Ibrahim, telapak kaki Nabi Muhammad SAW, pedang Nabi Muhammad dan para sahabat termasuk pedang Khalid al-Walid, janggut Nabi Muhammad SAW, pakaian Fatimah az-Zahrah, kunci-kunci Ka’bah, talang emas, kiswah, pembungkus hajar aswad juga disimpan di ruangan ini. Suasana menjadi semakin syahdu karena ada seorang qori yang sedang melantunkan ayat suci al qur’an. Konon kabarnya dulu, bacaan Al-Qur’an dilantunkan tanpa henti selama 24 jam nonstop selama lebih 407 tahun (antara tahun 1517-1924 M).

Pedang Nabi Muhammad SAW
Jubah, stempel, rambut dan sandal Nabi Muhammad SAW

Basilica Cistern

Basilica Cistern dalam bahasa Turki dikenal dengan Yerebatan Sarnici atau Istana Tenggelam. Basilica Cistern dengan struktur bawah tanah ini merupakan salah satu peninggalan arsitektur bernilai sejarah tinggi. Basilica Cistern sesungguhnya adalah tempat penyimpanan air berukuran raksasa untuk istana raja Byzantium. Letaknya di bawah tanah kota Istanbul. Dari luar terlihat sederhana, karena sebagian besar struktur ini memang terletak di bawah tanah. Daya tarik utama Basilica Cistern adalah 336 pilar marmer yang menyangga struktur. Beberapa pilar dihiasi ukiran kepala Medusa, sang Gorgon yang diputar. Lantainya senantiasa tergenang air dan dihuni oleh ikan karper. Sementara bagian samping difungsikan sebagai kafe untuk para wisatawan.

Basilica memiliki 336 pilar dengan tinggi masing-masing 9 m

Basilica Cistern didirikan atas perintah Kaisar Konstantin dan diperluas pada masa Justinianus. Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dan pusat kesenian seluas dua lapangan bola. Di sana Justinianus mengadakan rapat untuk membahas permasalahan hukum dan dagang dengan para pejabatnya. Kemudian Justinianus memerintahkan perombakan Basilica Cistern menjadi tempat penyimpanan air untuk istana dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Basilica Cistern kala itu bisa menampung hingga 100.000 ton air bersih. Setelah Kekaisaran Ottoman menguasai Turki, Basilica Cistern masih menyuplai air bersih untuk Istana Topkapi.

Dilansir Smithsonian, Basilica Cistern ditemukan kembali oleh sejarawan Petrus Gyllius pada tahun 1545 ketika Istanbul masih menjadi bagian dari Konstantinopel. Namun tempat itu masih belum layak dikunjungi selama puluhan tahun berikutnya karena dipenuhi sampah, mayat, dan lumpur. Setelah upaya pembersihan pada tahun 1980-an, kini Basilica Cistern menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik di Istanbul.

The Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici terletak di barat daya Hagia Sophia, objek wisata dan salah satu landmark Kota Istanbul. Bagi yang pernah menonton film berjudul Inferno yang diangkat dari novel thriller karya Dan Brown (2013) dengan judul yang sama, pasti ingat adegan klimaks di mana si tokoh utama, Robert Langdon yang diperankan Tom Hanks menyusuri satu tempat gelap dengan banyak pilar kokoh dan kolam air di dalamnya, dirilis tahun 2016, itulah keindahan Basilica Cistern di salah satu adegan film tersebut.

Untuk memasuki Basilica, kita harus menuruni 52 anak tangga. Ketika pertama kali memasuki Basilica Cistern, kita akan dibuat takjub dengan barisan tiang-tiang marmer berukuran besar yang memenuhi seluruh ruangan Basilica Cistern. Lampu-lampu temaram serta lembabnya udara di dalam situs tersebut pun semakin menambah suasana misterius di dalamnya. Peringatan juga bagi yang mengunjungi Basilica agar tetap berhati-hati dengan langkah kaki karena hampir seluruh jalan yang berada di dalam situs basah karena tetesan air. Meski dulunya dikenal sebagai tempat penampungan air, namun saat ini praktis hanya dapat ditemukan beberapa tempat dengan kolam yang terisi dengan air.

Panjang situs ini sendiri sekitar 140 meter dengan lebar 70 meter, dan memiliki luas sekitar 9.800 m². Basilica memiliki total 336 pilar yang tingginya masing-masing sembilan meter. Pilar-pilar ini dibangun dengan sangat beraturan, dalam 12 baris dan di tiap barisnya ada 28 pilar yang masing-masing berjarak 4,8 meter. Di bagian langit-langitnya tampak berbentuk melengkung yang menghubungkan puncak pilar satu dengan yang lainnya.

Bagi wisatawan, ada satu spot menarik yang kerap menjadi daya tarik. Spot itu yakni tiang yang di bagian alasnya terdapat pahatan yang membentuk kepala Medusa. Satu dalam posisi terbalik, satunya lagi dalam posisi berbaring atau miring. Tidak jelas dari mana dua kepala Medusa ini berasal dan kapan dibawa masuk dan dipasang di Basilica Cistern. Ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa kepala Medusa ini dibawa hanya untuk difungsikan sebagai alas pilar, karena zaman dulu Medusa dipercaya bisa melindungi tempat yang dianggap penting. Tapi hingga kini belum ada yang bisa memastikan kesahihan teori ini. Jadi, bagaimana dan mengapa kepala Medusa ini dapat berada di sini masih menjadi misteri. Tetapi yang jelas, kepala Medusa yang berwarna kehijauan ini adalah highlight Basilica Cistern yang mengesankan.

Spot Medusa Terbalik

Spot Medusa Miring

Satu spot lainnya yang wajib diabadikan yaitu ‘Pilar Menangis’ atau Crying Pillars. Sebutan itu disematkan karena kondisi pilar yang terus basah dialiri air, sehingga terlihat laiknya seperti pilar yang menangis. Pilar yang dihiasi dengan motif sulur berwarna kehijauan ini, konon dibangun untuk mengenang ratusan pekerja yang tewas saat proses pembangunan situs Basilica Cistern ini. Ada satu mitos menarik pula di Basilica Cistern yang harus kamu ketahui. Bila saat kamu berjalan di dalam situs Basilica dan kepalamu terkena tetesan air, orang lokal percaya itu sebagai pertanda bahwa nantinya kamu akan kembali lagi mengunjungi Turki.

Crying Pillars dengan ukiran sulur

Dolmabahce Palace

Dolmabahce Palace atau dalam bahasa Turkinya Dolmabahçe Sarayı berada di Besiktas. Tepatnya berada di depan stadion Besiktas. Istana ini adalah pusat administrasi Kesultanan Ottoman dari tahun 1856 hingga tahun 1887 dan tahun 1909 hingga tahun 1922. Dolmabahce Palace dibangun pada masa Sultan Abdulmecit I tahun 1843-1856. Sebelumnya keluarga sultan tinggal di Topkapi Palace namun karena gaya, arsitektur, dan kenyamanannya terasa kurang dibanding dengan istana di kerajaan Eropa lainnya, Abdulmecit I memutuskan membangun istana baru yang lebih modern. Pembangunannya menghabiskan biaya 5 juta Lira emas Ottoman, 35 ton emas, atau hampir sama dengan 1.5 juta USD uang masa kini. Pada masa itu, uang sebanyak ini setara dengan 25% pajak tahunan yang diterima oleh Kesultanan Ottoman.

Dolmabahce Palace menempati area seluas 45,000 m2 (11.1 hektar), memiliki 285 ruangan, 46 ruang pertemuan, 6 kamar mandi, dan 68 toilet. Desain arsitekturnya amat bagus. Kalau kamu pergi Turki, Dolmabahce Palace adalah lokasi yang wajib dikunjungi. Lokasinya pun mudah dijangkau. Bila naik trem (Metro Istanbul) kita bisa turun di stasiun Kabatas. Dari stasiun ini tinggal jalan kaki saja selama 10 menit. Istana ini berada persis di depan stadion klub sepakbola Besiktas.

Dolmabahce Palace, Istana Modern yang dibangun pada tahun 1843-1856 M

Benteng Rumelia (Rumeli Hisari)

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel.” (HR Ahmad, Ad Darimi dan Al Hakim)

Demikianlah sejak hadits tersebut disampaikan, perjuangan penaklukan konstatinoperl tidak pernah berhenti, kisah heroik selalu menjadi energi tak berujung juga keyakinan para pejuang Islam sepanjang zaman. Sementara itu patut dicamkan bahwa orang yang hebat bukan hanya saja mengakui kebenaran hadits tersebut, namun ia akan berusaha sangat keras dan gigih untuk menjadi mereka-mereka yang mewujudkan kebenaran tersebut. Oleh karena itu setiap khalifah berambisi untuk menaklukkannya. Mulai dari Utsman bin Affan, Mu’awiyah, Harun Ar-Rasyid, dan Sultan Bayazid Al-Utsmani. Penaklukkan ibu kota kerajaan Romawi Timur itu baru terjadi pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M.

Tapi penaklukkan itu tidaklah mudah. Sang Sultan melakukan persiapan yang matang dan mantap agar kegagalan seperti yang dialami para pendahulunya tidak terulang lagi. Di antara persiapan tersebut adalah mendirikan Rumeli Hisari (Benteng Rumelia). Sejak lama Sultan Al-Fatih menyelidiki Konstantinopel. Setelah menganalisa, ia memutuskan untuk memutus urat  utama Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus yang menjadi jalur utama perdagangan dan transportasi bagi Konstantinopel serta suplai logistiknya melalui pembangunan Rumeli Hisari.

Rumeli Hisari dibangun di tepi Selat Bosphorus, Istanbul-Turki. Benteng yang dibangun Sultan Muhammad II Al-Fatih sebelum menaklukkan Konstantinopel ini memiliki tinggi 82 meter dengan menara citadel yang dibangun oleh 5000 pekerja. Ide untuk membangun benteng ini muncul dalam benak Sultan Al-Fatih pada tahun 1451 atau sekitar dua tahun sebelum penaklukkan Konstantinopel.

Sultan memandang bahwa tidak mungkin dalam posisi yang unggul bila dia tidak mampu menyeberangi sisi Benua Asia menuju sisi Benua Eropa di dekat Konstantinopel dengan aman. Sebab, Laut Dardanella di bawah kendali Angkatan Laut Italia. Memang ketika itu di sisi Benua Asia telah berdiri Anadolu Hisari (Benteng Anatolia) yang dibangun Sultan Bayazid I, ayah Sultan Al-Fatih pada tahun 1394 M. Oleh karena itu, Sultan Al-Fatih perlu menguasai Selat Bosphorus dan memotong pasokan makanan yang dikirimkan koloni-koloni Yunani di wilayah Laut Hitam ke Konstantinopel. Untuk itu, dia segera memerintahkan pendirian Rumeli Hisari.


Benteng yang terletak di Distrik Sanyer ini memiliki tiga menara. Masing-masing menara diberi nama sesuai dengan nama menteri sang sultan yang memimpin pembangunan benteng itu. Benteng pertama disebut “Benteng Sadrazam Candarli Halil Pasya”. Lokasi benteng ini paling dekat dengan pintu gerbang benteng. Benteng kedua, yang terletak di sebelah selatan disebut “Benteng Zaganos Pasya”. Sementara itu, benteng ketiga yang terletak di sebelah utara disebut “Benteng Sanca Pasya”. Benteng itu mulai dibangun pada Sabtu, 15 April 1452. dengan kata lain, benteng yang semula dikenal dengan sebutan “Bogazkesen”, yang berarti “Pemotong Selat”, dibangun hanya dalam waktu sekitar empat bulan.

Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi sultan Dinasti Utsmani, sang ayah sudah terlebih dahulu mendirikan Benteng Anadolu Hisari dengan tujuan juga untuk menaklukkan Konstantinopel. Benteng ini didirikan pada 1393-1394 M di lahan sekitar 7000 meter persegi dan berada di titik tersempit Selat Bosphorus. Benteng setinggi 25 meter ini digunakan sebagai “menara pengintai” yang mengintai lalu lintas kapal-kapal yang hendak menuju Laut Hitam. Menara ini juga didirikan bertujuan memperlemah kekuatan Kekaisaran Byzantium sebab dengan adanya benteng ini, bantuan militer dari koloni Byzantium di wilayah Laut Hitam seperti Caffa, Sinop, dan Amasra, menjadi kesulitan mencapai Konstantinopel karena kapal itu tidak bisa melintasi Selat Bosphorus. Semua kapal yang melintas di Selat Bosphorus diharuskan membayar pajak yang disetor kepada Dinasti Utsmaniyah terlebih dahulu. Benteng Anadolu Hisari terletak berhadapan dengan Rumeli Hisari, benteng yang berada di sisi Eropa Selat Bosphorus didirikan oleh Sultan Al-Fatih pada tahun 1452 M. Kedua benteng ini hanya terpisah selat selebar 500 meter.


Setelah mendirikan Rumeli Hisari, mulailah Sultan Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel. Setelah mengepung Konstantinopel selama beberapa bulan, akhirnya 200.000 pasukan yang dipimpin Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang kokoh. Yang membuat takjub adalah strategi Sultan yang memindahkan 72 kapal perang dari Selat Bosporus ke Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) yang merupakan titik terlemah pertahanan Byzantium, melalui daratan. Sultan Al-Fatih telah mengubah daratan menjadi lautan.


Penaklukkan terjadi pada 29 Mei 1453 M. Penduduk Konstantinopel yang beragama Kristen diperlakukan dengan baik. Mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Sementara itu sang Sultan menuju gereja Hagia Sophia dan meminta azan dikumandangkan sebagai tanda gereja itu telah diubah menjadi masjid. Ia pun mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul yang berarti kota Islam. Sabda Rasulullah yang keluar dari lisan beliau sekitar 800 sebelumnya akhirnya terealisasi. Beliau bersabda, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik panglima adalah panglima yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”

Benteng Rumeli di sisi Eropa 

Benteng Anadolu di sisi Asia

Museum of Turkish and Islamic Art

Islamic art museum Turkey adalah sebuah museum seni dan turki yang terletak dilapangan sultan ahmet tepatnya di dekat Masjid Biru, distrik faith Istanbul turki. Museum ini berdiri di bekas istana Ibrahim pasha yang merupakan vizier agung dari Suleiman yang luar biasa dan suami dari saudari sultan, hatice sultan  bangunan ini menghadap ke hippodrome. Museum ini memiliki 40.000 koleksi yang mengagumkan serta tatanan ruangan yang sangat menakjubkan. Disini setiap ruangan akan difokuskan pada setiap periode yang berbeda atau wilayah dunia islam yang berbeda, jadi saat  berkeliling di museum ini kita dapat merasakan sensasi kehidupan harian bangsa turki mulai dari abad ke 8 sampai abad ke 19.

Museum ini memiliki desain arsitektur yang khas seperti kediaman sultan- sultan dan memiliki taman – taman yang luas sehingga akan membuat kita yang berkunjung kedalamnya akan merasa nyaman. Disini kita dapat melihat berbagai macam peninggalan sejarah islam dari salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di muka bumi yaitu kerajaan ottoman, mulai dari patung, lukisan, kaligrafi sampai peralatan sehari – hari dari dunia islam di masa lampau . Terdapat pula beberapa koleksi bersejarah dari zaman nabi Muhammad serta koleksi karpet antik dan sajadah antik yang dipakai para sultan ottoman juga ada di museum ini.

Di luar gedung museum terdapat Obelisk Theodosius, yaitu monumen tinggi, ramping bersisi empat yang dimahkotai puncak berbentuk piramida. Obelisk purbakala biasanya terbuat dari monolit atau batu tunggal, sedangkan obelisk modern dibangun dari batu dan memiliki ruangan di dalamnya. Obelisk Theodosius adalah sebuah obelisk Mesir Kuno dari Firaun Thutmose III yang didirikan kembali di Hippodrome yang sekarang dikenal sebagai At Meydanı atau Sultanahmet Meydanı, di kota modern Istanbul, Turki oleh kaisar Romawi Theodosius I pada abad ke-4 Masehi.

Obelisk tersebut mula-mula dibangun oleh Thutmose III (1479–1425 BC) di bagian selatan dari pilon ketujuh kuil besar Karnak. Kaisar Romawi Konstantius II (337–361 AD) memindahkan obelisk tersebut dan obelisk lainnya melalui sungai Nil menuju Aleksandria untuk memperingati ventennalia-nya atau 20 tahun tahtanya pada tahun 357. Obelisk lainnya didirikan di spina Sirkus Maximus di Rome pada musim gugur tahun tersebut, dan sekarang dikenal sebagai obelisk Lateran, sementara obelisk tersebut yang menjadi obelisk Theodosius masih berada di Aleksandria sampai 390, ketika Theodosius I (379–395 AD) memindahkan obelisk tersebut ke Konstantinopel dan menempatkannya di spina Hippodrome.

Obelisk Theodosius

Galata Tower

Galata Tower atau Galata Kulesi adalah menara batu dari abad pertengahan. Galata Tower memiliki ketinggian 66.90 meter dan 51.65 m di lantai observasi (lantai yang bisa dikunjungi wisatawan). Galata Tower adalah bangunan tertinggi di Istanbul ketika dibangun pada tahun 1348 M. Menara ini dibangun untuk menggantikan menara lama Megalos Phyrgos. The Galata Tower adalah salah satu ikon paling ikonik di Istanbul, menghadap ke Beyoğlu dan Karaköy dari posisinya yang bertengger, sementara lampu-lampu berwarna-warni menara dapat dilihat pada malam hari dari seluruh kota.

Galata Tower 

Meskipun tidak diketahui kapan Menara Galata dibangun, umumnya disepakati bahwa menara itu hidup selama pemerintahan Kaisar Byzantine Justinian sekitar 507 Masehi. Saat itu, menara itu dikenal sebagai ‘Christea Turris, ‘ atau Menara Kristus, oleh orang Genoa, sementara Bizantium menyebutnya sebagai ‘Megalos Pyrgos, ‘ atau Menara Agung. Tetapi selama periode Genoa, menara itu mengambil bentuknya yang sekarang, ketika lingkungan Galata dihuni oleh koloni-koloni Republik Genoa, yang berfungsi sebagai serangkaian pos ekonomi dan perdagangan di Laut Tengah dan Laut Hitam.

Pada 1509, menara itu rusak berat akibat gempa tetapi dikembalikan oleh arsitek Ottoman yang terkenal, Hayreddin, yang juga membangun kompleks Sultan Bayezid II yang terkenal di Edirne. Selama masa pemerintahan Ottoman Sultan Süleiman yang Agung, menara memiliki tujuan yang sangat berbeda, karena digunakan untuk menahan tahanan yang dihukum untuk bekerja di Galangan Kapal Laut Kasımpaşa. Pada akhir abad ke -16, sebuah observatorium ditambahkan di bagian paling atas oleh sang peramal, Takiyüddin Efendi, tetapi menara itu ditakdirkan untuk menjadi penjara sekali lagi pada masa pemerintahan Sultan Murat III antara tahun 1546 dan 1595.

Ketika abad ke -17, menara itu secara singkat digunakan oleh Mehter Band, sebuah band militer Ottoman, dan kemudian menjadi observatorium api pada tahun 1717 karena pemandangan luasnya dari kota bersejarah. Pada 1794, api menghancurkan menara, tetapi itu dipulihkan pada masa pemerintahan Sultan Selim III, pada saat itu sebuah cumba (ceruk) ditambahkan. Setelah efek merusak dari kebakaran lain pada tahun 1831, menara itu sekali lagi dipugar, bersama dengan penambahan dua lantai lagi dan tip berbentuk kerucut, melalui komisi Sultan Mahmut. Saat ini, menara setinggi 219 kaki (66, 90 meter) berfungsi sebagai daya tarik wisata saja, dengan pengunjung berdiri dalam antrean untuk menuju ke puncak untuk pemandangan spektakuler 360 derajat Istanbul dari balkon. Untungnya, lift membawa pengunjung naik tujuh lantai, tetapi dua lantai terakhir hanya dapat diakses dengan menaiki tangga.

Salah satu kisah seputar Menara Galata adalah peristiwa penerbang Utsmani yang legendaris Hezarfen Ahmet Çelebi. Hezarfen sangat terobsesi untuk menciptakan pesawat terbang karena terinspirasi oleh seorang ilmuwan Muslim sebelumnya yang juga sangat tertarik dengan dunia penerbangan yakni Ismail Cevheri. Tetapi pada masa percobaannya, Ismail mengalami kegagalan. Ismail melakukan uji coba pesawatnya dengan terbang dari sebuah menara pada abad ke-10. Tetapi karena dia kurang memiliki pengetahuan tentang aerodinamika sayap, Ismail terjatuh saat melakukan penerbangan dan menghembuskan nafas terakhirnya seketika itu juga. Oleh karena itu, Herzafen berupaya keras untuk menyempurnakan riset penerbangan Ismail Cevheri bersama saudaranya.

Herzafen terus melakukan riset penerbangan. Setelah melakukan riset studi terhadap burung dan melakukan percobaan penerbangan sebanyak sembilan kali, maka Herzafen memberanikan diri untuk memperagakan penerbangan pesawatnya di depan Sultan Murad ke-IV dan penduduk Istanbul pada 1630. Herzafen akhirnya melakukan penerbangan dari menara Galata yang tingginya 183 kaki dengan pesawat terbangnya yang sederhana terbuat dari kulit binatang yang disangga oleh rangka-rangka kayu. Herzafen berhasil terbang dengan tinggi di atas 150 meter dari permukaan air laut menuju Oskudar.

Selama penerbangan, Herzafen terus berusaha menyeimbangkan arah angin dan arah terbangnya hingga akhirnya mendarat dengan selamat di sebuah padang rumput Doganciar di Oskudar. Jarak terbang yang telah dia tempuh mencapai 3.200 meter.

Hezarfen merupakan orang pertama yang melakukan penerbangan lintas benua dari Eropa menuju Asia. Berkat kehebatannya, Sultan Murad ke-IV yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut memberikan hadiah kepada Herzafen berupa 1.000 keping emas.

Kehebatan Lagari Hasan Celebi tak jauh berbeda dengan saudaranya, Herzafen. Lagari merupakan orang yang sangat giat dalam melakukan penelitian tentang pesawat terbang bertenaga dorong ledakan yang sekarang disebut dengan nama roket. Lagari pertama kali menerbangkan roketnya pada saat kelahiran putri Sultan Murad ke-IV dari Istana Topkapi, Istanbul pada 1633.

Saat akan meluncurkan roketnya, Lagari masuk ke dalam sebuah kerangkeng yang terhubung dengan roket. Kemudian dengan berhati-hati dia menyulut bubuk mesiu yang berada di dalam roket. Lalu percikan bunga api yang disertai asap pun mulai terlihat dan tak berapa lama kemudian roket yang membawa kerangkeng Lagari pun terbang menuju ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu, bubuk mesiu pada roket pun habis terbakar. Dengan sigap Lagari lalu keluar dari kerangkeng dengan menggunakan bajunya yang semacam parasut untuk mendarat ke muka bumi lagi. Akhirnya dia mendarat dengan selamat di tempat peristirahatan Sultan Murad ke-IV di Sinan Pasha.

Peristiwa penerbangan Lagari itu dicatat sebagai peristiwa terbang berawak vertikal pertama yang menggunakan sistem pendorong berupa tujuh buah roket dengan bubuk mesiu sebanyak 300 pound. Menurut catatan sejarah, Lagari berhasil mencapai ketinggian kira-kira 300 meter dalam jangka waktu selama 20 detik.

Karena prestasinya yang gemilang, Sultan Murad ke-IV memberikan penghargaan kepada Lagari dengan mengangkatnya menjadi salah satu pejabat militer terpenting di Angkatan Darat Turki. Berita kehebatan dua ilmuwan penerbangan yang bersaudara ini begitu menghebohkan negara-negara di Eropa. Bahkan berita kesuksesan penerbangan Celebi bersaudara itu menjadi buah bibir publik di Inggris pada 1638, dan dicatat oleh seorang penulis terkenal John Winkins dalam bukunya yang berjudul Discovery of New World.

Namun akibat terjadinya berbagai macam intrik politik di Istana Topkapi yang berusaha menjatuhkan kejayaan Celebi bersaudara, hubungan yang telah terjalin dengan baik antara Celebi bersaudara dengan Sultan Murad IV pun merenggang, bahkan kian memburuk dari waktu ke waktu. Akhirnya Celebi bersaudara yang sangat berjasa terhadap dunia penerbangan modern saat ini dibuang ke negara Afrika, tepatnya di Aljazair dengan status tahanan politik. Setelah itu, mereka berdua dipindahkan dari pengasingan di Aljazair ke pengsingan di Crimea.

Celebi bersaudara yang kepandaiannya mencengangkan dunia, berakhir dengan tragis dengan menghembuskan nafas terakhirnya di pengasingan di Crimea pada sekitar 1640. Crimea pada kemudian hari, menjadi tempat percobaan roket Rusia.

Galata Tower dijadikan tambatan rantai besar diatas Golden Horn yang membentang diatasnya. Rantai ini digunakan untuk menghalangi dan menghambat laju kapal musuh yang ingin menyerbu konstantinopel dengan melewati horn. Karena rintangan rantai besar inilah, Sultan Mehmed II mendapatkan ide memasuki Golden Horn dengan membawa kapal perang melalui daratan Galata kemudian menurunkan kembali ke laut Golden Horn untuk melakukan penyerangan. Sultan Mehmed II menjelaskan secara rinci bagaimana cara memindahkan kapal-kapal itu. Awalnya Sultan Mehmed II memerintahkan pada prajuritnya untuk mengumpulkan kayu gelondongan dan minyak goreng. Kayu-kayu tersebut kemudian diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi licin. Setelah semuanya siap kemudian sang sultan memerintahkan agar kapal-kapal perang mulai ditarik ke daratan dengan menjadikan kayu-kayu gelondongan sebagai rodanya. Para prajurit bekerja keras menjalankan perintah sultannya.

Rantai besar di Golden Horn

Peta Penaklukan Konstatinopel

70 kapal di tarik melewati bukit Galata

Mereka terus bekerja sepanjang malam dengan diterangi bintang gemintang, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai berlayar di daratan. Kapal-kapal tersebut melintasi lembah dan bukit. Sebuah peristiwa yang kelihatannya tidak masuk akal. Akhirnya, berkat kerja keras pasukan Turki Ottoman, ketika pagi telah terbit di ufuk timur, 70 kapal perang Turki Ottoman telah berpindah lokasi, berhasil melintasi Tanjung Emas lewat daratan, melintasi Besiktas ke Galata.

Rakyat Bizantium begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Tapi kenyataan memang kenyataan. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Turki Ottoman pastilah dibantu oleh jin dan setan. Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Mehmed II memerintahkan agar dibuat terowongan untuk menembus benteng Konstantinopel. Maka ketika serangan diputuskan, pasukan Turki Ottoman mulai memasuki terowongan. 27 Mei 1453 sebelum serangan dimulai, Sultan Mehmed II dan pasukannya menjalankan shalat. Seusai shalat mereka kemudian berdoa, meminta kepada Allah swt agar kemenangan yang sudah berada di depan mata itu menjadi kenyataan. Sementara itu, penduduk Konstantinopel juga melakukan hal serupa, mereka menggelar misa di gereja Hagia Sophia.

29 Mei 1453, malam telah melewati ambang. Hanya gemintang yang menemani malam, tak ada secuil pun cahaya purnama. Pada saat inilah pasukan Turki Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Turki Ottoman berusaha memasuki benteng Konstantinopel. Kali ini pasukan Turki Ottoman terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari pasukan yang berasal dari Anatolia, sedangkan lapis kedua dan ketiga merupakan kesatuan Yanisari. Melihat serangan besar-besaran ini, Giustiniani salah satu panglima Bizantium–menyarankan agar Constantine mundur. Akan tetapi, saran tersebut ditolak oleh Constantine. Beberapa ahli sejarah menceritakan bahwa Constantine melepas baju perang dan kemudian bertempur bersama pasukannya. Dan, setelah perang usai jasadnya tidak pernah ditemukan.

Akhirnya, setelah berperang pasukan Turki Ottoman bisa menguasai kota Konstantinopel melalui pintu Edinerne. Begitu memasuki kota Konstantinopel, Sultan Mehmed II dalam pidatonya menyatakan akan melindungi seluruh penduduk kota itu yang menyerahkan diri. Ia juga berjanji melindungi tempat-tempat ibadah, baik milik orang-orang Kristen maupun Yahudi. Rupanya ia mengikuti yang dilakukan Saladin ketika menaklukkan Yerusalem. Pidato yang terkenal ini disampaikan Sultan Mehmed II di pelataran Hagia Sophia, di hadapan penduduk Konstantinopel.

Turki 2015 – Cappadocia

14. Cappadocia

Ketika berada di Cappadocia seolah-olah kita sedang hidup pada jaman Fred Flinstones si manusia gua. Semuanya serba dari batu yang berwarna abu-abu kecokelatan. Selain wisata darat, kita bisa terbang dengan balon udara menikmati keindahan kota rumah batu kuno. Kita akan melihat bangunan yang mayoritas terbuat dari batu yang dipahat dari zaman dulu, yaitu berupa struktur kota bawah tanah (underground city), yang memiliki bangunan sampai dengan tingkat 11 ke bawah. Tidak heran jika Cappadocia termasuk salah satu UNESCO World Heritage Site. Hingga kini masih ada penduduk Cappadocia yang tinggal di dalam gua, dan ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan juga ada hotel di Cappadocia yang membuat kamar-kamarnya mirip gua karena memang inilah yang dicari turis, merasakan menginap di kamar gua.

Selime Cathedral

Hari pertama seharusnya kami naik balon udara, namun karena cuaca tidak bagus maka ditunda esok harinya. Sebagai gantinya kami berkeliling di area Cappadocia, spot pertama berhenti di Selime Cathedral. Cappadocia adalah gudangnya gereja, chappel dan monestary yang cukup unik karena berbentuk gua hasil karya manusia jaman dulu kala. Ada yang diatas gunung dan ada juga yang jauh dibawah tanah. Mulai dari chappel kecil, cathedral besar, ruang kelas berbagai ukuran dan juga tempat tinggal semacam barak asrama. Semua tersebar berdekatan di area yang luasnya sekitar 300 Km persegi. Tidak kurang dari 100 gereja batu besar dan kecil yang dipahat tangan dan 10.000 gua dengan berbagai macam fungsi ada di lokasi ini.  Wilayah ini terkenal sebagai kawah candradimukanya umat kristen dalam hal pendidikan agama sejak lebih dari 1700 tahun lalu dan juga tempat persembunyian dari serangan bangsa Mongols.

Selima Cathedral berupa konstruksi gua kuno buatan manusia yang menyatu dengan alam, khususnya hasil karya umat Kristen Orthodox pertama saat jaman masih susah susahnya menyebarkan agama bisa ditemukan disini. Lokasinya tidak begitu jauh dari Ihlara Valley, atau sekitar satu jam perjalanan darat dengan mobil dari Goreme. Katedral ini cukup terkenal dan per tahun dikunjungi 300.000 turis. Gereja ini diatas gunung dan didalam gua seperti yang disaksikan dalam film cartoon Pak Flinstone. Area Selime Cathedral telah menjadi inspirasi untuk lokasi setting film Star Wars Episode 1, yaitu lokasi ketika aksi Anakin Skywalker’s dalam “pod race”  terjadi.

Ihlara Valley

Ihlara valley termasuk salah satu ngarai terbesar di dunia yang memadukan keindahan alam dan sejarah dalam satu tempat, menarik pengunjung dengan jalan setapak dan pemandangannya yang unik. Lembah Ihlara terletak di antara provinsi Nevsehir dan Aksaray, membawa wisatawan yang datang ke sebuah perjalanan sejarah yang diiringi pemandangan yang menakjubkan. Setiap tahun, sekitar 500.000 wisatawan mengunjungi kawasan ini. Pada musim gugur dan dingin, turis yang datang kebanyakan berasal dari Malaysia, Jepang, Tiongkok dan Thailand. Sementara, pada musim semi dan musim panas, lembah ini lebih banyak dikunjungi wisatawan Eropa, Arab, dan Amerika Selatan.

Untuk menikmati keindahan kawasan wisata ini, pengunjung harus turun 387 anak tangga untuk memasuki lembah yang dipenuhi pohon dan berbagai jenis bunga. Untuk menjelajahi keindahannya, pengunjung bisa memilih satu dari tiga rute jalan yang masing-masing memiliki jarak tiga, lima, tujuh dan 14 kilometer. Ihlara juga merupakan pusat keagamaan pada periode Kristen awal, sehingga terdapat banyak gereja, kapel dan biara yang dibangun di tebing-tebing sekitarnya. Dalam perjalanan, pengunjung juga bisa menikmati makan siang di tenda-tenda di atas sungai Melendiz, di desa Belisirma, yang termasuk dalam rute jalan setapak di sini.

Derinkuyu, Underground City

Cappadocia dikenal memiliki banyak kota bawah tanah, tapi yang terdalam adalah Derinkuyu. Kota bawah tanah ini akan membawa kita berada di kedalaman 85 meter dari permukaan. Derinkuyu artinya sumur dalam adalah suatu kota bawah tanah kuno yang bertingkat-tingkat, tepatnya di Provinsi Nevşehir, Turki. Kota bawah tanah tersebut dapat menampung hingga sekitar 20.000 orang beserta hewan ternak dan bahan makanan mereka. Ini adalah kota bawah tanah terbesar yang telah digali, selain dari beberapa kompleks bawah tanah lainnya yang tersebar di seantero wilayah Kapadokia di Turki.

Situs kota bawah tanah Derinkuyu mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969, dan 10%-15% dari keseluruhan situs saat ini dapat diakses oleh para wisatawan. Derinkuyu berjarak 29 km sebelah selatan kota Nevşehir melalui jalan raya Niğde. Luas kota bawah tanah Derinkuyu yang telah diekskavasi adalah seluas 4 km2. Kota bawah tanah ini tertata dengan baik dan memiliki berbagai fungsi publik tertentu, seperti galeri, ruang tinggal, kakus, ruang pertemuan, dapur umum, kapel, penjara, gudang senjata, lorong akses, sumur, serta cerobong udara khusus yang berguna saat komunitas mengadakan penggalian untuk waktu yang lama. Diperkirakan terdapat ruang sekolah pula, yang bentuknya berupa gundukan tanah memanjang yang dikelilingi parit-parit; sedangkan kandang ternak letaknya selalu berada pada tingkat-tingkat teratas dari kompleks tersebut. Terdapat delapan tingkat yang dibuka untuk umum, dengan 204 jumlah anak tangga yang dapat dituruni dari tingkat teratas hingga terdalam pada kompleks tersebut. Terdapat 18-20 tingkat yang lebih dalam lagi yang tidak dibuka untuk umum. Walaupun demikian, diperkirakan masih banyak lagi bagian tersembunyi kota tersebut yang belum dieksplorasi.

Masih kontroversi mengenai siapakah yang pertama kali membangun kompleks tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahwa bangsa Hittit yang membangun tingkat pertama sebagai gudang; karena cap-cap bangsa Hittit ditemukan penduduk setempat saat membangun pondasi rumah mereka, dan adanya kota Hittit kuno Göllü Dǎgi yang berada 20 km sebelah barat daya. Menurut penelitian Departemen Kebudayaan Turki, gua-gua pertama kemungkinan mulai diperdalam pada batuan vulkanik lunak di wilayah Kapadokia oleh bangsa Frigia, yaitu bagian dari bangsa Indo-Eropa kuno, pada abad ke-7 hingga ke-8 SM. Ketika pemakaian bahasa Frigia punah di zaman Romawi Kuno dan digantikan oleh kerabat dekatnya yaitu bahasa Yunani, para penduduk yang kemudian telah beragama Kristen lalu menambahkan gua-gua bawah tanah mereka dengan bangunan kapel dan prasasti berhuruf Yunani.

Kota di Derinkuyu terbentuk sepenuhnya pada masa Bizantium, yang ketika itu kerap digunakan sebagai perlindungan terhadap Muslim Arab selama peperangan Bizantium-Arab (780-1180). Derinkuyu terhubung dengan kota-kota bawah tanah lainnya melalui terowongan yang panjangnya bermil-mil. Beberapa artefak yang ditemukan di pemukiman bawah tanah tersebut berasal dari Periode Bizantium Tengah, yaitu pada abad ke-5 hingga ke-10. Kota-kota ini tetap dipakai oleh para penduduk asli Kristen sebagai tempat perlindungan terhadap serangan suku-suku Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk pada abad ke-14.

Setelah wilayah ini jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah, kota-kota digunakan sebagai lubang perlindungan terhadap penguasa Muslim Turki. Hingga akhir abad ke-20, penduduk Kapadokia Yunani dari waktu ke waktu masih menggunakan kota bawah tanah untuk melarikan diri dari penindasan oleh pihak Utsmaniyah. R.M. Dawkins, seorang ahli bahasa Cambridge yang meneliti penduduk Yunani Kapadokia antara 1909-1911, mencatat pada tahun 1909: “ketika datang berita terbaru tentang pembantaian di Adana, sebagian besar penduduk Axo berlindung di ruang-ruang bawah tanah ini, dan selama beberapa malam tidak berani tidur di atas permukaan tanah. Ketika penduduk Kristen di wilayah tersebut terusir pada tahun 1923 dalam peristiwa pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki, kompleks bawah tanah tersebut tidak ditempati lagi.

Kompleks tersebut ditemukan kembali pada tahun 1963, setelah warga setempat menemukan sebuah ruangan misterius di balik dinding di rumahnya. Penggalian selanjutnya telah membuka penemuan terhadap jaringan terowongan di kota bawah tanah tersebut.

Naik Balon Udara

Kalau sudah sampai di Cappadocia, harus mencoba naik balon udara untuk bisa menikmati keindahan pemandangan yang menakjubkan. Kami naik balon hari kedua, karena hari pertama cuaca berkabut sehingga diputuskan ditunda esok harinya. Alhamdulillah esok hari cuaca sangat bagus, langit terang tanpa awan dan kabut. Kami dijemput di hotel pukul 5 pagi, kemudian dibawa ke suatu lokasi penerbangan yang terpencil, jauh dari balon-balon udara lainnya. Terus terang inilah pertama kali kami menyaksikan dan menaiki balon udara yang luar biasa besar.

Persiapan balon diisi diisi udara banyak sekali, mereka menggunakan kipas angin besar untuk menggembungkan balon. Setelah kira-kira udaranya cukup, kemudian ditambahkan udara panas dengan membakar gas supaya balonnya bisa mengapung di atas keranjang dan nantinya cukup kuat untuk mengangkat penumpang. Setelah dijelasin beberapa peraturan, kami naik ke keranjang balon udara yang sudah disiapkan. Penumpang ditempatkan ditengah-tengah keranjang, ada area khusus untuk sang pilot. Pilot akan memainkan tuas pengatur api dan tali-tali untuk mengatur kemudi.

Kebetulan kami mendapat pilot asal Australia yang tentunya bahasa inggrisnya sangat baik. Dia sangat professional, ramah dan lucu dalam menjelaskan informasi tentang Cappadocia selama perjalanan. Balon udara yang kami naiki dimuat penuh, namun masih leluasa untuk menikmati pemandangan yang indah. Setelah semua penumpang naik ke dalam keranjang, perlahan lahan diiringi dengan semburan gas yang terbakar, balon kami perlahan-lahan meninggalkan tanah dan mulai mengapung di udara.

Balon dapat mengudara dengan tenang, halus dan lancar. Angin cukup tenang, cuaca sangat terang, langit biru bersih tanpa awan sedikit pun. Cappadocia sulit diungkapkan dengan kata kata, hanya terpana dengan keindahan alam. Hal yang tidak kalah menariknya adalah pemandangan puluhan balon udara terbang bersamaan dengan kami. Sang pilot pun pandai mengarahkan balon udara, jadi kita tidak hanya dibawa jauh tinggi tetapi juga terkadang dibawa terbang rendah sehingga bisa melihat dengan lebih jelas bukit-bukit batu Cappadocia.

Setelah sekitar 1.5 jam kita terbang di udara yang sangat dingin membuat otot kaki pegal, pilot memberitahukan saat untuk mendarat dan mulai mencari lokasi pendaratan. Sambil menunggu lokasi, kami melihat 2 mobil yang membantu mengejar kami di darat. Mereka memacu mobilnya mengikuti arah balon kami terbang rendah. Pilot kami memutuskan untuk mendarat di sebuah tempat yang lapang dan memberitahukan kepada semua penumpangnya untuk bersiap  di ‘landing position’ dan menghentikan semua aktivitas berfoto.

Sebelum terbang kami sudah diinformasikan kalau mau landing tangan berpegangan pada tali di sisi dalam keranjang dan badan bersandar pada papan pemisah keranjang serta memandang ke arah yang berlawanan dengan pilot. Saat sudah dekat dengan tanah, beberapa orang petugas menahan tali yang dilemparkan oleh pilot dan kemudian dibantu oleh beberapa orang lainnya sampai balon diletakkan di atas sebuah mobil. Hanya goncangan kecil akibat benturan, sama sekali tidak mengagetkan. Semua orang bertepuk tangan dan bahagia atas pendaratan ini. Ketika kami keluar dari balon, petugas yang lain menyiapkan meja dengan bunga, champagne, orange juice dan buku tamu. Kami pun bersulang atas pernerbangan yang sukses kemudian masing-masing diberikan medali.

Persiapan mau berangkat
Pemandangan selagi terbang

Pigeon Valley

Disebut Pigeon Valley karena pada saat tertentu banyak burung pigeonnya (merpati).

Uchisar Castle

Uchisar Castle merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh penduduk Cappadocia dari zaman Kekaisaran Byzantium. Tentara Byzantium menggunakan benteng ini untuk mengawasi pergerakan musuhnya dari atas. Benteng yang tingginya 1350 meter dari atas permukaan laut ini memang memiliki posisi strategis sebagai menara pengintai. Konon, tentara Byzantium menggunakan kaca untuk memberikan sinyal bahaya jika pergerakan musuh mulai terlihat. Sinyal bahaya ini kemudian diteruskan sampai mencapai Konstantinopel. Dibawah Uchisar Castle juga terdapat terowongan yang dapat menghubungkan Uchisar dengan tempat-tempat lain di Cappadocia. Namun keberadaan terowongan ini masih belum ditemukan karena banyaknya bangunan atau terowongan yang sudah runtuh dimakan waktu.

Istana sarang tawon

Göreme Open-Air Museum

Göreme Open-Air Museum merupakan tempat yang paling populer di Goreme. Sebenarnya tempat ini adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada disini dibangun dari bukit bebatuan khas Cappadocia dalam jumlah yang lumayan banyak. Taman Nasional sekaligus Museum Terbuka Goreme masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985 yang terdiri dari pilar-pilar batu raksasa hasil erosi vulkanik jutaan tahun lalu. Kita bisa mampir ke permukiman goa batu yang bentuknya mirip sarang semut. Sebagian besar kompleks bangunan tersebut merupakan gereja tua.

Jangan berpikir ini bangunan museum dengan koleksi benda seni di dalamnya. Sesuai namanya, ini museum terbuka, dan terbesar di dunia. Merupakan satu komplek bangunan di dalam gua-gua batu yang sebagian besar adalah gereja yang berasal dari abad ke-10 sampai ke-12. Ada Apple Church, Snake Church, St. Basil Church, Sandal Church, St. Catherine Chapel, dsb. Di dalam langit-langit maupun dinding gereja terdapat fresco (lukisan dinding) yang masih asli. Sayang nggak boleh difoto walaupun tanpa flash karena warnanya memang sudah semakin pudar. Kita bisa mengeksplornya dengan memasuki satu demi satu ruangan maupun gereja-gereja itu. Ada yang harus naik tangga yang cukup tinggi, ada juga yang nggak perlu effort untuk memasukinya. Yang jelas banyak spot Instagenic di sini.

Sekarang gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, sehingga dijadikan museum. Guide bilang kalau dulu disini umat Muslim juga membuat sebuah madrasah. Sejak dulu Muslim dan Katolik hidup damai sampai Perang Dunia pecah yang mengakibatkan semua orang harus mengungsi untuk menyelamatkan diri. Tidak hanya gereja saja di dalam museum tetapi ada juga peti mati yang masih ada kerangka manusia.

Salah satu hal yang menarik lainnya adalah Dark Church atau Karanlik Church. Masuk ke gereja yang satu ini harus membayar 10 Lira. Kata guide, pemerintah sengaja memungut dana untuk masuk ke gereja agar tidak terlalu ramai pengunjungnya. Padahal harganya murah, cuma peraturan yang memungut biaya itu lumayan membentengi pengunjung sih. 

Gereja Kegelapan ini memiliki mosaik bunga-bunga indah yang masih utuh berkat sedikitnya jendela yang ada disini sehingga cahaya matahari tidak memudarkan warna pada mosaik. Burung-burung juga bersarang di gereja ini dan kotorannya menutupi mosaik yang malah melindunginya dari tangan jahil dan gangguan cuaca. Tak heran, jika kita harus membayar lebih untuk masuk ke gereja ini. Walaupun kami memasuki semua gereja, tapi mungkin di dalam museum hanya beberapa menit, lalu berpindah lagi ke museum berikutnya. Kebanyakan yang kita lihat hanya mozaik dan kerangka manusia di peti-peti yang banyak. Memang tidak membosankan karena setiap gereja memiliki mosaik yang berbeda.

St. Barbara Church
Dark Church

Fairy Chimneys (Pasabag Valley)

Di Pasabag Valley kita bisa melihat banyak batu raksasa yang menjulang tinggi dan bentuknya mirip jamur, terkadang menyerupai pilar-pilar bangunan. Gugusan batu ini ada yang berdiri sendiri namun ada juga yang berkelompok dan saling menumpuk. Bahkan dalam batu yang berkelompok memiliki bentuk seperti cerobong asap. Bebatuan ini terbentuk akibat aktivitas letusan gunung api di masa lalu, uniknya, hanya di wilayah Pasabag yang memiliki bentuk batu seperti jamur atau cerobong asap.

Batu-batu ini diyakini merupakan bentuk akhir setelah mengalami evolusi yang sangat panjang. Bila diamati lebih dekat, batu raksasa cerobong asap ini, ternyata merupakan tempat tinggal dan tempat pemujaan pada masa lampau. Di setiap batu ada semacam ruang makan. Di beberapa batu lainnya ada tempat pemujaan arwah leluhur. Sayangnya di lokasi wisata ini nggak ada tempat istirahat buat turis yg datang. Padahal di musim panas tempatnya sangat panas karena gersang. Sebaliknya di musim dingin akan sangat dingin karena lokasinya sangat terbuka. Terkadang kita merasakan seperti berada didalam rumah hobit, ratusan dan bahkan ribuan batu gunung dengan formasi seperti jamur tersebar di kawasan Cappadocia. Sungguh indah dilihat dari atas bukit atau dari balon udara.

Pasabag terletak di jalan menuju Zelve dari Goreme atau Avanos. Pilar bumi yang sangat luar biasa dapat dilihat di sini, di tengah-tengah kebun anggur, oleh karena itu nama tempat itu kerap disebut “Kebun Anggur Pacha“. Situs ini juga sering dikenal dengan sebutan Monks Valley. Nama itu berasal dari beberapa kerucut yang diukir pada batu tuf yang terpisah. Saat ini, ada kebun anggur dan sejumlah tufa berdiri tepat di sebelah jalan.

Devrent Valley

Devrent valley adalah lembah yang penuh bebatuan dengan bentuk yang beragam, namun yang terkenal adalah batuan yang berbentuk onta.

Turki 2015 – Priene, Miletus, dan Didyna

Turki, 2015

Perjalanan satu hari ketiga kota kuno, yaitu Priene, Miletus, dan Didyna. Priene (bahasa Yunani kuno: Πριήνη, Priēnē) adalah reruntuhan kota kuno dari negara Yunani kuno dengan latar pegunungan dan dataran yang dulunya merupakan bagian dari laut Aegea.

Peta perjalan 3 kota kuno

11. Priene

Priene terletak di dasar lereng Mykele, sekitar 6 kilometer sebelah utara sungai Maiandros, 67 kilometer dari Aydin modern, 15 kilometer dari Söke modern dan 25 kilometer dari Miletus kuno. Priene awalnya berada di pesisir laut, dibangun menghadap lautan di lereng yang memanjang dari permukaan laut hingga ketinggian 380 meter di atas permukaan laut di puncak lereng. Pada masa kini, bentang alamnya telah berubah.

Terkurung oleh pemandangan gunung, reruntuhan kota Helenistik Priene benar-benar fotogenik. Pelabuhan kuno ini memiliki masa kejayaan antara 300 SM dan 45 SM, ketika pelabuhannya sibuk dengan perdagangan. Proses pendangkalan Sungai Meander menyebabkan kota ini mati, dan pada abad ke-2 kota ini kehilangan aksesnya ke laut dan alhasil kota ini pun ditinggalkan penduduknya yang pindah ke Miletus. Daya tarik bintang di sini adalah Temple of Athena, dengan desain klasik Ionian, sementara teater 6.500 kursi sangat terawat dengan baik.

Priene terletak di kaki gunung Mycale yang agak terjal, sehingga agak tidak cocok dikunjungi oleh orang tua yang mempunyai masalah dengan lutut. Reruntuhan Priene sebagian besar terletak dalam hutan belantara. Keadaan ini laksana Indiana Jones menemukan reruntuhan kota yang hilang. Reruntuhan bangunan di Priene sulit dikenali lagi wujud aslinya, banyak yang sudah pecah dan berantakan. Namun reruntuhan Kuil Athena masih menakjubkan untuk dilihat. Ke 4 tiang Kuil dengan gaya Ionia ini berdiri menjulang dengan latar Gunung Mycale di belakangnya. Di depan Kuil ini kita dapat melihat fondasi kuil dan sisa reruntuhan kuil. Hamparan tanah pertanian yang subur terlihat di bawah sana. Hamparan tanah ini dulunya merupakan bagian dari laut dan merupakan akses ekonomi Priene di masa lampau.

Kuil Athena, didirikan oleh Aleksander Agung

12. Miletus

Miletus adalah reruntuhan kota Yunani kuno yang mengagumkan dengan arsitektur megah yang mencakup amfiteater besar, benteng Bizantium, dan pemandian Romawi. Miletus berusia lebih dari 2.000 tahun dan berperan penting dalam sejarah dan cerita rakyat. Filsuf ternama seperti Hecataeus dan Thales, yang juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, pernah tinggal di kota ini.

Sebelum menyaksikan reruntuhan Miletus, perlu mengunjungi Museum Miletus yang jaraknya sekitar 500 meter dari pintu masuk Miletus. Museum ini memiliki banyak koleksi patung terbaik yang didapat dari reruntuhan kota Miletus. Beberapa patung tersebut merupakan bagian dari air mancur dan pemandian yang tenar di Miletus.

Miletus pernah dikunjungi oleh Rasul Paulus dalam misi penginjilannya di Asia Kecil. Kota yang juga merupakan kota pelabuhan ini juga terletak jauh dari garis pantai sekarang. Seperti Priene dan juga Efesus, kota ini mengalami kemunduran akibat endapan sungai yang memutus akses ke laut. Hal menarik lainnya terdapat jalan suci (Sacred Way), yaitu jalur prosesi pemuja Apollo yang membentang dari Miletus sampai ke Kuil Apollo di Didyma. Jalur ini dulunya merupakan jalur yang harus dilalui jika ingin menemui sang oracle (peramal) di Didyma.

Saat mendekati reruntuhan ini, pemandangan pertama yang akan dilihat adalah Amfiteater Hellenistic yang berukuran sangat besar. Amfiteater ini dibangun pada abad ke-4 SM, kemudian direnovasi oleh bangsa Romawi untuk menampung 15.000 penonton. Lihat keempat pilar di dua baris pertama tempat duduk, yang menandai area khusus untuk para kaisar. Naikilah anak tangga menuju bagian atas arena setinggi 30 meter ini untuk menikmati pemandangan indah kota.

Di belakang amfiteater, terdapat benteng Bizantium yang memberikan pemandangan lebih luas, sedangkan di bawahnya, terdapat Heroon yang merupakan makam pahlawan Hellenistic, di sebelah timur adalah sisa dari Temple of Apollo, Selanjutnya ada Pemandian Faustina yang dibangun atas perintah istri kaisar Romawi. Saat berada di sini, perhatikan air mancur dan patung singa yang menakjubkan.

Patung dewa air yang dulunya terletak di pemandian Miletus

13. Didyma

Setelah berkendara selama setengah jam dari Miletus, kami tiba di Didyma. Tujuan utama adalah mengunjungi Kuil Apollo yang merupakan kuil terbesar no 3 di jaman kuno setelah Kuil Artemis di Ephesus dan Kuil Hera di Samos. Sepanjang jalan menuju kuil sang dewa matahari ini, kita bisa saksikan pilar-pilarnya. Kuil Apollo masih membanggakan tiang-tiangnya yang menjulang (yang dulu bernomor 122) dan merupakan salah satu contoh terbaik dari kuil-kuil Yunani di Turki. Oracle of Didyma dianggap sangat penting di dunia kuno klasik, hanya yang kedua dalam otoritas untuk Oracle Delphi. Itu hanya di bawah pemerintahan Constantine the Great.

Kuil Apollo ini berukuran besar dengan 122 pilar batu yang menyokong atapnya. Dari 122 pilar tersebut hanya ada 3 pilar yang masih utuh berdiri. Dengan luas 5500 meter persegi, kuil ini berukuran dua kali lipat kuil Parthenon di Athena. Kuil besar ini menampung banyak pemuja Apollo yang biasanya berjalan kaki melalui Jalan Suci (Sacred Way) dari Miletus yang jaraknya 12 km dari Didyma. Jalan Suci ini dulunya di penuhi patung-patung dewa dan monumen di kiri dan kanannya. Kuil besar ini tak pernah selesai dibuat oleh pembangunnya. Beberapa pilar bahkan masih terlihat setengah jadi. Bayangkan kalau Kuil ini benar-benar selesai, pasti akan menjadi salah satu Keajaiban Dunia zaman kuno.

Terowongan menuju kuil
Ruang dalam kuil
Tembok ruang dalam
Kuil Apollo
Medusa Relief

Turki 2015 – Pamukkale

10. Pamukkale

Perjalanan ke Pamukkale menggunakan mobil van seharian penuh pulang pergi dari Tuncay Hostel. Pamukkale adalah objek wisata air panas di Turki. Situs alam yang terletak di Denizli, Turki, ini merupakan salah satu keajaiban alam yang luar biasa. Air hangat kaya mineral yang memiliki suhu 35° C ini jatuh dari puncak gunung ke lereng sehingga menciptakan kontur yang eksotis. Dalam bahasa Turki, Pamukkale berarti “istana kapas” atau “benteng kapas”. Pamukkale ini berisi air panas dan travertine, mineral karbonat yang ditinggalkan oleh air yang mengalir.

Kalau dilihat sekilas, Pamukkale ini tampak seperti istana kapas karena semua berwarna putih, padahal Pamukkale tersusun dari batu-batuan yang berwarna putih. Begitu sampai di Pamukkale, kita akan mengatakan seperti menginjak salju karena begitu lembut. Karena keindahannya, wisata Pamukkale masuk ke dalam “UNESCO World Heritage Site”. Pamukkale berada di kawasan Lereng Travertine dengan tebing setinggi 20 meter di sepanjang dataran bukit pegunungan Cokelez. Lembah air terjun tersebut memiliki ketinggian sekitar 200 meter di atas dataran Curuksu yang meluas 6 kilometer di sekitar desa Karahayit, Pamukalee.

Bagaimana Pamukkale terbentuk? Karena adanya gejala alam yang sangat menakjubkan. Awalnya ribuan tahun lalu, Pamukkale terbentuk karena gempa. Mata air panas yang mengandung kalsium karbonat keluar dan menguap. Akibat kandungan dalam air panas yang selalu meningkat ini, lama-kelamaan lokasi keluarnya air panas ini membentuk lapisan kapur putih dan menyerupai air terjun beku. Akhirnya, membentuk lapisan-lapisan kapur yang tampak seperti tumpukan kapas berwarna putih. Pamukkale, yang berjarak sekitar 19 kilometer dari utara Denzil, memiliki pemandangan alam yang mata airnya memiliki serat dari bumi. Pamukkale telah dijadikan air Spa sejak Romawi membangun air Spa suci hangat berupa Hierapolis pada saat musim semi. Kolam air Spa tersebut dipenuhi dengan banyak marmer yang diambil dari kuil Apollo, Roma.

Ada beberapa tujuan Wisata Pamukkale yang bisa dinikmati, yakni;

  1. Hierapolis Pamukkale
  2. Travertines
  3. Antique Pool

Hierapolis Pamukkale adalah kota tua yang berdiri pada masa roman empire dan byzantine empire. Dinamakan Hierapolis karena dulunya di sini terdapat kuil hiera (salah satu dewa yunani). Di sini kita bisa menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan, katedral, kuil, tembok-tembok, pilar, amphiteather, dan kuburan-kuburan tua (necropolis). Hierapolis ini begitu luas, butuh waktu selama lebih dari 2 jam untuk menjelajahi tempat bersejarah ini.

Hierapolis Amphiteater

Tempat wisata kedua, yakni Travertines Pamukkale. Travertines adalah batuan kapur atau gunung kapur yang terbentuk dari deposit kalsium karbonat. Batuan putih ini terbentuk secara alami sejak ribuan tahun yang lalu. Dari kejauhan Travertines terlihat seperti kolam bertingkat dengan air panas di dalamnya. Keindahan travertines membuat tempat ini selalu dipadati oleh pengunjung. Keindahan Pamukkale Turki terletak pada kolam travertine putih di sekelilingnya, pemandangan hijau subur di bawah, dan pegunungan yang tertutup salju. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik utama di tempat ini. Keindahannya lainnya adalah bahwa Anda dapat mengalami kehidupan yang sama seperti yang pernah dilakukan orang Romawi sebelumnya saat mengunjungi Hierapolis. Formasi travertine kapur Pamukkale telah ada selama lebih dari satu milenium. Perbedaan antara Pamukkale dan mata air panas lainnya di seluruh dunia bukan hanya Anda bisa berenang di dalamnya, tapi Anda bisa mengunjungi jalan-jalan, melihat kuil, rumah mandi, nekropolis, dan teater sisa-sisa Hierapolis.

Travertine Pamukkale
Istana Kapas “Pamukkale”

Tempat wisata lain yang tak kalah indah untuk dikunjungi adalah Antique Pool/ Kolam Cleopatra Turki.  Antique pool ini adalah kolam pemandian air hangat yang kabarnya telah digunakan sejak zaman dulunya. Rumornya Cleopatra pun pernah berenang disini. Hingga kini, wisatawan masih bisa berenang menikmati Antique Pool ini. Aturannya wajib mengenakan pakaian renang. Untuk sekedar masuk ke kolam ini dan melihat-lihat tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun jika ingin berenang, harus membayar sekitar 30 lira. Kolamnya tidak terlalu luas, sekitar 15 x 15 meter. Mungkin mirip telaga di Indonesia. Dasarnya tidak disemen, dibiarkan tetap alami. Kedalamannya ditaksir 1-1.5 meter. Beberapa batuan besar bertumpuk di tengah dan di pojok. Tanaman kecil tumbuh di tengah kolam. Beberapa pengunjung tampak sedang berendam, beberapa bermain air, beberapa berkejar-kejaran. Konon mitosnya, siapa yang berendam di kolam ini akan awet muda.

Di Pamukkale aliran air panas secara alami mengalami proses mengkristal menjadi putih. Sangat menarik melihat kolam-kolam dengan air berwarna kebiruan di Pamukkale, dengan kolam-kolam dan batuan putihnya bagaikan pegunungan salju bila dilihat dari kejauhan. Kolam-kolam air panas alami ini sejak ribuan tahun lalu konon dipercaya mempunyai efek bisa menyembuhkan penyakit. Dengan suhu berkisar antara 35-100 derajat Celsius dan mengandung air mineral di dalamnya sering dimanfaatkan para wisatawan untuk berendam dan melakukan terapi yang dipercaya mengobati berbagai macam penyakit. Uniknya lagi, saat musim dingin pun air ini tidak membeku. Saat musim dingin kawah-kawah air di kolam tersebut sebagian manjadi beku, namun airnya tetap hangat sehingga kawasan di sini seperti terlihat banyak diselimuti kabut putih.

Pemandian Antique Pool Pamukkale yang sangat eksotis

Turki 2015 – Ephesus (part II)

3. Gua Ashabul Kahfi (The Cave of Seven Sleepers)

Sebenarnya masih menjadi perdebatan di mana sebenarnya Goa tempat cerita Tujuh orang Ashabul Kahfi yang tertidur lebih dari 300 tahun itu berada. Para ahli sejauh ini memprediksi beberapa lokasi yang dipercaya sebagai lokasi goa tersebut seperti di Yordania, Suriah, Tunisia, Palestina, dan salah satunya di Turki ini yaitu di Ephesus, Selcuk. Dipercayanya lokasi di dekat Ephesus ini karena berdasarkan sejarah Ephesus itu sendiri yang merupakan kota kuno Romawi. Dalam sejarah Kristen dan Islam keduanya memiliki keterkaitan untuk menyimpulkan goa tersebut berada di Selcuk ini.

Terlepas dari perdebatan itu, tak ada salahnya juga kalau sudah berada di Selcuk untuk mencoba menyambangi Goa tempat tidurnya Ashabul Kahfi ini. Lokasinya juga berada di kaki Pegunungan Bulbul dagi dan cukup terpencil. Untuk menuju lokasi ini dari pusat kota Selcuk memang harus menggunakan taksi atau kendaraan pribadi karena belum adanya angkutan umum yang khusus menuju jalur ini. Di dekat area masuk, terdapat sebuah restoran perkebunan. Di sanalah titik yang bisa dikatakan cukup hidup karena selama perjalanan ke lokasi ini saja kita akan melalui jalanan lengang dan sepi, apalagi untuk menuju gua nya, maka jalanan tanah tanpa fasilitas wisata.

4. Ephesus Museum, Selçuk, Turkey

Museum modern Ephesus berada di kota Selçuk, memiliki koleksi benda-benda arkeologi yang digali di Ephesus seperti artefak Kuil Artemis Ephesus yang besar, artefak dari periode Hellenistic dan Romawi kuno,  artefak dari Basilika St John serta benteng di dekatnya Belevi Mausoleum. Museum ini memiliki dua bagian utama: arkeologi dan etnografi. Berbagai artefak dari Prasejarah, Mycenaean, Archaic, Classical, Helenistik, Romawi, Bizantium, Seljuk dan periode Ottoman dipajang di 8 ruang pameran yang berbeda dan dalam sebuah halaman yang besar.

Sebelum ruang pameran di pintu masuk di sebelah kiri, para tamu dapat menonton video yang menjelaskan Museum Ephesus dengan banyak gambar animasi. Proyektor film video dalam 3 bahasa yang berbeda: Turki, Inggris dan Jerman, masing-masing 10 menit.

Ditutup untuk renovasi selama beberapa tahun, pekerjaan selesai pada awal 2015 dan museum ini kembali dibuka untuk pengunjung. Bangunan baru ini dikerjakan dengan mengagumkan, pamerannya diperhalus dan ditampilkan dengan baik, dengan penjelasan dalam bahasa Turki dan Inggris. Museum yang telah direnovasi ini memiliki lebih banyak ruang pameran, tetapi sekitar 40% dari keseluruhan ruang sekarang didedikasikan untuk toko suvenir dan kafe.

5. Temple of Artemis

Kuil ini dulu sebagai tempat pemujaan terhadap Dewi Artemis sang dewi bulan dan perburuan yang juga merupakan saudari kembar dewa Apollo. Sulit membayangkan kemegahan kuil ini sekarang, namun kuil ini dulunya memiliki 127 pilar untuk menyokong bangunan ini. Ketika sampai di Artemision, jangan heran kalau kita hanya melihat sebuah tiang di tengah tanah lapang dengan rerumputan dan fondasi bangunan yang kadang tertutup oleh air. Yah, inilah reruntuhan yang dulunya adalah salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Zaman Kuno.

Kuil yang dibangun oleh penduduk Ephesus ini berkali-kali dibangun ulang karena terkena banjir, dibakar orang yang tak bertanggung jawab, dan terakhir dijarah dan dihancurkan oleh Suku Goth. Kuil ini pun akhirnya tidak terawat dan pilar-pilar serta bahan bangunannya diambil untuk mendirikan bangunan lain seperti Basilica St. John dan Hagia Sophia. Sekarang yang tersisa hanyalah sebuah pilar hasil rekonstruksi para arkeolog dengan sarang bangau di atasnya.

Ilustrasi Kuil Artemis saat masih utuh
Sisa-sisa Reruntuhan Kuil Artemis

6. St. John Basilica

St. John Basilica merupakan salah satu gereja atau tepatnya reruntuhan gereja tertua di Selcuk. Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit dengan sedikit menaiki bukit, basilika yang sudah menjadi museum ini sudah tampak di depan mata. Dengan membayar tiket 5 Lira, kita dapat masuk ke kompleks basilika yang sekarang memang tinggal puing-puing saja. Hanya ada beberapa bagian dinding dan tiang-tiangnya yang masih utuh. Selain itu, di tempat ini juga ada makam St. John atau Yohanes Pembaptis atau Nabi Yahya A.S.

Sebuah papan keterangan dalam bahasa Turki dan Inggris menjelaskan sejarah basilika ini. Uniknya dalam bahasa Turki St. John atau Santo Yohanes disebut sebagai Aziz Yahya. Menurut papan keterangan, basilika yang berisi makam St. John  ini dibangun pada abad ke-6 oleh Kaisar Justinian dan Ratu Theodora menggantikan gereja tua beratapkan kayu yang sudah dalam kondisi rusak pada saat itu. Basilika ini dibangun dengan enam buah kubah megah dan berbentuk salib dengan ukuran sangat besar, yaitu 130×65 meter.

Karena kemegahannya maka basilika ini pun menjadi salah satu pusat ziarah umat kristiani pada waktu itu dan merupakan bangunan termegah yang dibangun setelah Temple of Arthemis di Efesus. Pada saat Selcuk jatuh ke tangan orang Turki yang beragama Islam pada awal abad ke-14, sebagian basilika diubah menjadi masjid. Namun, sebuah gempa bumi yang dashyat pada tahun 1365 membuat bangunan ini runtuh. Penggalian baru dimulai lagi apada awal abad ke-20 dan sampai saat ini hanya sebagian dinding dan tiang yang dapat kita saksikan.

Reruntuhan St. John Basilica

7. Isa Bey Mosque

Masjid Isa Bey adalah salah satu destinasi wisata di Turki yang menarik dikunjungi karena sejarah, bentuk arsitekturnya yang unik serta letaknya yang berada di antara gereja dan kuil. Masjid Isa Bey dibangun pada tahun 1374-1375, merupakan salah satu karya seni arsitektur tertua dan paling mengesankan yang tersisa dari beyliks Anatolia. Masjid ini terletak di pinggiran Bukit Ayaslug di Selcuk, Izmir. Masjid Isa Bey terletak di sisi barat kota Selçuk, di persimpangan St. Jean Caddesi dan 2040 Sokak. Berdiri hanya 300 meter dari reruntuhan Kuil Artemis dan 250 meter dari pintu masuk ke Basilika St. Saint John.

Masjid Isa Bey Turki

Masjid ini dinamai setelah pendiri eponymous – Isa Bey – anggota keluarga penguasa setempat. Dia berasal dari dinasti Aydinid (tr. Aydinogullari), yang memerintah atas apa yang disebut beylik (semacam kerajaan distrik Turki) di daerah pantai Aegean Asia Asia Kecil. Ibu kota mereka adalah yang pertama di Birgi, dan kemudian – di Selcuk. Di kedua kota tersebut, sejumlah monumen arsitektur dari periode sejarah ini telah dilestarikan, dan Masjid Isa Bey adalah salah satu perwakilan terbaiknya. Menurut prasasti yang ditempatkan pada bangunan, pembangunannya selesai pada 1375. Arsitek yang bertanggung jawab untuk pembangunan masjid adalah Şamlı Dımışklıoğlu Ali. Asal-usul Seljuk bangunan terlihat dalam arab ornamen, mosaik faience, portal barat tinggi monumental, dan dekorasi mewah.

Sebagai akibat dari gempa bumi yang menghantam wilayah Selçuk pada 1653 dan 1668, masjid tersebut rusak parah. Salah satu dari dua menara runtuh sepenuhnya, dan yang kedua runtuh di ketinggian balkonnya. Juga, pilar-pilar yang mengelilingi halaman dihancurkan. Pada abad ke-19, masjid yang hancur digunakan sebagai karavan. Dengan dana yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Yayasan, renovasi menyeluruh masjid dilakukan pada tahun 1975. Sejak itu terbuka untuk Muslim yang setia dan para wisatawan. Renovasi bangunan lainnya terjadi pada tahun 2005.

Arsitektur Indah Masjid Isa Bey

Masjid Isa Bey memiliki dua pintu masuk utama, ke timur dan ke barat dan berisi lapangan air mancur. Dinding barat memiliki tulisan dan bentuk geometris terukir. Dinding-dinding ini ditutupi dengan marmer, sedangkan fasad di sisi-sisinya yang tersisa terbuat dari batu potong. Dibangun secara asimetris di atas dasar 48-kali-56-meter (157 kali 184 kaki). Pelek kubahnya, dengan diameter 9,4 meter (31 kaki) dan 8,1 meter (27 kaki), didekorasi dengan ubin Iznik (Nicaea). Dua belas tiang bundar berdiri di dalam halamannya yang dikelilingi beranda. Menara bata dibangun di atas dasar segi delapan, dan bagian atas dari balkon hancur. Masjid itu memiliki menara lain di barat, yang benar-benar hancur sekarang. Mihrab (ceruk atau altar) dipindahkan ke masjid lain, karena pintu dibuka di sana. Ada Seljuk turbe segi delapan yang terbuat dari batu dan batu bata, dengan atap berbentuk limas, tepat di sebelah masjid.

Interior Masjid Isa Bey

Apa yang membuat Masjid Isa Bey unik adalah desainnya yang asimetris. Tidak seperti masjid yang dibangun dengan gaya tradisional, lokasi jendelanya, pintu, dan kubahnya tidak seragam. Menariknya, kolom-kolom di dalam masjid ini bukan dari konstruksi aslinya. Mereka dari reruntuhan sebelumnya di Ephesus dan Kuil Artemis yang dimasukkan ke dalam bangunan. Ada dua belas kolom ini di sekitar halaman. Marmer diukir dengan desain geometris dan tulisan kaligrafi. Kubah yang dihiasi oleh pirus dan fayans biru, mengungkapkan karakteristik gaya Ottoman.

Arsitektur Indah Masjid Isa Bey

Beberapa hal menarik dari Masjid Isa Bey

  • Masjid ini terletak tepat di bawah benteng di Selcuk dekat Basilika St. John dengan ukuran 51m x 57m termasuk halaman besar.
  • Masjid itu sendiri terdiri dari dua lorong lateral yang ditutupi dengan dua kubah di tengahnya. Menara bata yang masih hidup di sisi utara memiliki basis segi delapan. Fasad barat ditutupi marmer, diukir dengan desain geometris yang indah dan tulisan kaligrafi.
  • Di dalamnya ada mihrab dan mimbar, keduanya terbuat dari marmer, dan dicat ubin pirus di kubah. Kolom interiornya Klasik, dari reruntuhan lokal.
  • Masjid sekarang memiliki satu menara, dibangun dari batu bata pada rencana segi delapan. Setelah itu dihiasi dengan menara kedua, yang tidak dibangun kembali setelah gempa bumi di abad ke-17. Di sekitar masjid berdiri sebuah makam Seljuk segi delapan yang dibangun dengan batu dan batu bata, dengan atap berbentuk limas.
  • Halaman dalam dengan air mancur dikelilingi oleh 12 kolom. Tiang-tiang itu dibawa ke sini dari reruntuhan Efesus kuno. Dinding barat dihiasi dengan prasasti berukir dan bentuk geometris. Dindingnya dilapisi dengan marmer, sedangkan fasad di sisi yang tersisa terbuat dari batu yang dipotong.

8. House of Virgin Mary

Sebenarnya lokasi dari House of Virgin Mary atau Rumah Bunda Maria tidaklah berada di kawasan kota kuno Ephesus. Kita harus keluar dari kawasan wisata itu dan berkendara sekitar 7 km, tepatnya di gunung Nightingale, wilayah Bulbul dagi. Rumah Bunda Maria (Maryam) ini cocok untuk wisata rohani kristen/ katolik di Turki.

Rumah ini ditemukan pada abad ke 19 dan dianggap sebagai rumah terakhir bagi Bunda Maria/ Maryam dalam sebuah buku dari seorang biarawati. Meskipun tidak ada bukti yang secara kuat membenarkan hal tersebut, tetapi kepercayaan ini tetap terjaga terbukti dengan banyaknya peziarah yang datang termasuk beberapa tokoh Paus.

Bangunan ini merupakan sebuah gereja era Bizantium yang sampai sekarang masih berperan sebagai sebuah gereja. Setiap minggu tetap diadakan misa disana sebagai mana gereja umumnya. Misa khusus juga dilakukan yaitu di tanggal 15 Agustus setiap tahunnya. Pada tanggal ini dipercaya sebagai hari terangkatnya Bunda Maria ke Surga.

Kawasan wisata ini mematok tarif tiket sebesar 15 Lira bagi wisatawan. Kunjungan wisata sendiri bisa dilakukan sejak jam 8:00 sampai 19:00. Gereja ini sendiri bukanlah sebuah bangunan besar. Dibangun pada abad ke 6, strukturnya berupa bata ekspose. Memasuki bagian dalam, terdapat altar khusus Bunda Maria yang menarik mata karena patung Bunda Maria dengan berlatar tembok batanya. Tak hanya umat Kristiani, umat Islam pun boleh masuk dan berziarah. Namun sayangnya, tidak diizinkan mengambil gambar di bagian dalam ini. Untuk keluar dari bangunan, kita bisa menuruni anak tangga dan menuju ke sebuah sumber air. Air ini dipercaya memiliki manfaat untuk kesehatan sehingga banyak pula pengunjung yang mengambil dan menyimpannya di botol untuk dibawa pulang.

9. Sirince Village

Sirince (baca: shi ren jay) adalah desa mungil yang cantik di Turki, perpaduan keindahan alam dan budayanya. Dalam bahasa Yunani, kata “sirince” berarti nyaman atau cantik. Sirince adalah desa dengan 600 penduduk di Provinsi Izmir, Turki, yang terletak sekitar 8 kilometer timur kota Selcuk. Desa ini merupakan desa Orthodox yang cukup tua berjarak 12 km dari Ephesus dan 30 km dari Kusadasi. Meskipun Desa Sirince mengembangkan pariwisata dengan sangat cepat dan mampu mempertahankan keaslian dan arti namanya.

Sirince merupakan desa yang tersembunyi di balik pegunungan dan dikelilingi perkebunan yang membentang hijau. Daerah ini pada awalnya dihuni oleh orang Turki keturunan Yunani. Dulunya desa ini bernama “Cirkince” yang artinya “buruk rupa”. Nama yang sungguh kontras dengan keindahan desa tersebut. Penduduk desa pada masa itu sengaja memberi nama demikian supaya orang asing tidak datang berkunjung. Akan tetapi, seluruh penduduk Yunani keturunan Turki dimigrasikan ke Turki dan seluruh penduduk Turki keturunan Yunani dimigrasikan ke Yunani, setelah perang kemerdekaan Turki. Kisah tentang pertukaran penduduk inilah yang kemudian melatarbelakangi Dido Soutiriou menulis novel ‘’Farewell Anatolia’’. Dido menggambarkan desa itu sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi.

Jika ada pemandangan Bar dan toko yang menjual wine, salah satu jenis minuman beralkohol tepat berada di depan sebuah masjid dengan jarak beberapa belas meter saja, maka kita sudah berada di Sirince. Jalanan di Sirince hampir semuanya merupakan jalur setapak sempit yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Di sekitar tempat parkir bus-bus wisata, ada area bazaar kecil yang menjual aneka pakaian, buah kering, kerajinan tangan dan tentu saja wine. Dengan ramahnya para penjual akan mempersilahkan para wisatawan untuk mencicipi dagangan mereka. Tak ada keharusan membeli setelah mencicipi wine mereka secara gratis. Ternyata wine tidak hanya bisa dibuat dari anggur. Rupanya, wine bisa dibuat dari hampir semua jenis buah-buahan. Terbukti di Sirince, ada macam-macam jenis wine yang diperjual-belikan. Mulai wine dari buah strawberry, cherry, apricot, bahkan pisang.

Mengunjungi Sirince, maka akan terlihat kesederhanaan Turki. Penduduknya sangat ramah. Mereka akan menyapa dengan kata ‘’merhaba’’ yang dalam bahasa Indonesia berarti : hai/halo. Anda bisa berjalan menyusuri jalan berbatu ke bagian lebih dalam dari desa ini. Tampak di kiri dan kanan jalan berdiri rumah-rumah khas Yunani. Rumah-rumah itu, kini telah beralih fungsi menjadi toko atau kafe yang ramai dikunjungi turis. Suasana asri masih terasa, kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk. Susunan rumah-rumah tradisional di sini cukup rapi. Fasad bangunannya mengingatkan pada bangunan di Mediterania, bersusun-susun dengan bentuk yang seragam. Seluruh rumah di Sirince berwarna putih. Bentuk rumah ini sebenarnya sudah bertahan sejak era kekhalifahan Usmani dan masih dipertahankan hingga sekarang. Bahkan oleh pemerintah Turki, rumah-rumah tersebut, kini, benar-benar dijaga keasliannya karena menjadi daya tarik wisata.

Lorong-lorong di Sirince hanya selebar kurang lebih dua meter. Lorong tersebut hanya merupakan jalan dengan susunan batu alam yang seolah ditaruh sembarangan, tidak ditata dengan rapi. Terkadang bahkan dirambati tumbuhan liar. Setelah sepuluh menit berjalan di desa ini, pertama kali yang akan kita jumpai adalah Sirince Market. Di sini akan ditemukan barang-barang khas Sirince seperti minyak zaitun, sabun dan body lotion. Penduduk desa ini memang pandai mengolah minyak zaitun. Selain minyak zaitun, produk yang terkenal di sini adalah wine. Di Sirince Market, kita juga bisa membeli pernak pernik khas Turki seperti aksesoris yang berhias mata biru (nazar bocungu).

Selain Sirince Market, di desa ini juga akan menemukan Gereja St John the Baptist yang sekarang hanya menjadi objek wisata. Gereja yang dulunya menjadi tempat ibadah penduduk Sirince ini berarsitektur Yunani dengan mosaik yang sedikit tersisa. Pengunjung dapat masuk dengan bebas dan menikmati keindahan interiornya. Puas menjelajah, bisa mampir ke Say Artemis Restaurant. Dimana restoran dengan arsitektur khas Yunani dan menempati bangunan batu. Di restoran ini kita bisa masuk ke dalam untuk melihat-lihat interior bangunan dan juga memasuki ruang bawah tanahnya yang juga menjadi restoran. Restoran outdoor-nya menawarkan pemandangan indah ke lembah Sirince. Di restoran ini, kita juga bisa menikmati makan siang di bawah teras yang berhiaskan tumbuhan rambat dengan suasana sejuk.

Secara garis besar Sirince dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian bawah yang berisi rumah-rumah yang sudah dialihfungsikan menjadi toko, restoran, dan pension (penginapan kecil). Di bagian ini pula menjadi area yang paling ramai dari Sirince, di sini pula terdapat pasar tradisional yang menjual komoditas perkebunan dan juga buah tangan khas Sirince. Sementara, bagian kedua adalah bagian tengah, kawasan hunian. Rumah-rumah di sini biasanya dimiliki oleh penduduk asli Sirince yang berprofesi sebagai petani. Ciri khasnya pada kandang ternak, lumbung, dan traktor serta alat pertanian yang diletakkan di halaman. Kemudian bagian terakhir ada di bagian yang paling tinggi dari kontur desa ini. Rumah-rumah yang ada berukuran besar, sebagian ada paviliun, sebagian memiliki halaman dan kebun yang luas. Mungkin dulunya adalah rumah para pembesar atau rumah orang kaya. Semakin masuk ke dalam desa, pengunjung akan semakin menemui pemandangan yang berbeda-beda. Pengunjung akan serasa masuk ke labirin, suatu kali akan tiba-tiba bertemu jalan buntu atau beberapa saat kemudian bisa berjumpa pemandangan perbukitan yang membentang di sekitar Sirince.

Artemis Restaurant

Jepang 2019 – Kyoto – Osaka

11. Kiyomizu Temple Kyoto

Setelah melepas kekaguman pada Gassho Village yang terdaftar sebagai UNESCO Heritage, kami melanjutkan perjalanan ke Kyoto. Kyoto sama terkenalnya dengan Tokyo. Sebelum ibukota Jepang pindah ke Tokyo, kota Kyoto-lah yang lebih dari 10 abad menjadi ibukotanya Negeri Matahari Terbit ini. Tentu tak hanya pemandangan alamnya yang bagus, sebagai bekas ibukota, Kyoto menyimpan banyak warisan budaya dan peninggalan sejarah. Salah satu situs yang masih bisa dinikmati adalah Kiyomizu-dera atau Kuil Kiyomizu. Kuil ini bisa dibilang sebagai kuil paling terkenal di Kyoto, bahkan Jepang. Kiyomizu-dera sudah menjadi landmark ikonik bagi kota Kyoto. Letaknya pun cukup strategis, yaitu dalam lingkup pusat kota Kyoto.

Pertama kali kuil kuno ini dibangun pada tahun 798 namun karena di Jepang sering terjadi gempa dan berbagai macam bencana maka kuil ini sempat rusak. Kemudian diadakanlah rekonstruksi, jadi bangunan yang sekarang dinikmati merupakan hasil perbaikan yang dilakukan pada tahun 1633. Kuil Budddha ini merupakan bagian dari ajaran sekolah Buddha Hosso yang bermula di kota Nara. Aula utama kuil ini memiliki beranda yang cukup luas. Beranda ini disokong oleh pilar-pilar besar dan tinggi. Jadi kalau diperhatikan aula utama dari kejauhan maka terlihat kuil ini seperti menggantung di tepian tebing. Di bawah aula terdapat sebuah air terjun yang bernama Otowa-no-taki, di mana para pengunjung meminum air ini karena dipercaya akan memberikan kesehatan dan menjadi awet muda. Jika percaya dengan hal semacam ini, bisa dicoba, meskipun biasanya antrian mengambil air ini cukup panjang.

Di sekitar aula utama terdapat beberapa bangunan lainnya yang juga otentik, yang merupakan aula-aula lainnya serta kuil-kuil untuk berdoa. Terdapat Kuil Jishu (Jishu-jinja) yang terdapat tak jauh di atas aula utama Kiyomizu-dera. Di Kuil Jishu, biasanya para pengunjung mencoba peruntungan dalam hal percintaan. Mereka akan berjalan sambil memejamkan mata di antara dua buah batu yang berjarak 18 meter. Jika Anda melewati batu tersebut maka semangat atau gairah Anda akan cinta tak akan terpenuhi. Anda juga bisa meminta tolong orang untuk memandu Anda ketika berjalan di antara kedua batu tersebut namun itu artinya Anda membutuhkan pemandu untuk menemukan cinta sejati Anda.

Kuil ini biasanya ramai ketika musim semi dan musim gugur tiba. Kalau sempat berkunjung ke kuil ini saat malam di musim gugur akan dapat disaksikan illumination atau atraksi pencahayaan namun lagi-lagi harap dipertimbangkan juga antrian yang sangat panjang. Untuk mencapai tempat ini kita dapat berjalan dari kawasan Kawaramachi dan juga Gion. Jika berangkat dari Stasiun JR Kyoto, bisa menaiki bus bernomor 206 dan berhenti di halte Kiyomizu-michi atau Gojo-zaka. Kemudian dari situ bisa juga berjalan melewati dua buah jalan paling atraktif di Kyoto, yaitu Ninen-zaka dan Sannen-zaka. Untuk masuk ke Kiyomizu-dera, diwajibkan membeli tiket masuk seharga ¥300. Buka dari jam 6 pagi hingga 6 sore.

12. Shinkansen

Sudah lama kita di Indonesia mendengar ‘kehebatan’ Shinkansen, kali ini kami punya kesempatan mencoba kehebatan kereta yang kerap disebut “Bullet Train”. Kami mencoba Shinkansen sebentar saja 15 menit, yakni dari Kyoto ke Osaka yang jarak sekitar 60 KM. Kesimpulannya, Shinkansen memang hebat. Shinkansen (新幹線 adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways. Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang, kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.

Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut. Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu miliar penumpang pada 1976.

Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (615 km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru ‘Nozomi’ yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/jam telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.

Dari segi keamanan sangat mencengangkan, tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.

Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, namun tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.

Dari aspek ketepatan waktu, pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.

Shinkansen

Setelah sampai di stasiun  Osaka, kami masih menggunakan kereta MRT untuk bisa sampai di Shinsaibashi, pusat belanja teramai, kemudian menginap di Kansai Bellevue Garden Hotel. Disalah satu sudut Shinsaibashi berdiri replica patung Liberty. Esok pagi sudah bersiap-siap ke Bandara Kansai untuk kembali ke Indonesia dengan tetap menggunakan Singapore Airline. Minggu malam pukul 20:00 sudah tiba di Terminal 3 Bandara Soetta, Indonesia.

TAMAT

Jepang 2019 – Takayama – Shirakawa Go

9. Takayama Old Town

Dari Matsumoto, kami bertolak menuju Takayama Old Town atau Sanmachi Suji yang terkenal dengan nuansa budayanya yang kental. Takayama dikenal sebagai rumah bagi salah satu kota bersejarah terbaik yang ada di Jepang, mereka mempertahankan sentuhan tradisional khas kota tua yang terawat dan indah, yang terletak di Pegunungan Hida Prefektur Gifu, sejak Periode Edo (1603–1868). Lokasi pegunungan Takayama yang terpencil telah membantu mempertahankan pesona dan suasana tradisionalnya yang luar biasa, dan kini menjadikannya sebagai permata tersembunyi.

Takayama merupakan rumah bagi kuil bersejarah yang mengesankan, yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan-jalan di sekitar area kota tua. Area Kuil Higashiyama dibuka ketika peguasa feodal Takayama, Kanamori Nagachika, membangun sejumlah besar kuil di daerah perbukitan yang letaknya sedikit lebih tinggi di atas kota. Keindahan daerah ini meningkat ketika musim dingin tiba, di mana rumah-rumah pedagang Sanmachi yang terletak di distrik tua tertutup salju yang turun dengan sangat lembut. Air dari salju yang meleleh juga mengalir di bawah atap dan jendela-jendela kisi-kisi rumah-rumah tua, sementara suhu yang hangat memancar dari api dari dalam rumah.

Kota tua Takayama, yang disebut Sanmachi, adalah salah satu tempat wisata yang tak boleh dilewatkan ketika datang ke Gifu. Wisatawan dapat berjalan-jalan sembari menikmati arsitektur tua dari Periode Edo. Ada pula toko kerajinan yang menjual kerajinan tradisional karya masyarakat lokal, restoran yang menyajikan makanan khas setempat dan pabrik sake yang menawarkan sake terbaik di Takayama.

Sebagai kota kecil yang yang dikelilingi oleh alam yang indah, dari gunung dan sungai hingga hutan dan sungai, Takayama adalah tempat yang sempurna untuk menikmati pemandangan Jepang yang indah dan bersantai dengan damai dan tenang. Terlebih jika ditambah dengan menikmati hidangan daging sapi Hida dan sushi berkualitas baik, dapat menambah kesan liburan yang menyenangkan.

Salah satu hal terbaik ketika mengunjungi kota ini adalah dengan melakukan perjalanan kereta api yang menakjubkan dengan menggunakan Hida Wide View Express. Kereta tersebut mengelilingi tempat-tempat yang indah dan juga pegunungan di Prefektur Gifu. Perjalanan ini sama menakjubkannya di musim dingin, dengan pemandangan luar biasa putih dan pegunungan berselimut salju yang sangat indah.

10. Shirakawago dan Gassho-Zukuri

Perjalanan dilanjutkan menuju Gassho Village di kota Shirakawago yang terdaftar sebagai budaya warisan UNESCO. Desa bersejarah yang memiliki banyak rumah Gassho-zukuri, yaitu rumah bergaya arsitektur rumah Jepang, di mana rumah dibangun dengan bentuk yang menyerupai tangan yang sedang berdoa dan menggunakan atap jerami yang dibangun meruncing. Gassho-zukuri adalah warisan budaya yang sangat berharga yang hanya bisa dilihat di Shirakawago dan Distrik Gokayama.

Pada tahun 1995, UNESCO menetapkan rumah gassho-zukuri di Shirakawa-go dan Gokayama sebagai bagian dari Situs Kebudayaan Dunia. Shirakawa-go memiliki jumlah rumah bergaya gassho-zukuri terbanyak dibanding dengan dua desa bersejarah lainnya. Hingga saat ini, rumah-rumah gassho-zukuri ini masih digunakan sebagai tempat tinggal. Kuil Buddha, gubuk, itakura (gudang), Kuil Shinto, dan saluran air, adalah beberapa objek lain yang wajib dijaga dan dipertahankan. Melihat rumah-rumah yang berdampingan dengan alam seperti melihat pemandangan daerah yang belum terjamah.

Di desa ini, ada beberapa bangunan yang dibuka untuk umum, seperti Bekas Museum Keluarga Toyama dan Museum Myozenji. Di desa ini, pengunjung bisa mengenal dan mempelajari sejarah dan kebudayaan Shirakawa-go sambil melihat-lihat bagian rumah gassho-zukuri. Bangunan bergaya gassho-zukuri menggunakan atap dari jerami yang sangat mudah terbakar. Pengunjung diharapkan untuk tidak merokok di area desa dan jangan membuang sisa rokok ke sembarang tempat. Selain itu, pengunjung diharapkan untuk tidak keluar masuk ke rumah-rumah yang ada di desa ini tanpa izin, karena sebagian bangunan masih berpenghuni. Harap berhati-hati saat berkeliling desa, karena tidak ada pagar yang membatasi desa.

Setiap pertengahan Januari hingga pertengahan Februari, setiap hari Sabtu dan Minggu, rumah-rumah gassho-zukuri di Shirakawa-go akan diterangi dengan lampu-lampu yang dipasang dibubungan rumah. Hal yang sama dilakukan di rumah-rumah yang berada di sekitar Wada, Kuil Myozenji, daerah sebelah barat dan Kan-machi, serta area Shitagoso. Penerangan ini hanya dilakukan pada waktu tertentu dan pengunjung diharapkan untuk datang lebih awal untuk menghindari kemacetan. Selain itu, Hida adalah distrik terdingin di Jepang, sehingga pengunjung diharapkan untuk menggunakan pakaian yang sesuai. Pengunjung juga diharapkan untuk menyediakan payung dan senter untuk berjaga-jaga. Jika Anda berkunjung dengan menggunakan kendaraan pribadi, pastikan ban kendaraan Anda sudah sesuai untuk perjalanan di musim dingin.

Ada hal unik yang kami temukan di desa ini, tradisi UKAI, yaitu tradisi menangkap ikan dengan bantuan burung Kormoran sejenis burung laut. Burung-burung itu akan dilepas ke tengah laut atau tepi sungai untuk menangkap ikan. Burung laut itu akan menyelam tepat di bawah air dan mendorong sayap mereka dan menangkap ikan dengan paruh mereka. 

Dalam tradisi kuno Jepang, nelayan telah belajar bagaimana melatih burung laut untuk membantu mereka menangkap ikan di sungai. Tradisi ini masih dipraktekkan di beberapa tempat di Jepang, khususnya di Sungai Nagara di Prefektur Gifu, di mana seni kuno memiliki sejarah lebih dari 1.300 tahun. Dengan menaiki perahu kayu panjang, para nelayan akan memancing di bawah kegelapan. Untuk mencegah kormoran menelan ikan tangkapan mereka, nelayan akan mengikat pangkal tenggorokan mereka dengan senar, yang memungkinkan burung hanya menelan ikan kecil saja. Seekor burung dapat menyimpan sampai enam ikan di tenggorokannya dalam satu waktu.

Teknik memancing ini tidak semudah yang dibayangkan. Nelayan membutuhkan keterampilan khusus yang umumnya diwariskan dari bapak ke anaknya. Meski teknik memancing ini sudah tergerus zaman, para nelayan di kota Gifu masih melakukannya hingga sekarang dan itu menjadi salah satu atraksi yang berhasil menarik wisatawan dari seluruh dunia.

Miyako Hotel, Nagarafukumitsu, Gifu

Bersambung…..

Jepang 2019 – Matsumoto

8.  Matsumoto

Setelah puas berkeliling di Iyashinosato “the ancient Japanese village” sore hari kami bertolak menuju Matsumoto, malam hari sudah sampai di Matsumoto Marunouchi Hotel. Dari jendela kamar hotel terhampar pemandangan indah sekali dengan Matsumoto Castle yang tampak berdiri gagah dimalam hari. Esok paginya, rombongan berjalan kaki 5 menit sampai lah di Matsumoto Castle(松本城 Matsumoto-jō) salah satu kastil tertua di Jepang dengan usia  500 tahun, lokasi di kota MatsumotoPrefektur NaganoJepang. Kastil Matsumoto kerap dijuluki Kastil Gagak karena warna hitam yang mendominasi seluruh dinding kastil enam lantai tersebut. Selain itu, bentuk atap juga layaknya sayap burung yang mengembang.


Hotel Matsumoto Marunouchi, Nagano

Kastil Matsumoto kini berubah fungsi menjadi museum memamerkan berbagai benda sejarah di dalamnya. Kastil terlihat indah karena dikelilingi taman nan asri. Meski masih tampak kokoh, jika dilihat dari kejauhan, Kastil Matsumoto ternyata tidak lagi berdiri tegak. Bangunan ini terlihat agak miring. Kabar berhembus, konon, itu karena kutukan Tada Kasuke. Siapa dia? Tada Kasuke merupakan seorang petani kaya di abad ke-17. Bersama 27 petani lainnya di wilayah ini, dia menggugat kenaikan pajak ke Daimyo (penguasa lokal) di Kastil Matsumoto.

Namun protes berujung kerusuhan, insiden membuat Daimyo mengalah dan berjanji akan mengirimkan dokumen kepada para petani yang menyatakan pajak akan diturunkan. Tapi kemudian, mereka malah menangkap dan mengksekusi mati Tada Kasuke dan 27 petani tanpa proses pengadilan. Sebelum dieksekusi, Tada Kasuke sempat mengutuk keluarga Mizuna dan bangunan kastil yang mereka tinggali. Cerita ini ramai tersebar di internet. Namun, seperti apa kebenarannya? “Saya baru mendengar cerita itu,” kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Turis Hakuba, Bunsei Sato, sambil tertawa. “Sepanjang kastil ini berdiri, ada banyak generasi penguasa yang menempatinya sehingga kebenarannya perlu ditelusuri lagi,” lanjut Sato.

Kastil ini dibangun sebagai benteng pertahanan selama masa perang. Pada tahun 1550, daerah Matsumoto di bawah aturan klan Takeda dan Tokugawa Leyasu, ketika Toyotomi Hideyoshi memindah Leyasu ke wilayah Kanto. Kastil Matsumoto adalah istana tertua di Jepang, dibangun pada periode Bunroku (1593-1594) memiliki lima lapis menara utama dengan enam tingkat, menara utama ini ditetapkan sebagai harta nasional dan situs kastil sebagai tempat bersejarah nasional. Ini adalah salah satu dari empat istana harta nasional bersama-sama dengan Kastil Himeji, Kastil Hikone, dan Kastil Inuyama. Kastil ini masih ada sampai hari ini setelah semua kesulitan dihadapi selama masa 400 tahun masa perang provinsi sejak era Sengoku.

Penampilan kastil ini yang berdiri megah di depan Utara Alpen sangatlah indah, menunjukkan penampilan yang berbeda dari musim ke musim. Sejumlah biaya dibebankan untuk tur menara utama tersebut. Pemandangan indah Alpen Utara dan jalan Matsumoto dari lantai paling atas (lantai enam) sangat layak untuk dilihat. Menara utama lima lapis dan enam tingkat ini memiliki sekitar 140 pijakan dengan pijakan tajam sekitar 61 derajat, sehingga sulit untuk naik bagi mereka yang memiliki masalah dengan berjalan. Bagian dalam kastil tetap terawat dengan baik seperti bentuk saat sebelum di bangun kembali. Tangganya dibuat curam dan sempit dengan tujuan defensif selama era Sengoku. Harquebuses (senapan api isi ulang) dan armor (baju zirah) juga dipamerkan. Kastil ini sangat populer selama musim bunga Sakura. Ketika cahaya dinyalakan di malam hari, hanya untuk jangka waktu terbatas selama musim bunga Sakura, kastil ini akan menjadi sangat ramai. Anda dapat menikmati berjalan-jalan di Kota sekitar kastil yang menciptakan suasana pada era Edo terutama di jalan Nawate dan jalan Nakamachi. Dan juga dianjurkan untuk mampir di jalan di mana toko-toko suvenir dan restoran berdiri berdampingan. Museum Seni Kota Matsumoto (Matsumoto City Museum of Art) dan bekas sekolah Kaichi, ditunjuk sebagai aset budaya nasional yang penting, dan juga merupakan tempat yang wajib dikunjungi.

Matsumoto juga merupakan tempat kelahiran Kusama Yayoi, duta seniman kontemporer di Jepang. Oleh karea itu, banyak karya Kusama Yayoi yang dipindahkan ke Museum Seni Matsumoto City. Berbicara tentang seni, Matsumoto juga mengadakan acara festival musik yang dipimpin oleh konduktor kelas dunia Seiji Ozawa. Festival musik tersebut diadakan setiap tahun antara bulan Agustus dan September dan banyak musisi terkenal dari seluruh dunia berkumpul di sini. Selepas di Matsumoto Castle, kita bebas berkeliling kota dan taman kota Matsumoto, spesialnya kita dapat hanya berjalan kaki karena lokasi nya berdekatan.

Yayoi Kusama

Sore harinya rombongan bertolak menuju Takayama Old Town, dalam perjalanan tersebut kami menyaksikan pemandangan yang indah serta hujan salju yang semestinya sudah tidak ada pada bulan April. Suatu anomali musim yang membawa keberuntungan bagi kami.

Bersambung…..

Jepang 2019 – Kawaguchi – Iya No Sato

5.  Gotemba Premium Outlet

Perjalanan dilanjutkan dari area Shibuya menuju Gotemba Premium Outlet , yaitu outlet mall terbesar dan terpopuler di kota Tokyo, Yokohama, dan Chiba, juga merupakan shopping center terluas (44.600 meter persegi ) terkenal di kalangan wisatawan orang Indonesia. Gotemba Premium Outlet terletak di Kota Gotemba, Prefektur Shizuoka, yang menyediakan lebih dari 200 toko dengan brand premium. Pusat perbelanjaan ini berlokasi 80 km barat daya pusat kota Tokyo, dekat dengan Gunung Fuji. Gotemba Premium Outlets ini dibuka sejak 13 Juli 2000.

Area Gotemba Premium Outlets terbagi menjadi dua karena terpisah oleh sungai yang berada di bawah tebing. Satu jembatan panjang menjadi penghubung kawasan barat dan timur serta menjadi obyek foto para pengunjung. Mereka yang melintasi jembatan ini tidak lupa untuk berfoto ataupun selfie di tengah ataupun di ujung jembatan. Sebab, pemandangan belakang yang ada di jembatan ini adalah gunung Fuji. Waktu kami sampai di lokasi ini cuaca tidak bersahabat, hujan cukup lebat dan lama sehingga gunung Fuji tidak kelihatan.

Selain itu, Gotemba Premium Outlet juga memiliki kurang lebih 7 sampai 8 taman luas. Para pengunjung pun tak hanya berbelanja tetapi juga memasuki taman untuk sekadar duduk di taman, membaca buku atau bahkan hanya membawa anjing mereka untuk jalan-jalan. Namun jika hewan peliharaan tersebut tidak diizinkan masuk toko, maka majikannya menunggu teman atau pasangannya yang sedang berbelanja di depan pintu.

Butuh waktu sekitar 1-2 jam untuk memutari seluruh kompleks Gotemba dengan santai. Tentu untuk yang asyik belanja, waktu tersebut akan terasa sangat singkat bahkan kurang. Jika lelah berkeliling, bisa juga mencari hotel terdekat dari Gotemba Premium Outlets. Gotemba juga menyediakan tempat makan yang cukup luas dan nyaman. Berbagai pilihan makanan khas Jepang maupun internasional tersedia di sini. Restoran waralaba McDonalds juga membuka gerainya di Gotemba.

Zakki berpose di depan Gotemba

6.  Resort Kawaguchi

Sore hari menuju Koryu Hotel, Asagawa, Kawaguchiko berlokasi dipinggir danau Kawaguchi yang indah. Kita dapat bersantai di pemandian air panas dalam ruangan umum yang luas dan pemandian luar ruangan dengan pemandangan gunung dan danau yang indah, atau menyewa pemandian air panas untuk penggunaan pribadi. Kamar-kamar bergaya Jepang memiliki lantai tatami (anyaman jerami), perabot rendah, dan jendela besar. Kita akan tidur menggunakan tempat tidur futon tradisional. Kamar-kamar bergaya barat menawarkan tempat tidur twin dan furnitur kayu, sementara semua kamar menyediakan TV LCD, perlengkapan mandi, dan jubah yukata.

Hotel Koryu dapat dicapai dalam 5 menit berkendara dari Stasiun Kereta Kawaguchiko di Jalur Fujikyuko dan dalam 10 menit berkendara dari taman hiburan Fujikyu Highland. Gunung Fuji dapat dicapai dalam 50 menit berkendara. Suasana terasa berbeda ketika kami bersantap makan malam sambil mengenakan pakaian Yukata. Selepas makan malam, kami pun mencoba Onsen, yaitu mandi air panas ala orang Jepang.

Bersantap malam dengan pakaian khas Yukata
Koryu Hotel, Kawaguchiko

7.  Iyashi No Sato

Malam hari di hotel Koryu masih sangat dingin suhu 2.5 derajat Celcius dan masih tampak hujan salju. Jadi malam itu kegiatan dilakukan di dalam hotel seperti makan malam dengan kostum Yukata, mandi air panas (Onsen). Esok pagi nya Alhamdulillah cuaca sangat bagus, langit terang dan bersih, gunung Fuji terlihat jelas dan indah sekali. Pagi nya kami bergerak kurang lebih 1 KM dari hotel untuk mendapatkan spot bagus berfoto dengan latar belakang gunung Fuji yang sangat jelas.

Perjalanan dilanjutkan menuju Iyashi No Sato, sebuah desa wisata yang terletak di sebelah barat Danau Saiko, salah satu danau yang mengelilingi gunung Fuji, atau lebih tepatnya terletak di Saiko, Fujikawaguchiko-machi, Minamitsuru-gun, Yamanashi. Kerap juga disebut Nenba Hama akan dijumpai lebih dari 20 rumah atau bangunan tradisional Jepang dengan dinding dan atap terbuat dari anyaman bambu dan jerami. Bentuk atapnya menggambarkan penutup kepala yang biasa dipakai oleh para samurai atau helm samurai. Sedangkan arsitekturnya mengikuti gaya Kabuto-zukuri. Saat ini, rumah – rumah di Iyashi no Sato difungsikan sebagai museum, restoran, toko serta galeri yang menampilkan kerajinan dan kesenian khas Jepang. Karena sudah tidak dihuni lagi, rumah-rumah ini berjajar, semakin masuk ke dalam semakin tinggi bangunannya, dilengkapi juga dengan adanya gunung Fuji di belakangnya..

Iyashi no Sato yang kadang dijuluki Healing Village No Sato adalah desa yang masih mempertahankan arsitektur zaman dulu dengan suasana sekitarnyapun masih terjaga keasliannya. Tenang dan damai akan dirasakan jika kita memasuki desa ini seolah bisa merasakan hidup di masa lalu. Dengan latar belakang gunung Fuji juga dialiri sungai Honsawa ditambah lagi dengan pepohonan hijau serta segarnya air danau, menambah keasrian desa ini. Desa ini sungguh menyuguhkan pemandangan alam yang masih asli dan alami. Saat kita menikmati udara di pegunungan dan udara sekitar yang menyentuh kulit tentunya akan terasa sejuk dan lembut. Tak heran, jika Iyashi no Sato termasuk dalam kategori desa tradisonal di Jepang yang bersaing dengan dengan Desa Shirakawago di Gifu dan Desa Boso No Mura di Chiba. Wisatawan pun lebih menyukai tempat ini untuk mengasingkan diri agar mendapatkan kedamaian dari hingar bingar padatnya kota.

Pada mulanya desa ini banyak penghuninya dan sudah dikenal dengan rumah tradisional dari zaman Edo. Namun pada tahun 1966, Iyashi no Sato mengalami bencana yaitu dilanda badai topan dan tanah longsor. Sehingga meluluh-lantakan desa ini sehingga para penduduk pun pergi meninggalkan desa ini. Empat puluh tahun kemudian, tempat ini dibangun kembali untuk menghidupkan kembali rumah tradisonal Jepang beratap jerami. Dengan fungsi yang berbeda, sudah tidak dihuni lagi, akan tetapi alih fungsikan sebagai museum, galeri kerajinan tradisioanal Jepang, juga diadakannya acara seperti zaman dahulu yang disesuaikan dengan musim. Tempat ini dibuka kembali pada tahun 2006.

Ada banyak tempat menarik di dalam desa Iyashi No Sato. Ada kolam ikan dengan air yang jernih berada di sisi kiri gerbang masuk ke Iyashi no Sato. Terdapat sebuah tong yang dialiri air dan berisi botol-botol minuman dengan tulisan Jepang menggantung, tidak jauh dari kolam. Aliran air itu digunakan untuk mendinginkan minuman atau dijadikan kulkas. Dari gerbang masuk ini sudah terdapat toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk khas Jepang seperti, udon basah, teh, miso, beras, serta kerajianan tangan. Kerajinan tangan yang dijual ada arang, tembikar, kain tenun, pot hingga dupa. Untuk makanan biasanya yang terkenal dan menarik adalah udon. Terdapat juga toko yang menawarkan teh gratis. Selain itu ada Museum Pengendalian Erosi dan Sedimen terletak tepat di area pintu masuk. Museum ini menjelaskan tentang bencana yang memporak-porandakan desa Iyashi no Sato juga cara mencegah agar bencana tersebut tidak terjadi lagi.

Bangunan lainnya adalah Rumah Seseragiya, dekat pintu biasanya terpajang instalasi seni yang bentuknya sesuai dengan tahun imlek, karena biasanya digunakan untuk penyambutan tahun imlek. Rumah yang menghadap timur ini memiliki dinding yang dipenuhi gambar yang indah, kebanyakan bentuk potret orang sendiri ataupun bersama-sama. Di sini kita bisa mencoba membuat kartu. Atau melihat pertunjukan perajin lokal membuat keranjang pengeringan bambu selama akhir pekan.

Bangunan berikutnya Rumah Miharashiya, rumah dengan dua lantai. Di lantai pertama dipenuhi dengan dengan hasil seni yang telah mendapatkan penghargaan, jadi hampir mirip dengan galeri. Sedangkan di lantai kedua difungsikan sebagai menara pandang. Untuk memasuki lantai dua, wisatawan harus melepas alas kakinya dan berganti dengan skital yang sudah disediakan. Menara pandang tersebut terletak di ujung tangga yang terdapat jendela besar sebelah kiri. Dari menara pandang ini, gunung Fuji semakin terlihat mempesona.

Kami bersyukur sekali, di lokasi ini kami menemukan salju serta pemandangan gunung Fuji yang sangat jelas tanpa terhalang apapun. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan dengan cuaca yang terang benderang, kami semua nya menyewa pakaian khas Jepang baik kostum Shogun maupun Samurai lengkap dengan pedang untuk berfoto ria.

Selanjutnya ada bangunan Rumah galeri kerja tembikar Fuji Roman-gama. Di dalam rumah ini tentu terdapat beragam tembikar. Ada dudukan sumpit berbentuk kucing yang dijual muali 200 Yen. Ada juga mangkok kecil khas Jepang dipenuhi motif indah mulai dari 400 Yen. Pajangan kecil berbentuk Gunung Fuji seharga 500 Yen. Selain itu, masih banyak tembikar lainnya. Disini, kita juga bisa mencoba membuat hiasan berbentuk burung hantu dan mewarnai tembikar.

Ada juga Watanabe House yang akan menyuguhkan barang-barang pameran yang menggambarkan keseharian para petani di zaman dulu. Terdapat tempat yang kita bisa mencoba kimono ataupun baju besi samurai dengan harga sewa 500 Yen, rumah ini bernama Hinomi-ya. Di ujung desa, terdapat tempat galeri yang memajang aneka patung dan pajangan dinding yang berasal dari kayu, boneka Tsurushi Kazari, senjata samurai, ada juga pakaian kimono atau yoroi tradisional. Di Iyashi no Sato juga terdapat jembatan yang bernama jembatan Fujimi. Biasanya digunakan orang-orang untuk berfoto dengan menggunakan kimono. Iyashi No Sato juga menyediakan gazebo dan tempat khusus yang dipenuhi aneka mainan tradisional bagi anak-anak.

Pintu masuk Iyashi No Sato

Bersambung…

Jepang 2019 – Tokyo

Jepang, 8-14 April 2019

Tour ke Jepang tahun ini memberi insight yang berbeda bagi kami sekeluarga, saya, Esther dan putra kami Zaki, tergabung dalam group Bayu Buana sekitar 28 orang. Rombongan berangkat dari bandara Soetta dengan Singapore Airline hari Senin sore ke Singapore dulu, transit 3 jam, lalu terbang lagi sekitar 8 jam sampailah di Bandara Haneda Selasa pagi. Dari bandara Haneda, mulai lah tour berlangsung dengan bus yang sangat nyaman, menyusuri sebagian dari pulau Honshu dari Tokyo ke arah barat daya (south-west) menyambangi spot-spot di Tokyo, Kawaguchi, Matsumoto, Takayama, Shirakawago dan Kyoto. Dari Kyoto kami mencoba ‘kehebatan’ Shinkansen atau bullet train yang membawa kami dari Kyoto menuju destinasi terakhir Osaka, esok harinya sudah jadwal pulang ke Indonesia melalui bandara Kansai. Berikut adalah catatan beberapa spot yang kami alami atau singgahi.

  1. Ueno Park, Tokyo

Ueno Park adalah taman umum yang berada di kawasan Ueno, distrik Taito-ku, Tokyo, Jepang. Nama resminya adalah Taman Ueno Pemberian Kaisar (Ueno onshi koen). Ueno Park juga merupakan taman paling populer di Jepang yang menarik lebih dari empat belas juta pengunjung di setiap tahunnya. Baik siang ataupun malam, taman ini selalu ramai pengunjung. Taman dengan luas sekitar 530 ribu meter persegi ini dikelola Dinas Pekerjaan Umum Tokyo.

Salah satu destinasi wisata yang paling terkenal dikalangan turis dengan tempat untuk berekreasi dan melihat mekarnya bunga sakura. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum yang tentunya dapat dinikmati publik, seperti Tokyo National Museum, National Museum of Nature and Science, National Museum of Western Art dan beberapa lainnya. Rimbunan pepohonan sebagai paru-paru kota dan suasana yang asri semakin menambah keindahan taman ini.

Ueno Park

Patung Berkuda Istana Pangeran Komatsu Akihito.

Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Mekarnya bunga sakura juga sudah dinanti-nanti oleh warga Jepang bahkan warga asing. Karena banyak dari mereka akan melakukan hanami, yaitu semacam piknik dengan menggelar tikar bersama keluarga dan teman-teman untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura. Taman Ueno memiliki 10.000 pohon, termasuk 1.200 pohon sakura, mulai dari Pohon Ceri Jepang (yang bunganya merupakan bunga khas Jepang “Sakura”), Ginko Biloba, dan masih banyak lagi. Pada akhir Maret dan awal April, Ueno Park menyediakan lokasi untuk menikmati bunga sakura yang paling ditunggu-tunggu oleh dua juta pengunjung untuk menjalankan tradisi hanami. Di sepanjang jalur sakura sudah berjejer pengunjung yang menikmati Hanami. Mulai dari keluarga, anak sekolahan, mahasiswa hingga pegawai kantoran. Lahan khusus yang disediakan dibatasi oleh tali pembatas, sehingga tidak ada penikmat hanami yang duduk melewati batas tersebut, sangat teratur. Pada pukul 17.00 hingga malam hari kita bisa menyaksikan yozakura, yaitu melihat bunga sakura di malam hari. Bunga Sakura biasanya mekar puncaknya hanya dua minggu dan pasti hilang perlahan-lahan. Jika sudah lewat dari dua minggu, akan pindah menuju daerah utara, daerah Tohoku dan terakhir di Hokkaido.


Hanami di Ueno Park

Taman Ueno ini bermula dari sebuah kuil Kan’ei-ji yang dibangun pada zaman Edo oleh shogun ke-3 Tokugawa lemitsu. Kuil Kan’ei-ji dibangun untuk menyegel kekuatan jahat dari timur laut yang dipercaya sebagai mata angin sial. Semasa Perang Boshin pada tahun 1868, bangunan Kan’ei-ji habis terbakar setelah dipakai sebagai benteng pertahanan kelompok prajurit pendukung keshogunan yang disebut Shogitai. Pada tahun 1870, dokter Belanda Anthonius Bauduin datang untuk memeriksa bekas kuil Kan’ei-ji. Rencananya, lokasi ini akan didirikan sekolah kedokteran dan rumah sakit. Sang dokter juga menyarankan untuk mempertahankan kawasan Ueno sebagai sebuah taman kepada pemerintah. Selanjutnya di tahun 1873, lokasi Taman Ueno sudah ditetapkan berdasarkan perintah Dajokan (menteri dalam negeri).

Pada tahun 1876, Taman Ueno sudah selesai dibangun dan mulai dibuka untuk umum. Selanjutnya dimulailah pembangunan Kebun Binatang Ueno dan Museum Nasional Tokyo di tahun 1882. Tahun 1890, tanah kawasan taman berada di bawah yurisdiksi Bagian Tumah Tangga Kekaisaran dan menjadi hak miliknya. Pada tahun 1924, taman secara resmi diberi nama Taman Ueno Pemberian Kaisar (Ueno Onshi Koen) karena Bagian Rumah Tangga Kekaisaran menghibahkan taman kepada pemerintah Tokyo. Lalu, dibangun stasiun kereta api baru antara Stasiun Nippori dan Stasiun Keisei Ueno di Jalur Utama Keisei. Stasiun ini selesai dibangun dan diberi nama Stasiun Hakubutsukan-Doubutsuen pada tahun 1933. Sebelum dihapus pada tahun 2004 Stasiun Hakubutsukan-Doubutsuen sudah berhenti beroperasi di tahun 1997. Kemudian di buatlah patung Anthonius Bauduin untuk memperingati 100 tahun berdirinya Taman Ueno pada tahun 1973.

Kita bisa menikmati taman ueno ini sepanjang tahun atau merasakan empat musim di Taman Ueno. Jadi kapanpun kita bisa datang ke Taman Ueno, karena taman ini selalu menyajikan hal yang berbeda di setiap musimnya. Tak hanya di musim semi dengan bunga sakura yang indah, musim yang lainnya pun tak kalah indah dan menarik.

Selain tempat berekreasi, ada banyak spot yang menarik untuk dikunjungi di Taman Ueno.

  • Museum Nasional Tokyo (Tokyo National Museum) merupakan museum tertua dan terbesar di Jepang. Museum ini terdiri dari lima bangunan yang terpisah. Bangunan ini dibuat terpisah karena masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
Museum Nasional Tokyo
  • Museum Seni Metropolitan Tokyo (Tokyo Metropolitan Art Museum) dibuka pada bulan April 2012. Museum ini menampilkan banyak seni dan galeri. Namun, tidak banyak koleksi permanen yang bisa ditemui dalam bangunan ini, taman ini terbuka untuk umum.
Tokyo Metropolitan Art Museum
  • Museum Sains Nasional merupakan museum ketiga yang ada di Ueno park dan paling banyak dikunjungi oleh pelajar dan wisatawan mancanegara. Di dalam museum ini terdapat 100.000 benda seni dan sejarah tentang awal berdirinya negara Jepang.
Museum Sains Nasional
  • Museum Nasional Seni Barat (National Museum of Western Art) adalah museum yang khusus menampilkan seni barat.
National Museum of Western Art
  • Museum Shitamachi (Shitamachi Museum) memamerkan nostalgia dan rekontruksi tentang kehidupan Tokyo sebelum masa restorasi Meiji.
Shitamachi Museum
  • Monumen Penanaman Presiden Grant, adalah monumen kenangan Presiden Amerika Serikat abad 18-19 yaitu Ulysses S. Grant ketika beliau datang ke Jepang pada tahun 1987. Pada saat itu Presiden Grant menanam pohon cemara lawson dan istrinya menaman pohon magnolia.
Monumen Penanaman Presiden Grant
  • Kebun Binatang Ueno, adalah kebun binatang tertua dan terkenal di Jepang. Kebun binatang ini dibuka pada tanggal 20 maret 1882. Untuk mencapai tempat ini, sahabat cukup berjalan kaki selama kurang lebih lima menit dari pintu keluar Stasiun Ueno. Ada pula sebuah taman rekreasi kecil di sekitar, untuk anak-anak. Kebun binatang nya cukup luas dan tersedia monorel untuk mengantar pengunjung dari satu ujung ke ujung lainnya. Di sini kita bisa menjumpai hewan-hewan dari seluruh wilayah Asia dan Eropa, dengan koleksi paling bervariasi di Jepang dengan lebih dari 400 spesies dan 3.000 hewan. Yang paling terkenal adalah harimau, beruang, singa, gorila, dan biasanya yang menjadi favorit, adalah panda merah. Kita juga akan menjumpai 2 ekor panda primadona Kebun Binatang Ueno.
Kebun Binatang Ueno
  • Kuil Yushima Tenjin, Inilah kuil yang sangat terkenal di Ueno Park, yaitu Yushima Tenjin Shrine. Kuil ini terletak di dekat stasiun Okacimahi. Yushima Tenjin Shrine didirikan pada tahun 1355 yang dikhususkan bagi para pemeluk agama Shinto. Selain itu, tempat ini juga sangat populer bagi para pelajar untuk berdoa dan meminta agar disukseskan dalam ujian sekolah mereka. Wajar jika sebagian orang juga menyebut kuil ini dengan sebutan ”Kuil Pelajar”.
Kuil Yushima Tenjin
  • Kuil Toshogu, dibangun pada tahun 1617 dan terkenal dengan sejarah bangunan arsitekturnya.
Kuil Toshogu
  • Kuil Bentendo, berada di tengah-tengah Danau Shinobazu, untuk ke kuil ini kita bisa melewati jembatan batu.
Kuil Bentendo
  • Kuil Shimizu Kannon-do, temanya sama dengan Kuil Kiyomizu-dera di Kyoto.
Kuil Shimizu Kannon-do
  • Kuil Hanazono Inari (Shinobuoka Inari), kuil ini identik dengan beberapa torii (gerbang merah yang umumnya ada di Kuil Shinto), jadi bisa dirasakan betapa fantastiknya melewati gerbang torii.
Kuil Hanazono Inari
  • Asakusa Kannon Temple, Tokyo

Asakusa Kannon Temple merupakan kuil tertua di Jepang yang terletak di Asakusa Tokyo, dibangun tahun 628 dan selesai tahun 645. Kuil Budha yang satu ini memiliki desain eksentrik dibandingkan dengan kuil-kuil pada umumnya. Dengan Khas warna merah menyala membuat Kuil ini mudah dikenali. Asakusa Kannon Temple atau Kuil Sensoji terkenal dengan gerbangnya yang dikenal dengan nama Kaminarimon (Gerbang Halilintar) yang ditengahnya tergantung lentera raksasa berwarna merah. Dan gerbang ini yang menyambut kedatangan para wisatawan di Asakusa. Setelah melewati Kaminarimon, kita akan melihat Jalan Nakamise-dori atau Nakamise Street. Jika kita terus menyusuri Jalan Nakamise-dori ini, kita akan sampai di bangunan Kuil Sensoji yang megah. Dengan warna merah yang mencolok diantara gedung-gedung lainnya, Kuil Sensoji tetap berdiri tegak. Bangunan merahnya begitu unik dan di sinilah kita dapat menikmati pemandangan khas Jepang nan istimewa. Kita akan terkesan dengan arsitektur Buddha dan patung-patung yang ada di bagian dalam bangunan. Kompleks ini tetap menjadi kuil Buddha yang aktif digunakan dengan pendeta dan biarawan yang menerapkan gaya hidup kerohanian Buddha.

Asakusa Kannon Temple

Di aula Komagatado terdapat Bodhisattva Bato-kannon (patung Kannon), yang dapat kita lihat pada tanggal 19 setiap bulan dan selama festival besar setiap tahun pada tanggal 19 April. Berbagai acara digelar sepanjang tahun di kawasan Kuil Sensoji. Yang terbesar dari mereka adalah Sanja Matsuri, festival tahunan Kuil Asakusa yang diadakan pada bulan Mei. Acara lainnya adalah Karnaval Asakusa Samba pada bulan Agustus dan Hagoita-ichi (Pasar Hagoita) dimana dayung kayu yang dihias dalam permainan tradisional hanetsuki dijual. Sebaiknya datang pagi-pagi atau pada malam hari saat pengunjung tidak terlalu banyak. Dan tentunya tidak akan menyesal karena pemandangan Sensoji di waktu malam sangat impresif.

Orang Jepang biasanya berdoa di bangunan utama pada Kuil Sensoji. Kuil ini biasanya dipenuhi oleh penduduk Tokyo yang berharap berkah sebelum berangkat bekerja, selain menjadi tempat favorit turis. Orang-orang naik ke atas tangga untuk berdoa kepada Kannon, Dewi Kemurahan Hati (Goddess of Mercy). Keadaan sedikit remang-remang di dalam kuil yang indah ini. Di dekat altar ada tempat di mana orang-orang melemparkan batangan kayu untuk mengetahui peruntungan mereka. Setelah mendepositkan sejumlah koin, para umat akan mengocok wadah yang berisi batangan kayu hingga keluar batangan kayu. Kayu tersebut memiliki angka setelah itu orang tersebut akan pergi ke sebuah lemari untuk mencari potongan kertas yang sesuai dengan angka yang tertera di batangan kayu tersebut. Potongan kertas ini berisi ramalan masa depan yang biasa dikenal dengan istilah “omikuji”.

Kuil Sensoji ini dibangun dan didedikasikan kepada Bodhisattva Kannon (Avalokitesvara), yang dikenal sebagai Guan Yi, Dewi Welas ASih. Menurut legenda yang ada, patung Kannon ditemukan di Sungai Sumida pada tahun 628 oleh dua nelayan yang bersaudara yaitu, Hinokuma Hamanari dan Hinokuma Takenari. Dan setiap kali mereka bermaksud untuk mengembalikan patung tersebut ke dalam sungai, patung tersebut kembali ke permukaan. Kemudian kepala desa Asakusa, Hajino Nakamoto, mengakui kesucian patung tersebut dan mengabadikannya denagn merenovasi rumahnya sendiri menjadi sebuah kuil kecil di Asakusa, sehingga penduduk desa bisa menyembah Kannon. Asakusa pun makin padat dengan kunjungan peziarah yang akan berdoa. Kemudian, Ennin, seorang petinggi dalam agama Budha menciptakan sebuah status di kuil yang kini dikenal dengan Kuil Sensoji. Kuil ini selesai dibangun pada tahun 654 dengan nama Asakusa Kannon Temple, yang menjadikannya kuil tertua di Tokyo.

Gerbang Kaminarimon adalah pintu masuk Kuil Sensoji dan dianggap sebagai salah satu landmark Asakusa yang paling terkenal. Di dalam pintu gerbang di kedua sisinya terdapat dewa Buddha pelindung dalam bentuk patung kayu besar, dari mana gerbang ini mendapatkan namanya: Fujin (dewa angin) dan Raijin (dewa guntur). Dibalik kedua patung tersebut, terdapat patung Kinryou atau dewa naga emas dan Tenryou atau dewa naga langit. Gerbang Kaminarimon ini, dipasangi lentera berukuran raksasa. Beratnya sekitar 670 kilogram yang digantung di tengah-tengah gerbang bertuliskan Kaminarimon (“gerbang guntur”), dan di bawahnya adalah calving kayu dari naga tradisional Jepang. Lentera merah yang menggantung diganti secara berkala. Untuk yang sekarang, dipasang sejak tahun 2003, pada saat perayaan ulang tahun ke-400 periode Edo. Yang perlu diketahui, setiap bulan Mei di Asakusa diselenggarakan acara Sanja Matsuri. Saat acara dilangsungkan, kertas dari lentera merah akan dilipat agar tertabkrak oleh mikoshi atau tandu dewa. Jadi, jika kita melancong saat periode tersebut, tidak akan melihat lampion tersebut secara utuh.

Gerbang ini dibangun pertama kali tahun 941 oleh Taira no Kinmasa, seorang komandan militer Jepang. Furaijinmon menjadi nama awal dari gerbang ini. Pada awalnya terletak di dekat Komagata, kemudian pada tahun 1635 direkonstruksi di lokasi saat ini, Asakusa. Gerbang ini mengalami banyak pembakaran. Empat tahun setelah dipindahkan ke Asakusa, Kaminarimon habis terbakar. Tokugawa Iemitsu, Shogun ketiga dari dinasti Tokugawa kembali membangun gerbang ini dengan beberapa bangunan lain disekitarnya hingga akhirnya kembali terbakar pada tahun 1757 dan 1865. Kaminarimon dibangun kembali pada tahun 1960 dengan hasil sumbangan dari seorang pengusaha bernama Konosuki Matsushita. Sejak saat itu, gerbang ini seakan melupakan masa lalunya yang kelam, dan menjelma menjadi salah satu landmark paling penting di ibukota yang selalu setia menyambut kedatangan para wisatawan.

Nakamise-dori (Nakamise Shopping Street) adalah shopping street yang membentang dari Gerbang Kaminarimon sampai aula utama Kuil Sensoji. Dijuluki pusat perbelanjaan tertua di Jepang, karena sudah ada lebih dari 130 tahun. Dengan panjang sekitar 200 meter, Nakamise-dori tersusun lebih dari 80 toko. Dari dulu Nakamise-dori terkenal sebagai tempat belanja oleh-oleh khas Jepang yang lucu dan unik-unik. Mulai dari masker, lucky cats, figure little sumo wrestler, kipas Jepang, jimat-jimat sebagai pajangan, gantungan kunci, cangkir-cangkir lucu, dan deretan pernak-pernik tradisional khas Jepang dijual di sini atau juga Yukata dan kimono. Tak hanya souvenir saja yang dijual disini, tetapi Nakamise-dori ini juga merupakan tempat yang paling cocok untuk berbelanja kue-kue tradisional Jepang karena toko-toko tersebut sudah berdiri dan dikenal sejak lama. Kue-kue di Nakamise-dori ini rasanya enak dan harganya pun terjangkau. Pas untuk dijadikan oleh-oleh atau dijadikan camilan saat sedang jalan berkeliling di Nakamise-dori. Satu hal yang mesti dicoba di Nakamise-dori adalah sembei atau kerupuk beras yang rasanya unik.

Keramaian di Nakamise Street

Di sepanjang Nakamise-dori terdapat kios kuliner yang bisa dinikmati sambil berjalan-jalan seperti wagashi (camilan khas Jepang) dan juga toko aneka macam oleh-oleh yang berhubungan dengan Jepang. Sekitar Nakamise-dori terdapat banyak lorong dengan tampilan khas Jepang. Lorong yang kecil dan padat bangunan namun penuh tulisan dan gaya bangunan Jepang. Seperti di film drama Jepang dengan adegan orang yang sedang mabuk karena sake melewati lorong-lorong jalan yang agak sempit dan khas Jepang. Warga setempat maupun wisatawan asing pun melebur menjadi satu di tempat ini. Tempat belanja ini pun memiliki suasana yang berbeda tidak seperti tempat lainnya di Jepang. Ciri khas Nakamise Street ini memang agak tradisional tetapi cocok untuk merasakan suasana asli  Jepang. Terlebih lagi, harga barang yang ada di sini jauh lebih murah daripada tempat belanja lain di Jepang.

Pada siang hari, kuil ini selalu penuh sesak oleh para pengunjung. Tapi, bagaimanakah keadaan kuil ini di malam hari? Kuil Sensoji di malam hari tak kalah menarik dengan di siang hari. Pesona dan keindahan Kuil Sensoji di malam hari sungguh sayang untuk dilewatkan. Misalkan saja, dalam rangka memperingati 400 tahun peristiwa Edo Kaifu, setiap hari dimulai dari terbenamnya matahari hingga pukul 23.00, aula utama kuil Sensoji,  gerbang Hozomon, pagoda Gojunoto, dan gerbang Kaminarimon akan dihiasi dengan lampu penerangan yang indah dan akan terlihat menawan. Ada dua patung penjaga pada gerbang Hozomon. Pada malam hari, gerbang Hozomon yang diterangi cahaya lampu remang akan memancarkan keramahan sekaligus kegarangan. Selain itu, ada Pagoda Gojunoto yang terlihat megah bercahaya namun terkesan teduh dengan pencahayaan lampu dari arah bawah. Tetapi, jika kita berkunjung di malam hari, kita tidak bisa melihat bagian dalam aula utama. Karena pintu aula pertama ditutup akan tetapi kita masih bisa melihat altar persembahannya. Atau kita masih bisat melihat bagian dalamnya pada siang hari sampai pukul 17.00. Karena Suasana malam di sini sangat tenang bila dibandingkan saat siang hari yang penuh sesak oleh pengunjung.  Dan ornamen-ornamen pada pintu masuk aula utama yang tertutup semakin bersinar tertimpa cahaya lampu.

Berikut ini adalah ringkasan untuk mengenal setiap sudut di area Kuil Sensoji

Kaminarimon adalah gerbang paling depan yang menyambut para wisatawan di Asakusa.

Nakamise Street adalah jalan tempat perbelanjaan tertua di Jepang.

Hozomon adalah gerbang yang menyambut wisatawan yang sudah puas berbelanja di Nakamise-dori. Di gerbang tergantung sebuah waraji (sandal jerami) yang melambangkan kekuatan Nio-sama (dewa pelindung) dan merupakan salah satu alat untuk menangkal kekuatan jahat dan terbuat dari 2500 kg jerami. Lalu, di bagian atas gerbang terpasang dan tersimpan berbagai peralatan untuk mengantisipasi kebakaran serta benda-benda budaya yang berharga.

Omikuji adalah kertas ramalan setelah melewati Hozomon

Osuisha adalah tempat untuk menyucikan diri sebelum memasuki aula utama Kuil Senso-ji. Banyak orang berkumpul di sini untuk membasuh tangan dan berkumur dengan air yang keluar dari mulut patung naga.

Gerbang Hozomon
Osuisha

Patung batu yang menghiasi bagian tengah tempat air ini adalah ryushinzo (patung naga) yang mengeluarkan air.

Jokoro adalah tempat dupa yang berada di depan aula utama kuil dan banyak orang melumuri tubuh mereka dengan asap dari dupa. Ada kepercayaan jika melumuri asap dupa pada bagian tubuh yang sakit maka akan cepat diberikan kesembuhan.

Aula Utama Kuil Senso-ji adalah tempat orang-orang akan memasukkan uang ke dalam kotak dan berdoa kepada Kannon-sama yang berada di altar di belakang kotak. Satukan kedua tangan di depan dada dan lafalkanlah Namukanze-onbosatsu, pada saat berdoa di Kuil Senso-ji.

Jokoro
Aula Utama Kuil Sensoji

Yokodo adalah tempat tempat mencap ziarah, setelah turun dari tangga sebelah barat aula utama kuil, dapatkanlah goshuin (kertas bertuliskan nama kuil dan hari berziarah yang dicap dengan beberapa stempel) dan mari menuju ke Yokodo. Di Yokodo ini disediakan 2 jenis goshuin untuk Kannon-sama dan  Daikokuten-sama (salah seorang dewa keberuntungan). Goshuin yang sudah dibubuhi cap “sudah berziarah” bisa dijadikan kenang-kenangan perjalanan kita.

Yakushido terletak di belakang Yokodo yang berdiri sejak 345 tahun yang lalu dan merupakan salah satu bangunan tertua di dalam area Kuil Sensoji. Di sini ada 3 figur yang dipuja, yaitu Ju-o yang mengadili manusia di alam baka, Yakushi-nyorai, dan 12 generasi apoteker Juni-shinsho.

Yokodo
Yakushido

Awashimado adalah tempat penyimpanan patung Amida-nyorai dan Awashima-myojin, jika diteruskan perjalanan ke belakang Yakushido ditemukan Awashimado dimana tersimpan patung Amida-nyorai dan Awashima-myojin. Ada Upacara yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum yang bengkok pada tahu atau konnyaku (sejenis agar-agar) bernama upacara Harikuyo yang diadakan setiap tahun pada tanggal 8 Februari.

Zenizuka Jizodo terletak di sebelah utara Awashimado. Alasan aula ini dinamai Zenizuka karena di bawah menara batu terkubur mata uang pada zaman Edo yang disebut kanei-tsuho. Terdapat juga patung batu yang disebut Kankan Jizo yang namanya berasal dari bunyi yang dihasilkan saat pengunjung mengetukkan batu kecil yang diletakkan di samping patung batu ke patung jizo-zama (patung Buddha). Patung ini berada di depan sebelah kanan dari Zenizuka Jizodo. Aula ini banyak dikunjungi orang-orang untuk memohon kelancaran usaha. Taman Berbukit di Belakang Aula Utama Kuil Senso-ji, Selanjutnya jika kita meneruskan perjalanan ke timur Zenizuka Jizodo maka akan terbentang ruang terbuka seperti taman di sekitarnya. Kita bisa bersantai di bawah rimbunnya pepohonan di area taman ini. Kita juga akan menemukan berbagai monumen dan patung batu saat berjalan-jalan mengelilingi tempat ini.

Sensoji Awashimado
Zenizuka Jizodo

Nitenmon. Jika kita berjalan kaki sekitar 10 menit dari taman ke arah aula utama, maka di sebelah kiri akan terlihat gerbang yang megah. Gerbang yang ditetapkan sebagai properti budaya penting Jepang. Dan gerbang ini bernama Nitenmon yang merupakan gerbang untuk mengabadikan 2 dari 4 dewa penjaga Buddha yaitu Jikokuten dan Zochoten.

Sensoji Nitenmon
Kuil Sensoji di Malam Hari

Shinboku, Langkahkan kaki ke arah kanan dari Nintenmon, di depan pos polisi berdiri sebuah pohon Ginko besar yang berusia 800 tahun. Dikatakan bahwa pohon ini tumbuh dari dahan yang ditancapkan oleh Minamoto Yoritomo saat berkunjung ke Kuil Senso-ji. Kita bisa merasakan kekuatan kehidupan dan alam yang tak terduga dari pohon yang bahkan bisa bertahan dari perang ini.

Bentendo

Bentendo disebut sebagai salah satu dari Kanto Benten dan merupakan aula untuk menyembah Rojo-Benzaiten yang berdiri di sebelah tenggara Bentenyama dari aula utama kuil ini. Di samping Bentendo terdapat menara lonceng yang megah. Kita bisa mendengar bunyi lonceng ini hanya pada setiap pukul 06.00 pagi dan malam pergantian tahun baru. Awalnya Benzaiten dipercaya sebagai dewi musik, kebijaksaan, dan kemakmuran di India. Sementara di Jepang sendiri dikenal sebagai salah seorang dari 7 dewa keberuntungan.

Jalan di Belakang Nakamise-dori, Setelah puas berkeliling area Kuil Sensoji dan ingin kembali, cobalah untuk melewati bagian belakang Nakamise-dori. Yang menarik adalah kita bisa melihat sekilas pemandangan Nakamise-dori dari jalan belakang. Jalan ini lebih tenang jika dibandingkan dengan jalan utama dan banyak berderet toko oleh-oleh yang unik dan kedai makanan.

Festival Musim Panas Sanja Matsuri yang berpusat di Kuil Sensoji

Festival Sanja Matsuri adalah matsuri setiap bulan Mei di Kuil Asakusa, Tokyo, Jepang. Pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu di minggu ketiga bulan Mei, selama tiga hari festival ini berlangsung. Perayaan dilakukan pada akhir pekan untuk memudahkan pengaturan lalu lintas. Nama resmi festival ini adalah Asakusa Jinja Reitaisai (Festival Besar Kuil Asakusa). Sanja Matsuri ditonton lebih dari satu setengah juta penonton, sekaligus dianggap festival terliar dari semua festival di Tokyo.

Festival ini di adakan untuk menghormati pendiri dari kuil sensoji yaitu Hinokuma Hamanari, Hinokuma Takenari dan Hajino Nakatomo dimana ketiga orang tersebut sudah di Tuhankan di kuil Asakusa yang berdekatan dengan kuil sensoji. Pada festival sanja matsuri ini sekitar 100 Mikoshi (dipercaya tempat bersemayam Kami, roh atau leluhur yang dihormati dalam kepercayaan Shinto) diparadekan dari kuil sensoji di jalanan Tokyo konon dipercaya untuk membawa keberuntungan. Festival ini juga diikuti oleh yakuza yang mengusung mikoshi dan mempertontonkan rajah di seluruh tubuh mereka. Kita bisa menikmati beragam pameran budaya Jepang, melihat orang-orang yang menari dan memainkan taiko (drum tradisional Jepang), mencoba makanan khas Jepang di stand-stand makanan, dan mencoba permainan tradisional. Selain itu, kita juga bisa melihat para Geisha yang melakukan pertunjukan dalam Sanja Matsuri. Biasanya para Geisha ini kana muncul dari lantai kedua Asakusa Kenban pada sabtu sore.

Festival Musim Panas Sanja Matsuri 
Para Geisha Memakai Hakama
  • Tokyo Skytree

Tokyo Skytree (東京スカイツリー Tōkyō Sukai Tsurī, Pohon Langit Tokyo), sebelumnya disebut New Tokyo Tower (新東京タワー, Menara Tokyo Baru) adalah menara siaran, observasi, dan rumah makan di Sumida, Tokyo, Jepang. Menara ini telah menjadi struktur tertinggi di Jepang sejak tahun 2010, dan mencapai ketinggian akhir 634 m pada bulan Maret 2011, sekaligus menjadikannya sebagai menara tertinggi di dunia, melampaui Menara Canton di Guangzhou, dan merupakan struktur tertinggi nomor dua di dunia setelah Burj Khalifa 829,84 m.

Pembangunan menara ini dipimpin oleh Tobu Railway dibantu oleh konsorsium enam stasiun penyiaran terestrial yang dikepalai oleh NHK. Menara ini berada di tengah-tengah proyek pengembangan kawasan di antara Stasiun Tokyo Skytree dan Stasiun Oshiage, sekitar 7 km timur laut Stasiun Tokyo. Salah satu dari fungsi utama menara ini untuk merelai sinyal siaran radio dan televisi. Fasilitas yang ada sekarang ini di Menara Tokyo (tinggi 333 m) tidak cukup tinggi untuk menyiarkan televisi terrestrial digital karena dikelilingi oleh banyak bangunan-bangunan tinggi. Proyek pembangunan menara ini selesai pada 29 Februari 2012, dan dibuka untuk umum pada 22 Mei 2012.

Tokyo Sky Tree Tower
  • Istana Kekaisaran Jepang di Tokyo

Meskipun kami hanya berkeliling di luar istana kekaisaran, namun catatan nya cukup menarik untuk di tulis. Istana Kekaisaran Tokyo (皇居 Kōkyo, artinya, “Tempat Tinggal Kekaisaran”) adalah tempat tinggal utama dari Kaisar Jepang. Istana ini terletak di pusat Tokyo, di sebuah lahan seluas 3,4 km persegi. Dari stasiun Tokyo, jaraknya cuma beberapa menit. Stasiun Otemachi adalah stasiun yang terdekat ke East Garden, sedangkan Kudanshita adalah yang terdekat ke Budokan. Tempat ini adalah sebuah area seperti taman besar yang terletak di wilayah tertutup Chiyoda, Tokyo sampai Stasiun Tokyo dan berisi beberapa bangunan termasuk istana utama (宮殿 (Kyūden), tempat tinggal pribadi keluarga kekaisaran, tempat pengarsipan, museum dan kantor administratif.

Istana ini dulunya merupakan tempat kediaman shogun, dan kemudian menjadi istana kaisar Jepang. Sempat dihancurkan di masa Perang Dunia II, istana ini kemudian dibangun kembali sebagaimana kemegahannya dulu. Istana Kekaisaran Tokyo senantiasa menjadi kediaman utama bagi keluarga kaisar Jepang. Seperti juga kediaman pemimpin negara lainnya, area bangunan dan taman tidak terbuka untuk umum. Namun, 2 tahun sekali (setiap tanggal 23 Desember dan 2 Januari), kita bisa memasuki area taman dalam untuk melihat keluarga kaisar memberi salam dari balkon.

Dulunya Tokyo bernama Edo. Dari tahun 1600an hingga 1867, shogun yang menguasai Edo menempati situs di pusat Tokyo ini dan mendiami Istana Edo. Pada tahun 1868, saat shogun ditaklukkan, Jepang memindahkan ibukotanya dari Kyoto ke Tokyo dan kemudian menempati situs Istana Edo. Setelah sebuah kebakaran menghancurkan sebagian besar kompleks istana ini, pemerintahan Jepang membangunnya kembali pada tahun 1888.

Di kompleks istana ini, terlihat dinding-dinding batu, menara yang menjulang, serta jembaran Nijubashi yang menghubungkan antara halaman dalam dan luar istana. Di kompleks ini juga akan ditemukan parit lebar yang dulunya memang diperlukan sebagai pelindung istana dari serangan luar. Di sisi timur istana, terletak Imperial Palace East Garden, yang buka setiap hari bagi masyarakat umum, kecuali pada hari Senin dan Jumat. Di taman ini Anda bisa menikmati ruang hijau yang tenang dengan kolam ikan dan taman khas Jepang yang tertata baik. Relik-relik dari dinding zaman Istana Edo juga masih tampak. Di dekatnya terletak National Museum of Modern Art Tokyo, MOMAT Kogeikan Crafts Gallery, dan Science Museum. 

Di utara istana ini adalah Taman Kitanomaru, lokasi dari Budokan Hall. Budokan adalah pusat bagi pertandingan beladiri, gulat, serta konser musik, mulai dari The Beatles hingga Taylor Swift. Kuil Yasukuni juga bisa dicapai dengan berjalan singkat dari Istana Tokyo, di sebelah barat lautnya. Istana Kekaisaran Tokyo ditutup untuk umum begitu juga dengan kompleks tamannya. Namun sejak tahun 1949, area kompleks Taman Istana Kaisar (The Imperial Palace Park) atau Kokyo Gaien dalam bahasa Jepang ini dibuka untuk umum. Kita bisa berkeliling taman dengan gratis! Di area taman Istana Kaisar Jepang, kita bisa jogging ringan atau bersepeda mengitari jalan sekeliling taman. Pada hari Minggu atau hari libur disediakan 150 sepeda yang dipinjamkan gratis untuk para wisatawan yang ingin melihat keindahan taman.

Luas taman Kekaisaran Jepang ini sekitar 1,15 km2. Dengan taman sebesar itu di ibukota Tokyo, merupakan incaran bagi pihak2 bisnis untuk menggarap daerah itu sebagai property, bahkan dari Amerika. Dan tentu saja, pihak kekaisaran tidak berkenan! Setelah kapitulasi Keshogunan dan Restorasi Meiji, penduduk, termasuk Shgun Tokugawa Yoshinobu, diminta untuk mengosongkan tempat dari Kastil Edo. Meninggalkan Istana Kekaisaran Kyoto pada 26 November 1868, Kaisar tiba di Kastil Edo, menuju kediaman barunya dan menamainya menjadi Tkei Castle. Pada saat ini, Tky juga disebut Tkei. Dia pergi ke Kyto lagi, dan setelah kembali pada 9 Mei 1869, namanya diubah menjadi Imperial Castle.

Taman kekaisaran Jepang ini, dibagi dengan beberapa area taman. Ada taman buah2an, taman bunga2an atau ‘hutan kota” dengan pepohonan besar. Masing2 area taman mempuyai desainer sendiri, arsitek2 taman Jepang. Oya, Jepang adalah salah satu Negara yang sangat bangga dengan sumber dayanya. Bahasanya. Bahkan desainer2nya. Itu lah yang membuat Jepang dikenal dengan sebuah Negara yang “sombong” karena mereka sekana2 tidak mau tahu dengan kesulitan wisatawan2 manca negaraa yang tidak bisa mengerti bahasa Jepang. Begitu juga desainer2 jepang yang dengan bangga untuk mendesain negaranya dengan keahlian mereka masing2. Dan sekarang ini, justru Jepang sangat bangga dengan datangnya banyak orang kesana untuk belajar tentang banyak hal dari Jepang.

Istana Kaisar di Tokyo

Sore hari kami sudah letih, karena kurang tidur atau lebih tepatnya di pesawat tidak bisa tidur senyaman di rumah. Oleh karena itu sore hari setelah mengitari istana kekaisaran Jepang, kami menuju Keihan Tsukiji Ginza Hotel untuk beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk perjalanan esok hari.

  • Shibuya dan Patung Hachiko

Hari kedua di Jepang pagi-pagi sudah meluncur ke area Shibuya dengan dua simbol utama, yaitu Shibuya Crossing dan Hachiko. Shibuya merupakan pusat belanja yang dikenal dengan penyeberangan jalan teramai di dunia. Apa spesialnya penyeberangan ini? Semua kendaraan dihentikan pada waktu yang bersamaan sehingga orang yang ingin menyeberang bisa jalan ke arah mana pun. Dalam satu kali lampu hijau bisa dilewati sampai 3000 orang atau satu hari mencapai 500.000 orang yang menyeberang. Karena Shibuya merupakan destinasi untuk shopping, pastinya kunjungan ke Shibuya tidak lengkap kalau tidak masuk ke pusat perbelanjaan yang ada. Mulai dari Shibuya 109, department store ikonik Shibuya, hingga Disney Store dan Don Quijote, pusat perbelanjaan serba ada dan murah, semuanya tersedia di Shibuya.

Nama “Hachiko Mae Hiroba” berasal dari patung “Hachiko si anjing setia” yang terletak di Hachiko Mae Hiroba. “Hachiko si anjing setia” adalah anjing bernama Hachi yang dipelihara oleh dosen Ueno Eizaburo yang memberi dampak besar pada perkembangan pertanian, pertanahan, dan kayu di Jepang. Beliau tinggal di Shibuya dan pergi bekerja melalui Shibuya Station. Akan tetapi, beliau meninggal dunia setelah 1 tahun memelihara Hachi. Hachi tidak bisa melupakan majikannya yang telah meninggal dunia dan selalu menunggunya pulang di depan Shibuya Station. Hachi menunggunya selama 7 tahun hingga dimuat di Koran dan menjadi terkenal di Shibuya. Patung “Hachiko si anjing setia” didirikan pada tahun 1934 oleh penduduk yang kagum oleh kisah Hachi. Hachi meninggal 1 tahun setelah patung ini didirikan dan patung ini pun dikelilingi oleh bunga yang sangat banyak.

Shibuya Crossing

bersambung …..