Perkembangan Islam di Andalusia

Umat Islam di Andalusia telah berperan sangat besar melalui perjalanan panjang sejak tahun 711M-1492 M yang di bagi dalam enam periode, yaitu:

1.     Periode Pertama (711-755 M)

Dalam penaklukan wilayah Andalusia, ada tiga pahlawan Islam yang berjasa memimpin pasukan ke sana, yaitu: Tharif Ibn Abdul Malik Annhaka’i, Tharik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif Ibn Abdul Malik An-Nhaka’i pada tahun 91 H/710 M di perintah gubernur Musa Ibn Nushair untuk melakukan penjajakan awal memasuki wilayah Andalusia dengan membawa 400 tentara dan 100 pasukan berkuda. Ia dan pasukanya menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dan mendarat di sebuah tempat yang kemudian di beri nama Tharifa. Ekspedisi ini berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara membawa banyak harta rampasan (ghanimah).

Pada tahun 92 H/711 M, Gubernur Musa Ibn Nushair mengutus Tharik Ibn Ziyad untuk melanjutkan penyerangan ke Andalusia dengan pasuka sebanyak 7000 orang. Ekspedisi kedua ini mendarat di bukit karang Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderich tewas. Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordoba, Archedonia, Malaga, Elvira, Granada dan Toledo sebagai ibu kota kerajaan Visigoth. Pasukan Thariq di tambah 5000 personil sehingga berjumlah 12000 orang Barbar dan Arab ketika akan menaklukan kota Toledo menghadap pasukan Raja Roderick yang berkekuatan 100.000 personel. Sejak saat itu , Islam berkuasa di Andalusia.

Gubernur Musa Ibn Nushair pada tahun 93 H/712 M memimpin sendiri satu pasukan menuju Andalusia melewati pantai barat Semenanjung dan berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Ghotiq, Theodomir di Oriheula. Pasukan Musa Ibn Nushair dan Thariq Ibn Ziyad bergabung di Toledo. Kedua pasukan itu berhasil menguasai seluruh kota penting di Andalusia sampai ke utara seperti Saragosa, Terroofona dan Barcelona.

Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Selama masa ini terjadi dua 20 kali pergantian wali. Periode ini, Islam di Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.

2.     Periode Kedua (755-912 M)

Andalusia berada di bawah pemerintahan seorang panglima atau gubernur yang begelar Amir tapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam Abbasiyah di Bagdad. Periode ini sampai periode keempat merupakan zaman Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia hingga tahun 1031, yakni berdirinya dinasti-dinasti kecil (Mulk al-Thawaif). Penguasa pertamanya adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil, keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kerajaan Dinasti Abbasiyah yang menggulingkan Dinasti Umayyah di Damaskus. Penguasa selanjutnya Hakam I, Hisam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad Ibn Abdul al-Rahman, Munzir Ibn Muhammad, dan Abdullah Ibn Muhammad. Periode ini, Umat Islam Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban.

3.     Periode Ketiga (912-1012 M)

Pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar al-Nasir li dinillah (penegak agama Allah) sampai munculnya raja-raja kelompok (kecil) yang dikenal dengan Muluk at-Thawaif masuk dalam periode ketiga. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. Dengan demikian, pada masa ini terdapat dua Khalifah Sunni di dunia Islam, Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah di Spanyol, di samping seorang Khalifah Syi’ah Fatimiyyah di Afrika Utara (Ali, 1996). Pemakaian gelar Khalifah tersebut bermula dari berita bahwa al-Muqtadir, khalifah daulat Bani Abbasiyah Bagdad, tewas dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam ketidakpastian. Oleh sebab itu, momen tersebut dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memakai gelar Khalifah yang telah dirampas dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih (Yatim, 1994). Gelar ini resmi dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada tiga orang, yaitu Abd Rahman al-Nasir (912-961), Hakam II (961-976), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini, umat Islam Spanyol berhasil mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Rahman III merupakan penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Seluruh gerakan pengacau dan konflik politik dapat diselesaikan sehingga situasi negara relatif aman. Penaklukan kota Elvira, Jain, dan Seville merupakan sebagian bukti keberhasilan Abd Rahman III dan kekuatan Kristen juga dipaksa menyerah kepadanya. Setelah sukses mengatasi problem politik dalam negeri, ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Daulah Fatimiyyah untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke negeri Spanyol.

Di bawah pemerintahan Khalifah Abd Rahman III, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur. Tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum berada di Cordova. Kemasyhurannya sebagai penguasa dikenal sampai di negeri Konstantinopel, Jerman, Perancis, hingga Italia. Bahkan, penguasa negeri-negeri tersebut mengirim para dutanya ke Istana Khalifah. Armada laut yang dibentuk berhasil menguasai jalur lautan tengah bersama dengan armada Fatimiyyah. Kebesaran Abd Rahman III dapat disejajarkan dengan Raja Akbar dari India, Umar bin Khattab, dan Harun al-Rasyid. Jadi, Abdurrahman III bukan hanya sebagai penguasa terbaik Spanyol, melainkan juga salah satu penguasa terbaik dunia (Ali,1996). Sayangnya, tidak semua tokoh sejarah mengetahui hal ini (Husain,1996).

Penguasa setelah Abd Rahman II adalah Hakam II, yang merupakan seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Koleksi dalam perpustakaannya tidak kurang dari 400.000 buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota pun berlangsung cepat. Selanjutnya, Hisyam II naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Oleh karena itu, kekuasaan de facto berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Mansur billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah ia wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualifikasi untuk jabatan itu. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu

4.     Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al-Muluk at-Thawaif, yang antara lain berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo (Bosworth, 1993). Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal. Sayangnya, jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Karena menyaksikan kekacauan dan kelemahan yang menimpa keadaan politik Islam, maka orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan

5.     Periode Kelima (1086-1248M)

Walaupun terpecah dalam beberapa negara, pada periode kelima ini, Spanyol Islam masih mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235M).

a). Dinasti Murrabithun

Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan negerinya dari serangan kaum Nasrani. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja Muslim menyebabkan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia pun berhasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat diteruskan oleh penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah raja-raja yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah Saragosa dapat di kuasai oleh kaum Kristen. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabithun baik di Afrika Utara maupun di Spanyol berakhir. Dinasti Muwahhidun muncul sebagai gantinya.

b). Dinasti Muwahiddun

Tahun 1146 M penguasa Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut Spanyol. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart (w.1128). Ia adalah seorang cerdas, tangkas, dan tak segan-segan mempunyai pemikiran berseberangan. Ia adalah murid Qadi Ibnu Hamdin. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di negara Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd-Al-Mu’min antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan dipegang oleh Abu Yusuf al-Mansur. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian, dinasti Muwahhidun mengalami keruntuhan.

Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam.

6.     Periode Keenam (1248-1492 M)

Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim Spanyol di bawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Persekutuan antara wilayah Aragon dan Castille melalui perkawinan Ferdinand dan Isabella melahirkan kekuatan besar untuk merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol (Tim, 1994). Namun beberapa kali serangan mereka belum berhasil menembus pertahanan umat Islam. Abu Hasan yang menjabat pada waktu itu mampu mematahkan serangan tersebut. Bahkan ia menolak membayar upeti kepada pemerintahan Castille. Abu Hasan dalam suatu serangan berhasil menduduki kota Zahra.

Untuk membalas dendam, Ferdinand melancarkan serangan mendadak terhadap al-Hamra dan berhasil merebutnya. Banyak wanita dan anak kecil yang berlindung di sana dibantai oleh pasukan Ferdinand. Jatuhnya al-Hamra ini merupakan pertanda kejatuhan pemerintahan Granada. Situasi pemerintahan pusat di Granada semakin kritis dengan terjadinya beberapa kali perselisihan dan perebutan kekuasaan antara Abu l Hasan dengan anaknya yang bernama Abu Abdullah. Serangan pasukan Kristen yang berusaha memanfaatkan situasi ini dapat dipatahkan oleh Zaghal, saudara Abul Hasan. Zaghal menggantikan Abul Hasan sebagai penguasa Granada. Zaghal berusaha mengajak Abu Abdullah menggabungkan kekuatan dalam menghadapi musuh. Tapi ajakan itu ditolaknya. Ketika terjadi pergolakan politik antara Zaghal dan Abu Abdullah, pasukan Kristen melakukan penyerbuan dan berhasil menguasai Alora, Kasr Bonela, Ronda, Malaga, dan Loxa. Pada serangan berikutnya, Zaghal menyerah dan melarikan diri ke Afrika Utara. Satu-satunya kekuatan Muslim berada di kota Granada dipimpin oleh Abu Abdullah yang kemudian dihancurkan oleh Ferdinand. Abu Abdullah dipaksa menyampaikan sumpah setia kepada Ferdinand dan bersedia melepaskan harta kekayaan umat Islam sebagai imbalan dari diberikannya hak hidup dan kebebasan beragama bagi orang Islam. Peralihan kekuasaan yang menyedihkan itu terjadi pada tanggal 3 Januari 1492M (Ali, 1996; Yatim, 1994). Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang hidup di daerah ini.

Maroko, Casablanca Feb 2023

1. Mohammed V Square, Casablanca

Mohammed V Square adalah alun-alun bersejarah yang terletak di pusat Kota Casablanca, Maroko. Alun-alun ini dibuat pada tahun 1916, pada saat periode awal Koloni Perancis berdasarkan disain dari Arsitek Perancis Henri Prost dan Joseph Marrast.Alun-alun ini secara resmi dinamakan Mohammed V Square sebagai penghormatan kepada Raja Maroko Mohammed V, dikenal juga dengan nama “Pigeon Square” disebabkan banyaknya burung merpati di tempat itu. Disini sering dijumpai “Water Man” yaitu laki- laki penjual air yang berpakaian khas Suku Berber.

Tempat ini cukup menyenangkan untuk bersantai, datanglah pagi hari pada saat masih sepi pengunjung.

2. Masjid Hassan II, Casablanca

Masjid Hasan II dibangun tahun 1986-1993, didisain oleh arsitek Prancis Michel Pinseau dan dibangun oleh Bouygues. Masjid ini disebut-sebut sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di Kota Mekkah. Masjid ini memiliki minaret yang paling tinggi di dunia, yaitu 210meter dan memiliki kapasitas 25.000 orang dan ditambah lagi dengan pelataran yang mampu menampung 80 ribu jemaah.

Masjid Hassan II dibangun untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II. Masjid sengaja dibangun menjorok ke Samudra Atlantik membuatnya terlihat seakan akan berada di tengah laut layaknya sebuah masjid terapung. Tak salah bila kemudian masjid ini mendapat julukan sebagai masjid terapung terbesar di dunia dan sekaligus menjadi icon Kota Casablanca.

Teknologi tinggi diaplikasikan di masjid ini dengan memanfaatkan teknologi cahaya Laser untuk pencahayaan dan memberikan keindahan tersendiri di malam hari, penggunaan pemanas lantai untuk mengontrol temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin, penggunaan pintu elektrik, rancangan atap yang bisa di buka tutup dengan teknologi mutakhir dan beberapa bagian lantai masjid menggunakan kaca tebal sehingga memungkinkan jemaah melihat Samudera Atlantik yang menyapu bebatuan di bawah masjid.

Selain itu masjid ini juga secara keseluruhan berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang sholat yang mengagumkan, dengan ukiran tangan para pengukir yang memang profesional di bidangnya ditambah dengan dekorasi hasil cetakan semen. Sebuah tim besar para maestro pengukir dipekerjakan khusus menangani proyek pembangunan masjid ini dengan bahan bahan terpilih berupa kayu kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafroute. Lebih dari 6000 seniman Maroko dipekerjakan dengan biaya proyek mencapai setengah miliar dolar dan sebagian besar dari dana pembangunan tersebut merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri.

Spanyol, Barcelona Mar 2023

1. Stadion Camp Nou, Barcelona

Mendengar nama Stadion Camp Nou, hal yang terlintas di benak penggemar sepak bola tentu adalah markas FC Barcelona. Stadion Camp Nou sendiri merupakan salah satu stadion terbesar di Benua Eropa dan dunia. Camp Nou berkapasitas 99.354 penonton.

Sejarah Stadion Camp Nou dilansir dari laman FC Barcelona, pada awal abad ke-20, Barcelona memainkan laga-laga mereka di Stadion Calle de la Industria yang hanya dapat menampung 6000 penonton. Barcelona baru bisa membangun stadion baru bernama Les Corts dengan kapasitas 20.000 penonton yang dibuka pada Mei 1922. Seiring perjalanan waktu, karena suporter Barcelona terus berkembang pihak klub memutuskan untuk membangun stadion baru lagi.

Pihak klub memutuskan untuk membangun stadion baru yang terletak tidak jauh dari markas lama. Pembangunan stadion baru tersebut dimulai pada tahun 1954. Arsitek stadion baru milik Barcelona ini adalah Francesc Mitjans Miro, sepupu Miro-Sans, dan Josep Soteras Mauri, dengan kolaborasi Lorenzo García Barbon. Pembangunan stadion megah milik Barcelona ini membutuhkan tiga setengah tahun. Pada 24 September 1957, stadion baru akhirnya bisa diresmikan. Pada acara peresmian markas baru, Barcelona melakukan laga uji coba melawan klub asal Polandia, Legia Warsawa.

Pesta pembukaan markas baru itu berakhir manis untuk tuan rumah karena menang dengan skor 4-2 kala itu. Saat dibuka, Camp Nou memiliki kapasitas 93.053. Stadion Camp Nou sendiri sempat mengalami beberapa kali renovasi. Tahun 1982, kapasitas Camp Nou diperluas hingga menjadi 115.000 penonton, karena markas Barcelona itu dipercaya menjadi lokasi pembukaan Piala Dunia pada tahun tersebut. Pada tahun 2000-an, Barcelona mengubah seluruh tribun dengan kursi tunggal (single seat) sehingga mengurangi kapasitas stadion menjadi 99.354 penonton.

Seperti diketahui, markas kebesaran FC Barcelona ini dibangun pada tahun 1954 dan diresmikan pada 24 September 1957. Nama awal stadion ini dari awal pembukaan bernama Estadi del FC Barcelona. Namun, pada tahun 2000, pihak klub mengubah nama stadion menjadi Camp Nou. Adapun Stadion Camp Nou juga pernah dipercaya menjadi tuan rumah final Liga Champions tahun 1989 dan 1999 dan Olimpiade tahun 1992. Tak hanya urusan bola, Camp Nou pernah juga menjadi tuan rumah sejumlah konser, seperti konser Lluis Llach, Bruce Springsteen, Michael Jackson, Josep Carreras, Julio Iglesias, dan band U2. Selain itu, stadion ini juga dipakai berdoa oleh ribuan umat Katolik ketika Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Barcelona tanggal 7 November 1982.

2. Olympic city, Barcelona

Desa Olimpiade dibuat di distrik Sant Martí untuk Olimpiade 1992, ketika keputusan diambil untuk membangun seluruh lingkungan di tepi laut untuk menampung para atlet yang akan mengikuti kompetisi olahraga. Proyek perencanaan kota besar ini menghasilkan regenerasi area yang luas di garis pantai kota dan mereklamasi situs industri yang terbengkalai. Arsitek terkemuka saat itu dipilih untuk merancang blok perumahan, dan Barcelona memperoleh distrik perumahan serta pantai baru, area lanskap yang luas, dan fasilitas umum.

Sejumlah cerobong asap masih memenuhi cakrawala, mengingatkan masa lalu industri di lingkungan yang menawarkan peluang rekreasi terbaik di Barcelona. Melihat ke atas, Kita akan melihat dua gedung pencakar langit yang menjulang di atas Olympic Marina, Torre Mapfre, dan Hotel Arts yang mewah, yang tingginya 144 meter. Di bawahnya, seekor ikan mas raksasa, yang dirancang oleh Frank Gehry, menghadap ke laut. Olympic Marina memiliki lebih dari 40 bar dan restoran di mana kita dapat menikmati hidangan lezat setiap saat sepanjang hari. Dan pantai-pantai yang terbentang di kedua sisi pelabuhan mengundang kita untuk berenang atau berjalan-jalan di sepanjang tepi laut. Daerah ini juga menawarkan berbagai olahraga air dan kegiatan berlayar.

3. Sagrada Familia, Barcelona

Basílica i Temple Expiatori de la Sagrada Família (Basilika dan Gereja Pelayanan Keluarga Kudus) adalah sebuah gereja Katolik Roma di Barcelona yang belum selesai dibangun dan dirancang oleh arsitek berkebangsaan Spanyol, Antoni Gaudí (1852–1926). Karya Gaudi pada bagian bangunan merupakan Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO. Pembangunan Sagrada Familia melalui tahapan berikut;

Tahap Awal (1883-1913); Gaudi mengambil alih proyek pada tahun 1883 sejak mundurnya arsitek Francisco Paula de Villar. Gaudi diberikan kepercayaan untuk meneruskan perancangan Sagrada Familia. Tahap pertama yang dilakukan oleh Gaudi ialah membangun crypt, yang selesai pada tahun 1889. Gaudi kemudian berpikir untuk melakukan sebuah pekerjaan baru yang lebih besar, ia membuang ide neo-gothik lama dan mengusulkan konsep yang lebih monumental. Pada tahun 1892 ia mulai bekerja pada dasar-dasar eksterior Nativity. Pada tahun 1894 eksterior kubah selesai dan tahun 1899 pintu roser salah satu pintu masuk ke gereja. Tahun berikutnya, pada tahun 1910, model eksterior Nativity di pamerkan di Grand Palais di Paris pada kesempatan pameran karya gaudi dipromosikan oleh temannya Eusebi Guell.

Tahap Gaudi (1914-1926); Setelah 1914, Gaudi mengabdikan dirinya secara ekslusif untuk membangun Sagrada Familia, yang mana menjadi alasan mengapa tidak ada karya karya besar lainnya dari tahun-tahun terakhir hidupnya. Dia menjadi begitu sibuk di beberapa bulan terakhirnya tepat di sebelah bengkel yang terletak diruang samping kubah yang ia gunakan untuk membuat model skala, melakukan sketsa dan gambar, sebagai studio patung dan ruang untuk karya fotografi, dan lainnya. Pada tahun 1911 ia merencanakan pembangunan dari Passion Eksterior yang merupakan rangkaian dari tiga eksterior dari bangunan Sagrada Familia. Pada tahun tahun 1923 ia menemukan solusi untuk rangkaian atap bangunan Sagrada Familia. Gaudi meninggal dunia tahun 1926 akibat ditabrak kereta api. Sejak itu, sepuluh arsitek melanjutkan pekerjaannya, berdasarkan model dari gipsum buatan Gaudi dan foto-foto dan publikasi dari gambar aslinya. Gambar aslinya hancur dalam kebakaran semasa Revolusi Spanyol.

Tahap Mulai Kembali (1939-1985); Setelah perang saudara Spanyol berakhir, pembangunan Sagrada Familia dikota Barcelona dilanjutkan kembali. Pada tahun 1940, arsitek Francesc de Paula Quintana i Vidal, rekan gaudi sejak tahun 1919, memulihkan crypt bakaran dan mulai merekonstruksi model yang rusak, yang digunakan untuk melanjutkan pembangunan sesuai dengan ide awal Gaudi. Pada tahun 1954, pemasangan pondasi Passion Eksterior telah dimulai, pemasangan ini didasarkan dari banyak penelitian yang dilakukan oleh Gaudi pada tahun 1892 dan 1917. Pembangunan terus berlanjut hingga 1985 mulai dari didirikan nya kolom, kubah, dinding nave dan transept.

Tahap Sekarang (1986-2013); Sejak 1986, Josep Maria Subirachs’ver telah membuat patung untuk Passion Eksterior, yang telah sesuai dengan gayanya selama 25 tahun terakhir. Pada tahun 2000, kubah dari bagian tengah dan transept dibangun dan pekerjaan dimulai pada eksterior Glory. Pada tahun 2001 jendela utama dari eksterior Passion telah selesai dengan pemasangan kaca patri yang didedikasikan untuk kebangkitan Yesus, pengerjaan dilakukan oleh Joan Vila-Grau. Pada tahun 2002, Josep Maria Subirachs melakukan pengerjaan untuk dinding nabi yang terletak di teras eksterior Passion. Dan pada tahun 2005, Patung kenaikan Tuhan di tempatkan di antara menara-menara pada eksterior Passion, di waktu yang sama, dipasangkan juga simbol ekaristi roti dan anggur di jendela dari bagian eksterior Passion oleh pematung asal jepang, Etsuro Grove. Pada tahun 2006 ukiran paduan suara pada eksterior Glory selesai dibangun sesuai dengan model Gaudi yang asli. Lalu pada tahun 2010 menara yang dimahkotai oleh salib didirikan, menara ini didedikasikan untuk Perawan Maria. Menara ini akan dikelilingi oleh empat menara lainnya, yang didedikasikan untuk penginjil. Pengerjaan yang berlangsung hingga tahun 2013 adalah penyelesaian pembangunan menara, yang mana terdiri atas 16 menara dan penyelesaian dari eksterior Glory.

Pada tanggal 19 April 2011, cairan arson menjadi pemantik tragedi kebakaran basilika di area sakristi yang menyebabkan evakuasi wisatawan dan pekerja konstruksi. Sakristi rusak, dan diperlukan kurang lebih 45 menit waktu untuk memadamkan kebakaran

Pembangunan Sagrada Família tidak didanai oleh pemerintah maupun gereja. Tahap awal pembangunannya didanai oleh sumbangan para donatur. Pembangunan selanjutnya didanai oleh hasil penjualan tiket wisata. Sumbangan disalurkan melalui organisasi Friends of the Sagrada Família. Anggaran pembangunan tahun 2009 sebesar €18 juta.

Pada Oktober 2018, 136 tahun setelah peletakan batu pertama, dewan pengawas Sagrada Família membayar €36 juta kepada pemerintah kota untuk memperoleh izin mendirikan bangunan. Sebagian besar uang tersebut akan digunakan untuk memperbaiki akses ke gereja dari kereta bawah tanah Barcelona.

4. Bukit Montjuic : Panoramic View

Bukit Montjuic terletak di daerah Sants, sebelah tenggara pusat kota Barcelona. Bukit Montjuic atau yang lebih dikenal dengan Jewish Mountain adalah tempat yang tepat untuk menikmati keindahan kota Barcelona dari ketinggian. Disebut Jewish Mountain karena konon daerah ini dulu dihuni oleh komunitas Yahudi, tetapi karena terjadi peperangan akhirnya komunitas tersebut mengungsi. Bukit Montjuic juga dikenal sebagai tempat terjadinya pembataian massal dalam sejarah jaman kegelapan Spanyol.

Di puncak bukit Montjuic ini terdapat taman-taman terbuka, areal bekas olimpiade, museum seni dan air mancur buatan yang terkenal. Pengunjung yang datang biasanya sekalian piknik dan bersantai-santai di taman. Selain itu terdapat juga kastil “Castell de Montjuic” yang bisa dicapai dengan menggunakan kereta gantung selama kurang lebih 15 menit dengan membayar return tiket seharga 12 Eur. Sambil naik kereta gantung, kita bisa menikmati panorama kota Barcelona.

Spanyol, Zaragoza Mar 2023

1. Aljaferia Palace, Zaragoza

Sejak abad ke-8 hingga 12 M, Zaragoza, atau yang juga dikenal dengan sebutan Saragossa, menjadi salah satu pusat kebudayaan Muslim di tanah Spanyol. Kota yang berada di bagian utara-barat Spanyol ini pada mulanya tahun 470 M dikuasai kaum Ghotik, lalu ditaklukkan oleh kaum Muslim pada 712 M. Kota ini tetap berada di bawah penguasa Islam hingga akhirnya jatuh ke tangan Raja Alfonso VI dari Leon pada 1118 M.

Istana Aljafería adalah istana abad pertengahan berbenteng yang dibangun pada paruh kedua abad ke-11 di Taifa Zaragoza di Al-Andalus. Istana ini adalah kediaman dinasti Bani Hud pada era Abu Jaffar Al-Muqtadir yang mencerminkan kemegahan yang dicapai Taifa Zaragoza pada puncaknya. Saat ini menampung Cortes (parlemen regional) dari komunitas otonom Aragon.

Strukturnya adalah satu-satunya contoh besar arsitektur Islam Spanyol yang dilestarikan dari era taifa (kerajaan independen). Aljafería, bersama dengan Masjid-Katedral Córdoba dan Alhambra, adalah tiga contoh terbaik arsitektur Hispano-Muslim dan memiliki perlindungan hukum khusus. Pada tahun 2001, struktur asli Aljafería yang direstorasi dimasukkan ke dalam Mudéjar Architecture of Aragon, sebuah Situs Warisan Dunia.

Gaya ornamen Aljafería, seperti penggunaan lengkungan mixtilinear dan pegas, perluasan arabesques di area yang luas, dan skematisasi dan abstraksi progresif dari yeserias dari sifat tumbuhan, sangat memengaruhi seni Almoravid dan Almohad di Iberia. Pergeseran ragam hias ke arah motif yang lebih geometris menjadi dasar seni rupa Nasrid.

Setelah penaklukan kembali Zaragoza pada tahun 1118 oleh Alfonso I dari Aragón, istana menjadi kediaman raja-raja Kristen Kerajaan Aragón bahkan digunakan sebagai tempat tinggal kerajaan oleh Peter IV dari Aragón (1319–1387), tahun 1492, diubah menjadi istana Raja Katolik. Pada tahun 1593 bangunan mengalami restrukturisasi lain yang akan mengubahnya menjadi benteng militer, pertama menurut desain Renaisans (yang saat ini dapat dilihat di sekitarnya, parit, dan taman) dan kemudian untuk resimen militer. Bangunan mengalami restrukturisasi dan kerusakan lebih lanjut, terutama dengan Pengepungan Zaragoza dari Perang Semenanjung, sampai akhirnya dipulihkan pada abad ke-20.

Istana itu dibangun di luar tembok Romawi Zaragoza, di dataran saría. Dengan ekspansi perkotaan selama berabad-abad, sekarang berada di dalam kota. Komponen tertua Aljafería sekarang dikenal sebagai Menara Troubadour. Menara ini menerima nama ini dari drama romantis tahun 1836 karya Antonio Garcia Gutierrez, The Troubadour, yang sebagian besar berbasis di istana. Drama ini menjadi libretto untuk opera Il trovatore karya Giuseppe Verdi.

Menara ini adalah struktur pertahanan, dengan dasar segi empat dan lima tingkat yang berasal dari akhir abad ke-9, pada masa pemerintahan Banu Tujib pertama, Muhammad Alanqur, yang ditunjuk oleh Muhammad I dari Córdoba, Emir independen Córdoba. Menurut Cabañero Subiza, menara ini dibangun pada paruh kedua abad ke-10. Bagian bawahnya memiliki sisa-sisa awal dinding berat dari batu ikatan ashlar alabaster, dan berlanjut ke atas dengan lapisan papan dari plester sederhana dan beton kapur, bahan yang lebih ringan untuk mencapai ketinggian yang lebih tinggi. Bagian luarnya tidak mencerminkan pembagian lima lantai bagian dalam dan tampak sebagai prisma yang sangat besar, dipatahkan oleh lubang sempit. Akses ke interior melalui pintu kecil yang ditinggikan yang hanya dapat dijangkau dengan tangga portabel.

Tingkat pertama melestarikan struktur bangunan abad ke-9 dengan dua nave terpisah dan enam bagian yang dipisahkan oleh dua pilar salib dan dibagi dengan busur tapal kuda yang diturunkan. Terlepas dari kesederhanaannya, mereka membentuk ruang yang seimbang dan dapat digunakan sebagai pemandian.

Lantai kedua mengulangi skema ruang yang sama seperti yang pertama dan berisi sisa-sisa batu Muslim abad ke-11. Ada bukti bahwa pada abad ke-14 terjadi hal serupa dengan munculnya dua lantai terakhir, gaya Mudéjar, yang pembangunannya disebabkan oleh pembangunan istana Peter IV dari Aragon, yang dihubungkan dengan Menara Troubadour oleh koridor, dan akan digunakan sebagai penjaga. Lengkungan struktur ini sudah mencerminkan struktur Kristennya, karena agak runcing dan menopang atap kayu datar.

Fungsinya pada abad ke-9 dan ke-10 adalah sebagai menara pengawas dan benteng pertahanan yang dikelilingi oleh parit, kemudian diintegrasikan oleh keluarga Banu Hud dalam pembangunan kastil-istana Aljafería, yang merupakan salah satu menara kerangka pertahanan tembok utara luar. Selama Reconquista Spanyol, bangunan terus digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pada tahun 1486 menjadi penjara bawah tanah Inkuisisi. Sebagai menara-penjara itu juga digunakan pada abad ke-18 dan ke-19, seperti yang ditunjukkan oleh banyak grafiti yang ditorehkan oleh para narapidana di sana.

Pembangunan istana, sebagian besar selesai antara 1065 dan 1081, diperintahkan oleh Abu Ja’far Ahmad ibn Sulaymán al-Muqtadir Billah, yang dikenal dengan gelar kehormatannya Al-Muqtadir (yang berkuasa), raja kedua dari Dinasti Banu Hud, sebagai simbol kekuasaan yang diraih oleh Taifa dari Zaragoza pada paruh kedua abad ke-11. Sultan sendiri menyebut istananya “Qasr al-Surur” (Istana Kegembiraan) dan ruang singgasana tempat ia memimpin resepsi dan kedutaan “Maylis al-Dahab” (Golden Hall).

Nama Aljafería pertama kali didokumentasikan dalam sebuah teks oleh Al-Yazzar as-Saraqusti (aktif antara 1085 dan 1100) yang juga memberikan nama arsitek istana Taifal, Slav Al-Halifa Zuhayr dan satu lagi dari Ibn Idari tahun 1109, sebagai turunan dari nama depan Al-Muqtadir, Abu Ya’far, dan “Ya’far”, “Al-Yafariyya”, yang berevolusi menjadi “Aliafaria” dan dari sana menjadi “Aljafería”.

Tata letak umum istana mengikuti pola dasar kastil gurun di Suriah dan Yordania dari paruh pertama abad ke-8 (seperti Qasr al-Hayr al-Sharqi, Msatta, Khirbat al-Mafjar, dan, dari awal era Abbasiyah, Benteng al-Ukhaidir). Kastil-kastil ini berbentuk bujur sangkar dengan menara ultrasemicircular dan ruang tripartit tengah, menciptakan tiga ruang persegi panjang, dengan ruang tengah memiliki halaman dengan kolam, di ujung utara dan selatan, tempat tinggal istana.

Pada tahun 1486, area Halaman San Martín ditetapkan sebagai markas besar Pengadilan Kantor Inkuisisi Suci dan fasilitas dipasang berdekatan dengan halaman untuk menampung para petugas organisasi ini. Ini mungkin penggunaan pertama Tower of the Troubadour sebagai penjara.

Pada tahun 1591, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perubahan Aragon, sekretaris Raja Philip II yang dianiaya, Antonio Pérez, memanfaatkan Hak Istimewa Manifestasi yang diamati oleh Fuero of Aragon untuk menghindari pasukan kekaisaran. Namun, Pengadilan Inkuisisi memiliki yurisdiksi atas semua fuero kerajaan, jadi dia ditahan di sel markas inkuisitorial Aljafería. Ini memicu pemberontakan populer atas apa yang dianggap sebagai pelanggaran hukum, dan Aljafería diserang untuk menyelamatkannya. Tentara kerajaan dengan paksa memadamkan pemberontakan, dan Philip II memutuskan untuk mengkonsolidasikan Aljafería sebagai benteng di bawah kekuasaannya untuk mencegah pemberontakan serupa.

Desain bangunan militer dipercayakan kepada insinyur militer Italia-Sienese Tiburzio Spannocchi. Dia membangun satu set kamar yang menempel di dinding selatan dan timur yang menyembunyikan menara ultrasemicircular di bagian dalamnya, meskipun tidak mempengaruhi menara yang mengapit pintu masuk di timur. Dinding marlon didirikan di sekeliling bangunan, menyisakan ruang bundar di dalamnya dan berakhir di keempat sudutnya dalam empat benteng pentagonal, yang alasnya dapat dilihat hari ini. Seluruh kompleks dikelilingi oleh parit selebar dua puluh meter yang dilintasi oleh dua jembatan gantung di sisi timur dan utara.

Tidak ada perubahan substansial lebih lanjut yang dilakukan hingga tahun 1705, ketika selama Perang Suksesi Spanyol, dua kompi pasukan Prancis ditempatkan di sana yang mengangkat tembok pembatas tembok bawah parit mengikuti desain oleh insinyur militer Dezveheforz.

Namun, transformasi lengkap struktur menjadi barak terjadi pada tahun 1772 atas prakarsa Charles III dari Spanyol. Semua dinding direnovasi dengan gaya yang masih bisa dilihat di dinding barat, dan ruang interiornya digunakan sebagai tempat tinggal tentara dan perwira. Sebuah lapangan pawai besar didirikan di sepertiga bagian barat istana dengan kamar-kamar dari perusahaan yang berbeda mengelilinginya. Renovasi dilakukan dengan kesederhanaan dan fungsionalitas, mengikuti semangat rasionalis paruh kedua abad ke-18 dan mencerminkan tujuan praktis area tersebut. Satu-satunya perubahan lebih lanjut adalah pada tahun 1862 ketika Isabella II dari Spanyol menambahkan empat menara Kebangkitan Gotik, yang salah satunya terletak di sudut barat laut dan barat daya masih berdiri sampai sekarang.

Pada tahun 1845, Mariano Nougués Secall memperingatkan tentang kemerosotan sisa-sisa istana al-Andalusia dan Mudéjar dalam laporannya berjudul Descripción e historia del castillo de la Aljafería, yang mendesak agar ansambel artistik-sejarah ini dilestarikan. Ratu Isabella II dari Spanyol menyumbangkan dana untuk restorasi, dan sebuah komisi dibentuk pada tahun 1848 untuk melaksanakan proyek tersebut; tetapi pada tahun 1862 Aljafería beralih dari properti Warisan Kerajaan ke Kementerian Perang, yang menghentikan restorasi hingga mengalami kerusakan.

Kerusakan berlanjut hingga tahun 1947, ketika pemugaran dimulai di bawah arsitek Francisco Íñiguez Almech dan diselesaikan pada masa pemerintahan Francisco Franco. Pada 1960-an digunakan sebagai barak militer, dan dekorasinya ditutupi dengan plester untuk perlindungan.

Pada tahun 1984, komisi parlemen daerah yang ditugaskan untuk mencari markas permanen untuk Cortes of Aragon merekomendasikan penempatan parlemen otonom di Istana Aljafería. Dewan Kota Zaragoza, pemilik gedung, setuju untuk memindahkan sebagian gedung ke dewan untuk jangka waktu 99 tahun. Dengan cara ini bagian tersebut diadaptasi dan bangunan tersebut dipugar kembali oleh Ángel Peropadre, arkeolog Juan Antonio Souto, Luis Franco Lahoz, dan Mariano Pemán Gavín. Aljafería dinyatakan sebagai monumen artistik dan bersejarah pada tahun 1998 dalam sebuah acara dengan Pangeran Philip VI.

2. Stone bridge, Zaragoza

Stone Bridge atau Puente de Piedra adalah sebuah jembatan yang melintasi sungai Ebro di Zaragoza, Spanyol. Puente de Piedra juga disebut Jembatan Singa karena sejak tahun 1991 empat singa (simbol kota) telah ditempatkan pada pilar di setiap ujung jembatan. Patung singa tersebut dirancang oleh Francisco Rallo Lahoz.

Mulai abad ke-12 warga Zaragoza mencoba membangun jembatan melintasi Ebro. Pada 1401–1440, Puente de Piedra dibangun di bawah arahan Gil de Menestral. Banjir tahun 1643 menghancurkan dua bentang jembatan pusat. Jembatan itu kemudian tampak seperti dalam lukisan “Pemandangan Zaragoza” oleh Juan Bautista Martínez del Mazo (1647).

Pada 1659 jembatan itu dibangun kembali. Arsitek Felipe de Busignac memulihkan dua menara yang hancur dan memperluas pilar jembatan. Pada 1789, arsitek Agustín Sanz memperkuat tepi sungai Ebro di Biara St. Lazarus untuk mencegah risiko banjir jembatan. Rekonstruksi jembatan itu sangat penting secara ekonomi untuk pembangunan wilayah dan seluruh negeri.

3. Pillar Square, Zaragoza

The Plaza of Our Lady of the Pillar (Plaza de Nuestra Señora del Pilar) adalah salah satu tempat populer tersibuk di Zaragoza, Spanyol. Di dalamnya terdapat Katedral-Basilika Our Lady of the Pillar, tempat doa Maria yang homonim dipuja. Itu dikenal dengan julukan “El salón de la ciudad” (balai kota), karena banyak pesta publik diadakan di sana. Itu juga disebut Plaza de las Catedrales (Plaza of the Cathedrals), karena memiliki dua katedral Zaragoza: Seo dan Pilar.

Di alun-alun ini selain Basilika del Pilar terdapat bangunan seperti balai kota, Air Mancur Hispanisitas, Katedral El Salvador (La Seo), beberapa gedung pengadilan, dan monumen Goya.

Spanyol, Madrid Mar 2023

1. Palacio Real (Royal Palace), Madrid

Palacio Real de Madrid atau Istana Kerajaan Madrid adalah kediaman resmi keluarga kerajaan Spanyol yang terletak di kota Madrid, tetapi bangunan ini hanya digunakan untuk upacara kenegaraan, sedangkan untuk tempat tinggal digunakan istana lain, yaitu Palacio de la Zarzuela yang lebih sederhana di pinggiran kota Madrid.

Palacio Real de Madrid merupakan kepemilikan Negara Spanyol dan dikelola oleh Patrimonio Nacional. Istana ini terletak di Calle de Bailén di bagian barat pusat kota Madrid dan di sebelah timur Sungai Manzanares. Istana ini dapat dijangkau dari stasiun metro Ópera. Beberapa ruangan di istana ini dibuka untuk umum kecuali saat acara kenegaraan.

Istana Kerajaan Madrid dibangun di atas situs Alcázar (benteng pada masa Muslim) dari abad ke-9 yang dibangun oleh Muhammad I dari Córdoba dan kemudian diwarisi oleh Taifa Toledo setelah tahun 1036. Setelah jatuhnya kota Madrid ke tangan Alfonso VI dari Kastilia pada tahun 1083, bangunan ini jarang digunakan oleh raja-raja Kastilia. Pada tahun 1329, Raja Alfonso XI dari Kastilia menghimpunkan pertemuan cortes Madrid untuk pertama kalinya. Raja Felipe II dari Spanyol kemudian memindahkan istananya ke Madrid pada tahun 1561.

Alcázar lama dibangun di lokasi istana ini pada abad ke-16. Setelah bangunan tersebut hangus terbakar pada 24 Desember 1734, Raja Felipe V dari Spanyol memerintahkan pembangunan istana baru di tempat yang sama. Pembangunan berlangsung dari tahun 1738 hingga 1755. Istana ini mengikuti rancangan Filippo Juvarra dan Giovanni Battista Sacchetti yang bekerja sama dengan Ventura Rodríguez, Francesco Sabatini, dan Martín Sarmiento. Raja Carlo III dari Spanyol untuk pertama kalinya mendiami istana ini pada tahun 1764.

Raja terakhir yang hidup secara terus menerus di istana ini adalah Alfonso XIII, walaupun Presiden Republik Spanyol Kedua Manuel Azaña juga pernah tinggal di istana ini. Pada periode tersebut, istana ini disebut “Palacio Nacional”. Di sebelah Kapel Kerajaan, masih terdapat sebuah ruangan yang dijuluki “Kantor Azaña”.

Istana ini memiliki luas 135.000 m2 dan jumlah ruangan sebanyak 3.418. Bagian dalamnya diperkaya oleh berbagai karya seni, seperti lukisan karya Caravaggio, Francisco de Goya, dan Velázquez, serta lukisan dinding karya Giovanni Battista Tiepolo, Juan de Flandes, Corrado Giaquinto, dan Anton Raphael Mengs. Beberapa koleksi lain yang disimpan dibangunan ini adalah koleksi persenjataan, porselen, jam tangan, furnitur, barang yang terbuat dari perak, dan satu-satunya koleksi lengkap alat musik dawai Stradivarius di dunia.

2. Plaza Mayor Square, Madrid

Casa de la Panaderia, Donoso 1672

Plaza Mayor (Town square) adalah ruang publik utama di jantung kota Madrid, ibu kota Spanyol. Itu pernah menjadi pusat Old Madrid.  Pertama kali dibangun (1580–1619) pada masa pemerintahan Philip III. Hanya beberapa blok terdapat alun-alun terkenal lainnya, Puerta del Sol. Plaza Mayor berasal dari abad ke-15 di mana awalnya disebut “Plaza del Arrabal” dan digunakan sebagai pasar utama kota. Pada 1561, alun-alun dipindahkan ke kota Madrid. Raja Philip II menugaskan arsitek Klasik Juan de Herrera untuk merombak daerah tersebut. Konstruksi tidak dimulai sampai pemerintahan Philip III pada tahun 1617. Juan Gómez de Mora melanjutkan renovasi arsitektur, dan selesai dua tahun kemudian pada tahun 1619.

Plaza Mayor telah mengalami tiga kali kebakaran besar dalam sejarahnya. Pertama pada tahun 1631, lalu di rekonstruksi oleh Juan Gómez de Mora. Kebakaran kedua terjadi pada tahun 1670 yang kemudian direkonstruksi oleh arsitek Tomás Román. Kebakaran ketiga tahun 1790 yang menghabiskan sepertiga dari alun-alun. Kemudian ditangani oleh arsitektur Juan de Villanueva. Sebelumnya, bangunan yang mengelilingi alun-alun itu berlantai lima. Juan de Villanueva menurunkan bangunan di sekitar alun-alun menjadi tiga lantai, menutup sudut dan membuat pintu masuk besar ke dalam alun-alun. Konstruksi setelah kematian Juan de Villanueva dilanjutkan oleh Antonio López Aguado dan Custodio Moreno dan selesai pada tahun 1854.

Saat ini, Plaza Mayor berbentuk persegi panjang dan menonjolkan keseragaman arsitekturnya. The Plaza berukuran 129 mx 94 m (423 kaki x 308 kaki). 237 balkon hadir di bangunan tempat tinggal tiga lantai yang menghadap ke dalam menuju Plaza. Untuk masuk atau keluar The Plaza Mayor, ada sepuluh pintu masuk yang bisa dipilih, namun ada sembilan gerbang. Pintu masuknya diberi nama: 7 de Julio, Arco de Triunfo dan Felipe III di Utara; Sal, Zaragoza dan Gerona ke Timur; Botoneras, Toledo dan Cuchilleros di Selatan; Ciudad Rodrigo ke Barat. Di tengah alun-alun berdiri patung Philip III di atas kuda, yang ditempatkan pada tahun 1848. Plaza Mayor telah menjadi tempat berbagai peristiwa antara lain telah menjadi tuan rumah eksekusi dalam sejarah. Hari ini, menjadi lokasi pasar Natal tahunan,  jadi tuan rumah adu banteng dan pertandingan sepak bola. Setiap hari Minggu dan hari libur tempat ini mengadakan pasar pengumpulan perangko dan pengumpulan koin di pagi hari.

Disebelah kanan Plaza Mayor terdapat Casa de la Panadería yang dipugar tahun 1880 oleh Joaquín María de la Vega. Casa de la Panadería adalah bagian eksterior yang dibingkai oleh dua menara bersudut dua. Ini telah digunakan untuk berbagai tujuan dalam sejarah. Namanya berasal dari penggunaan aslinya dari toko roti kota utama.

Pada tahun 1960-an, alun-alun ditutup untuk lalu lintas jalan dan menambahkan parkir bawah tanah di bawahnya. Pertunjukan terakhir di Plaza Mayor yang diadakan pada tahun 1992 terdiri atas dekorasi mural karya Carlos Franco dari Casa de la Panadería yang merepresentasikan tokoh mitologis seperti dewi Cibeles. Saat ini, Plaza Mayor adalah tempat wisata utama, tetapi juga dirayakan oleh warga Madrid dan telah menjadi bagian dari budaya Spanyol. Di sebelah Plaza Mayor di Jalan Arco de Cuchilleros terdapat Restaurante Botin, restoran tertua di dunia.

Ada patung perunggu Raja Philip III di tengah alun-alun, dibuat pada 1616 oleh Jean Boulogne dan Pietro Tacca. Patung penunggang kuda Philip III Giambologna berasal dari tahun 1616, tetapi baru ditempatkan di tengah alun-alun pada tahun 1848. Patung itu adalah hadiah dari Duke of Florence pada waktu itu. Ratu Isabel II memerintahkan untuk memindahkannya dari Casa de Campo menjadi pusat Plaza Mayor.

3. Las Ventas Bullring, Madrid

LAS VENTAS BULLRING in Salamanca district in Madrid (Spain). Built in 1931.

Plaza de toros de Las Ventas, yang dikenal sebagai Las Ventas, adalah arena adu banteng terbesar di Spanyol, yang terletak di kawasan Guindalera di distrik Salamanca di Madrid yang diresmikan pada 17 Juni 1931. Kapasitas tempat duduknya 23.798, menjadikannya pertunjukan adu banteng terbesar ketiga di dunia, setelah arena adu banteng di Meksiko dan Venezuela, masing-masing.

Arena adu banteng dirancang oleh arsitek José Espeliú dengan gaya Neo-Mudéjar (Moor) dengan lapisan keramik. Kursi terletak di sepuluh “tendidos”. Harga kursi tergantung pada seberapa dekat mereka dengan arena dan apakah mereka berada di bawah sinar matahari atau di tempat teduh. Musim adu banteng dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Oktober; adu banteng diadakan setiap hari selama San Isidro Fiesta, dan setiap hari Minggu atau hari libur selama musimnya. Adu banteng dimulai pukul 6 atau 7 malam dan berlangsung selama dua hingga tiga jam.

Dari tahun 1913 hingga 1920, adu banteng mendapatkan momentum sedemikian rupa sehingga bekas arena adu banteng utama Madrid di Carretera de Aragón tidak cukup besar. Itu José Gómez Ortega “Joselito” yang mengeluh tentang perlunya arena adu banteng “monumental” baru, untuk membuka bagian dari warisan dan budaya Spanyol ini ke seluruh kota Madrid. Arsitek José Espeliú (teman Joselito) mulai mengerjakan proyek tersebut.

Sebuah keluarga bernama Jardón menyumbangkan tanah tersebut ke Dewan Provinsi Madrid, asalkan mereka dapat menjalankan arena tersebut selama lima puluh tahun. Utusan tersebut menerima lamaran tersebut pada tanggal 12 November 1920. Pada tanggal 19 Maret 1922, tepat di tengah calon arena, batu pertama ditempatkan. Pembangunan arena adu banteng akan menelan biaya 12 juta peseta (4,5 juta melebihi anggaran), dan akan menggantikan arena adu banteng lama, yang berasal dari tahun 1874.

“Las Ventas” selesai pada tahun 1929 dan dua tahun kemudian, 17 Juni 1931, diadakan adu banteng amal dengan penonton berkapasitas penuh untuk meresmikannya. Adu banteng berhenti selama Perang Saudara Spanyol dan tidak dilanjutkan sampai Mei 1939.

“Las Ventas” dibagi menjadi ring atau arena, dan sekelompok zona yang disebut “patios”. Arsitekturnya adalah Neo-Mudéjar, dengan representasi keramik dari lambang heraldik dari berbagai provinsi Spanyol. Arena tersebut memiliki diameter 60meter. Kapasitas tempat duduk dibagi menjadi 10 “tendido” (kelompok 27 baris mengelilingi arena), sebagian di tempat teduh dan sisanya di bawah sinar matahari.

Presiden ‘corrida’ duduk di Tendido ke-10. Royal Box memiliki desain yang luar biasa, dengan arsitektur Mudéjar, kamar mandi lengkap, dan lift. Arena adu banteng memiliki lima gerbang, ditambah tiga lagi yang disebut “torile”, dari mana banteng memasuki arena. Gerbang “cuadrillas”, antara “tendidos” 3 dan 4, memiliki akses ke halaman kuda. Di dalam pintu ini, “paseillo” dimulai dan “picadores” (mereka yang menusuk banteng dengan tombak) keluar dari sini ke arena (“suerte de varas”). Gerbang penyeret, yang mengarah ke ruang skinning, berada di antara “tendidos” 1 dan 2. “Puerta Grande” (Gerbang Besar) yang terkenal, juga disebut Gerbang Madrid, berada di antara “tendidos” 7 dan 8. Keluar melalui pintu ini, terutama selama Pesta San Isidro, adalah ambisi setiap matador.

Spanyol, Toledo Mar 2023

Kota Tiga Budaya dan Warisan Peradaban Islam di Eropa

Toledo adalah salah satu kota tua yang ada di Andalusia (Spanyol) yang jaraknya kurang lebih 75 Km dari ibu kota Spanyol saat ini, Madrid. Dalam bahasa arab kota ini disebut dengan Thulaithalah, dan menurut para ahli sejarah Toledo dibangun pada masa Yunani Kuno, kemudian bangsa Romawi berhasil menguasainya pada tahun 190 SM. Pada masa Romawi, Toledo sudah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan salah satu provinsi kekuasaan Romawi, yaitu Tarraconensis.

Toledo terletak  di perbukitan di atas dataran La Mancha, dan dikelilingi sungai Tajo sebagai benteng alam. pada saat dikuasai Romawi, Toledo menjadi lokasi strategis rute dari Emeriti di barat daya menuju  Caesar Agusta yang terletak di timur laut (Zaragoza modern). Toledo juga pernah menjadi ibu kota kerajaan Visigoth pada abad ke 6 M.

Pasukan Islam berhasil menguasai Toledo setahun setelah Islam berhasil masuk ke Semenanjung Liberia (Andalusia), yaitu pada tahun 712 M. Setelah berhasil menaklukan Toledo, pemerintahan Islam di Andalusia yaitu Dinasti Umayyah II yang berpusat di Cordoba memberikan perhatian khusus terhadap Toledo yang letaknya berada di tengah Spanyol.

Di masa pemerintahan Islam, Toledo dikenal sebagai kota yang mempunyai tingkat toleransi kehidupan yang tinggi. Dimana pada waktu itu, Islam, Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan sangat harmonis. Keharmonisan itu dibuktikan dengan dibolehkannya agama-agama selain islam untuk mendirikan tempat ibadah mereka. Dan pasca di kuasai Islam, masyarakat Toledo yang sebelumnya hidup tidak teratur dan selalu berpindah-pindah dan tidak mengenal Tuhan berubah menjadi masyarakat yang madani, yaitu masyarakat yang berperadaban tinggi.

Peradaban tinggi yang terjadi pada masyarakat Toledo ini, dibuktikan dengan lahirnya banyak ilmuwan, buku-buku pengetahuan, universitas, tata kota yang teratur, keamanan dan lain sebagainya. Dalam catatan sejarah, Toledo berada dibawah kekuasaan Islam kurang lebih selama 373 tahun. Selama 373 tahun ini lah, peradaban Islam berkembang pesat di Toledo dengan ditandai banyaknya penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan. Bahkan Toledo juga menjadi pusat keilmuwan pada waktu itu, selain Cordoba, Granada dan Sevilla.

Selama kurun waktu 373 tahun, berbagai bidang ilmu pengetahuan berkembang di Toledo. Mulai dari ilmu agama, sastra, seni, astronomi sampai dengan bidang ilmu teknik. Ulama-ulama besar dalam bidang agama banyak yang muncul dari Toledo saat itu, sebut saja Abu Utsman Said bin Abu Hind, Sulaiman bin Masrur, Ibnu al-Qisyari, Yahya bin Tsabit al-Fihri, Muhammad bin Waddah, Ibnu Mas’ud al-Tulaithali dan masih banyak lainnya.

Selain itu, Toledo juga melahirkan banyak ilmuwan dalam bidang sains. Salah satu ilmuwan besar yang lahir dari peradaban Islam di Toledo adalah al-Zarqali, yang merupakan ahli matematika dan astronomi pada zamannya. Di barat, al-Zarqali dikenal dengan sebutan Arzachel dan di dunia Islam lebih dikenal dengan nama al-Zarqalluh atau al-Zarqallah. Dengan kontribusinya dalam pengembangan astronomi modern yang sangat tak ternilai.

Selain al-Zarqali, Toledo juga banyak melahirkan ilmuwan-lmuwan besar dalam bidang sains. Seperti al-Waqidi dan al-Tugibi yang ahli di bidang matematika, Ibnu al-Attar yang ahli dalam bidang ilmu ukur, dan Ibnu Hamis yang juga menguasai ilmu astronomi, serta Muhammad Ibnu al-Saffar yang berhasil menciptakan Astrolabe (alat navigasi/alat untuk mengamati posisi bintang-bintang zaman dulu) pada tahun 1029 M.

Sebelum jatuh dan dikuasai oleh pemerintahan Kristen, pimpinan Raja castile Alfonso VI pada tahun 1085 M. Peradaban Islam telah memberikan sumbangsih yang sangat berharga terhadap Toledo, yaitu melalui keharmonisan kehidupan tiga agama samawi (Islam, Yahudi, Kristen). Dimana setelah Toledo dikuasai oleh pasukan Kristen, nilai-nilai toleransi itu sempat pudar.

Beberapa peninggalan peradaban Islam di Toledo adalah Moorish bridge yang merupakan sebuah jempatan kuno yang dibangun pada abad ke 10 M, pada masa kejayaan Islam.  Selain itu ada juga Toledo Cathedral yang dulunya adalah masjid  yang bernama Al-Damagin, yang dibangun pada abad ke 10 M, dan berubah menjadi Cathedral setelah Toledo dikuasai oleh pasukan Kristen. Tak jauh dari Toledo Cathedral, ada juga masjid yang menjadi bukti bahwa Islam pernah berkuasa yaitu Mezquita Del Cristo de Lalus yang bernama asli Mezquita Bab al-Mardo, yang dibangun pada tahun 999 M.

Sentuhan peradaban Islam menjadikan Toledo menjadi kota yang penuh keindahan, berbudaya dan penuh dengan ilmu pengetahuan. Dan pada tahun 1986 M, Toledo ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO. Lantaran kota ini dinilai memiliki warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Selain itu, Toledo juga mempunyai sebutan kota yang tidak pernah berubah.

(disadur dari tulisan Nur Hasan, Alumnus Islamic Studies, International University of Africa, Sudan. Penulis buku Ulama’: Pengembaraan dan Pikiran yang Jernih)

Mosque Cristo de La luz

La mezquita de Bab al-Mardum o Cristo de la Luz

Masjid Cristo de la Luz adalah masjid di Toledo yang sekarang menjadi kapel Katolik. Masjid Cristo de la Luz adalah salah satu dari sepuluh yang ada di kota selama periode Moor. Bangunan itu kemudian dikenal sebagai Mezquita Bab-al-Mardum, namanya diambil dari gerbang kota Bab al-Mardum yang terletak di dekat Puerta del Sol, di daerah kota yang dulu disebut Medina tempat tinggal Muslim dulu.

Dibangun pada tahun 999 di Toledo, bangunan ini langka karena kondisinya masih sama seperti saat pertama kali dibangun. Pelindung aslinya adalah Ahmad bin Hadidi, Prasasti Arab di Kufi pada bangunan tersebut menyatakan bahwa Musa Ibn Ali yang membangunnya. Prasasti yang ditulis dengan batu bata dalam aksara Kufi di eksterior barat daya mengungkapkan rincian dasar masjid ini “Bismillah Ahmad ibn Hadidi mendirikan masjid ini menggunakan uangnya sendiri untuk meminta hadiah surga dari Allah dan selesai dengan bantuan Allah di bawah arahan Musa ibn Ali, arsitek dan Sa’ada, dan berakhir pada Muharram pada 390”.

Legenda mengatakan bahwa Raja Alfonso VI tiba di Toledo setelah kemenangannya merebut kota pada tahun 1085 ketika kudanya jatuh di depan kapel ini. Lilin terus menyala di celah-celah dinding batu selama pemerintahan Muslim dan ketika Raja menjelajahi lebih jauh tempat itu, dia menemukan sebuah salib. Salib dipindahkan ke Museum Santa Cruz yang terletak di kota yang sama. Konon misa pertama setelah kemenangan Raja di Toledo diadakan di sini.

Pada tahun 1186, Alfonso VIII memberikan bangunan tersebut kepada Ksatria Ordo St John, yang mendirikannya sebagai Kapel Salib Suci (Ermita de la Santa Cruz). Pada saat itulah masjid diganti namanya dan kubah ditambahkan. Bangunan itu adalah struktur persegi kecil, berukuran kira-kira 8m × 8m, dengan kubah setengah lingkaran kemudian ditambahkan di sisi timur. Sebagian besar dibangun dari batu bata dan batu. Empat kolom yang ditutup dengan huruf kapital menopang lengkungan tapal kuda yang membagi interior menjadi sembilan kompartemen.

Teknik konstruksi merupakan cerminan dari tradisi bangunan lokal serta pengaruh dari kekhalifahan di Córdoba. Pengaruh kekhalifahan dapat dilihat pada tembok bata di eksterior bangunan yang mirip dengan yang terlihat di Katedral Masjid Córdoba. Awalnya tembok timur adalah bentangan bata yang tidak terputus dan berfungsi sebagai dinding kiblat masjid. Juga terletak di sepanjang sisi ini akan menjadi mihrab yang digunakan untuk beribadah. Bekas mihrab terdiri atas ceruk di dalam bagian persegi yang sedikit lebih besar dari sembilan ruang masjid lainnya.

Tiga eksterior lainnya diartikulasikan oleh arcade tiga teluk. Semuanya serupa, tetapi masing-masing dalam dekorasinya. Tembok barat yang berfungsi sebagai pintu masuk utama memiliki keunikan dalam artikulasi arcade. Eksterior ini memiliki lengkungan tapal kuda, dan versi yang lebih lebar dari lengkungan tapal kuda. Lengkungan bata memberikan dekorasi untuk eksterior yang dipengaruhi oleh arsitektur di Córdoba.

Di tahun-tahun berikutnya, kubah setengah lingkaran bergaya Mudéjar ditambahkan. Dalam proses penambahan dinding kiblat dan mihrab hilang. Penggunaan gaya Mudéjar memberikan transisi yang mulus dari struktur aslinya ke kubah, karena tambahannya menggunakan gaya dekorasi dan bahan yang sama seperti aslinya. Kelanjutan motif lengkung merupakan penghubung penting antara dua bagian bangunan.

Spanyol, Granada Mar 2023

1. Albayzin Quarter, Granada

SONY DSC

Albaicin atau Abayzín adalah museum outdoor yang terletak di seberang lembah Darro menghadap ke arah Alhambra yang merupakan kawasan muslim yang bertahan selama beberapa dekade. Di Albayzin, umat muslim yang berasal dari bangsa Moor mewariskan rumah-rumah indah dengan taman pada dindingnya. Rumah tersebut disebut dengan cármen dan membingkai gang- gang sempit berliku di Albaicin. Jalanan di sana tidak ada yang lurus, kawasan ini menyerupai sebuah labirin besar yang dapat membuat bingung para pengunjungnya.

Pemberontakan yang terus dilancarkan membuat Raja saat itu mengusir bangsa Moor. Pada masa itu sebanyak 30 mesjid di Albaicin, sebagian dihancurkan dan sebagian lagi dikonversi menjadi gereja. Seperti Colegiata del Salvador sebuah gereja pada abad ke-16 yang menempati bangunan masjid utama Albaicin.

Dalam 500 tahun akhirnya Albaicin memiliki mesjid baru bernama Mezquita Mayor de Granada. Letaknya di sebelah timur Mirador San Nicolás, mesjid tersebut diperuntukan bagi komunitas muslim yang populasinya semakin banyak di Granada.

Hal menarik lain adalah gerbang Arco de las Pesas yang merupakan benteng pertahanan dari abad 11. Dari gerbang tersebut kita dapat mengikuti jalan Callejon de San Cecilio hingga ke Mirador San Nicolás, terdapat panorama utama dari Albaicin. Pengunjung dapat melihat pemandangan indah Alhambra dan Sierra Nevada. Peninggalan bangsa Moor lain yang masih tersisa adalah menara masjid abad ke-11, Alminar de San Jose. Jika ingin berburu cinderamata, Calle Calderia Nueva menjajakan dari mulai sandal, sisha, hingga keramik tanah liat asal Afrika Utara.

2. Mezquita Mayor de Granada

Dulu “View Point” San Nicolás sangat terkenal, namun kami memilih view point baru untuk menyaksikan istana Alhamra, view point dimaksud adalah Mezquita Mayor de Granada atau disingkat Mesjid Granada terletak di kota Granada, provinsi Andalusia, selatan Spanyol.

Keindahan “View Point” ini tak terbantahkan, dengan Alhambra dan Generalife saling berhadapan, kota di kakinya, dan Sierra Nevada yang megah di belakangnya. Mirador terletak di lingkungan Albayzin dan terkenal dengan pesona sekitarnya, jalanan berbatu, rumah putih, bar tapas, dan orang-orangnya.

Masjid Granada merupakan masjid pertama yang dibangun di Granada setelah masa pemerintahan kerajaan Islam Granada di Spanyol habis dengan diusirnya Sultan Muslim terakhir di sana, Muhammad XII (Boabdil).

Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengusir sultan Arab itu tahun 1492, yang mengakhiri pemerintahan Muslim selama 800 tahun di Spanyol Selatan. Kompleks masjid itu terletak di satu puncak bukit yang menghadap Pegunungan Sierra Nevada dan istana Alhambra.

Masjid ini diresmikan tanggal 10 Juli 2003 setelah masa pembangunan selama 20 tahun, pembangunannya menyedot dana sebesar 4,5 juta dollar dan didanai oleh Emir dari Sharjah, negara Maroko, Turki, Libia, Brunei dan Malaysia. Pembangunan masjid itu menjadi sangat lama karena sempat menemui halangan antara lain diantaranya kematian penyandang dananya Raja Maroko Hassan dan ditemukannya peninggalan arkeologi yang menghentikan pembangunan masjid ini. Umat Muslim di Granada dengan sukacita menyambut pembukaan masjid ini, pasalnya ini merupakan masjid agung pertama di kawasan mereka setelah 500 tahun lamanya.

“Ratusan tahun lalu penjajah Spanyol datang ke kawasan kami dan membumihanguskan keturunan Muslim. Saat ini masjid agung telah dibangun, berarti sejarah memilukan itu harus kita kubur bersama demi menatap masa depan yang lebih cerah,” kata salah seorang warga Muslim Granada yang hadir dalam peresmian kala itu, seperti yang dikutip dari Telegraph.

Atas sejarah panjang itu, peresmian Masjid Granada sampai diberitakan secara luas oleh kantor berita dunia. Granada merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di Eropa. Ratusan warga di sana merupakan Muslim taat.

Setiap salat Jumat dan sepanjang bulan Ramadan, masjid berarsitektur Spanyol-Arab ini selalu ramai dikunjungi jemaah. Ada tiga bagian yang bisa dikunjungi yakni taman, ruangan salat dan pusat kajian Islam. Selain yang berniat ibadah, banyak juga turis yang datang untuk mengenal sejarah dan arsitekturnya.

Masjid ini memang indah, berhadapan langsung dengan lembah Alhambram, sungai Darro, gunung Sabika yang merupakan komposisi pas untuk menatap matahari terbenam.

Sekretaris Jenderal Masjid Zacarias Lopez Rejon mengatakan pembangunan Masjid Granada dimulai pada 30 tahun lalu, bertepatan dengan masa ketika ayahnya memeluk Islam.

Kami menemui berbagai kesulitan selama pembangunan masjid. Prosesnya memakan waktu lama karena masalah finansial dan politik. Pada tahun 2003, masjid itu akhirnya diresmikan,” kata Rejon, seperti yang dikutip dari Anadolu.

Rejon lanjut mengatakan bahwa setiap bulan Ramadan ada kegiatan buka puasa bersama, pengajian sampai salat Tarawih yang digelar. Menu berbuka puasa di masjid ini ialah susu, kurma dan Sup Harira Maroko. Susu dan kurma disantap saat waktu berbuka, sementara Sup Harira Maroko disajikan setelah salat Tarawih.

Rejon menambahkan bahwa hingga saat ini Masjid Granada masih membuka pintu bagi mereka yang mau menyumbangkan dananya untuk pemeliharaan bangunan.

3. Flamenco Show

Kami menyempatkan diri menyaksikan pertunjukan tradisional Flamenco yang selalu menjadi sorotan dari setiap kunjungan wisatawan ke Andalusia. Pertunjukan live selama 1,5 jam berlangsung di Venta el Gallo yang terletak di salah satu tempat spektakuler Barranco de los Negros, 5 Granada.

Flamenco adalah sebuah pertunjukan musik dan tari yang berasal dari Spanyol. Kesenian ini berkembang di Andalusia sejak abad ke-14. Pada saat ini, kesenian Flamenco dipentaskan di panggung dengan iringan permainan gitar dan kastanyet pada pesta-pesta rakyat. Pertunjukan Flamenco mendapat penghargaan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tanggal 16 November 2010 di Nairobi, Kenya.

Flamenco dibawa dari India sebagai tarian istana Moor pada abad ke-14 dan kemudian dikembangkan oleh kaum Gipsi (Gitanos atau Flamencos) yang tinggal di Andalusia dengan memodifikasi gaya klasik. Seperti tarian India, Flamenco terbagi atas improvisasi dengan aturan-aturan ketat.

Intisari lagu dalam pertunjukan ini dinamakan cante, yakni menyanyi dengan diiringi gitar dan tarian dalam 3 buah kategori: cante jondo atau cante grande (besar, agung) yang berciri khas sedih dan berhubungan dengan tema-tema kematian, kesakitan dan religius untuk mengungkapkan keputusasaan dan penderitaan. Orang-orang Gipsi yang tertindas konon mengutarakan emosi dan suara penderitaan dengan sempurna. cante intermedio (menengah), memasukkan unsur-unsur yang mengharukan. cante chico (kecil), pertunjukan dengan tema cinta, kegembiraan dan kehidupan pedesaan.

Sedangkan, intisari tariannya dinamakan alegrias (agung), bullerias (humor), farruca (kuat dan beremosi).

Beberapa penari menggunakan kastanyet untuk menambah warna musik, namun ada pula penari yang tidak memakai alat musik tersebut karena dianggap dapat mengurangi keindahan tarian. Penari Flamenco mementaskan tarian dengan improvisasi dan gerakan penuh semangat untuk menciptakan pertunjukan yang enerjik dan menarik. Mereka mengenakan pakaian berwarna mencolok dan menari secara solo, berpasangan atau berkelompok. Pertunjukan tari meliputi gerakan kaki yang cepat, gerakan tangan yang gemulai, menepuk tangan, dan menjentikkan jari. Intisari pertunjukan Flamenco adalah menyanyi, menari dan memainkan alat musik. Menyanyi dinamakan cante flamenco dan bermain gitar dinamakan toque flamenco. Kadang-kadang musik dimainkan tanpa tarian.

Gerakan-gerakan khas tari Flamenco diperlihatkan dengan menjunjung tinggi lengan dan menyimpulkan tangan (filigrano), melengkungkan punggung dan menggerakan kaki secara ritmik (zapateado). Lagu dan tari diiringi oleh selingan palmadas ringan (tepuk tangan) dan pitas (jentikkan jari).

Para penari sering kali menari dengan menunjukkan duende, dimana mereka seakan-akan dirasuki emosi dari musik dan tarian. Duende ditampilkan pada saat pementasan cante jondo dalam suasana ilusif dengan menuangkan emosi dan impresi seperti gunung berapi yang akan meletus. Penari pria diharuskan menari dengan penampilan maskulin, sedangkan wanita menari dengan sikap tenang, bangga, dan dengan sensualitas yang terkendali.

Tarian dan musik diiringi dengan tepuk tangan, jentikkan jari, dan teriakan penyemangat (jaleo). Pemain gitar menampilkan compás (ritme dasar) dan memainkan irama sesuai dengan perubahan perasaan penyanyi atau penari. Walaupun banyak penari telah menggunakan kastanyet, para aficionados merasa bahwa hal tersebut agak mengurangi keindahan tarian dan mengganggu gerakan filigrano.

Pada abad ke-20, Flamenco dikembangkan dari bentuk tari rakyat solo menjadi bentuk seni teater oleh para penari seperti Pastora Imperio, La Argentina, Argentinita, Vicente Escudero, Carmen Armayo dan sebagainya.

“Venta El Gallo” 2001 mendapat Penghargaan Prestige Wisatawan karena meningkatkan citra kota dan berkolaborasi dengan promosi pariwisata, kualitas, inovasi, dan kerja. Penghargaan turis Granada dibuat oleh Dewan Umum Badan Pariwisata Provinsi Granada, yang akan menjadi diberikan kepada perusahaan, lembaga atau orang yang menonjol untuk kegiatan wisata mereka di provinsi tersebut.

Didirikan pada tahun 1977 oleh Juan Heredia, “Juanillo” adalah putra dari bailaora mitos Antonia “la Gallina”, salah satu artis yang dipilih Vicente Escudero untuk tur Amerika Utaranya selama tahun 1930. Dia memulai karir seninya sebagai gitaris di Sacromonte zambras mengiringi seniman paling terkemuka saat itu. Di atas segalanya, sorot pembelaan gigih yang selalu dia buat tentang Sacromonte sebagai lingkungan budaya dan seni, yang selalu dia hargai, terus-menerus mencela pengabaian yang dilakukan institusi kepadanya (episode protesnya terhadap politisi terkenal). tentang hak-hak kaum gipsi, yang membuatnya mendirikan dan mempromosikan asosiasi gipsi “camelamos naquerar” “Sacromonte bersejarah” atau “persatuan romaní”.

4. The Alhambra Palace, Granada

Istana Alhambra adalah pusat kekuasaan Dinasti Bani Ahmar, yang merupakan dinasti Islam terakhir di Andalusia. Istana ini menjadi saksi bisu kejayaan dan juga kehancuran imperium Islam di Andalusia. Pada tahun 1232, Sultan Muhammad bin Al-Ahmar membangun sebuah istana yang indah di sebuah bukit bernama La Sabica, di kota Granada, Spanyol. Istana ini kemudian dikenal dengan nama Alhambra. Dalam bahasa Arab artinya Istana Merah, karena dinding Istana ini yang berwarna kemerah-merahan.

Istana Alhambra terletak di titik paling strategis kota Granada, pada ketinggian 150 meter. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan seluruh kota hingga sejauh mata memandang. Luas komplek Istana Alhambra sekitar 14 hektar, dikelilingi oleh benteng-benteng dengan pola tidak beraturan.

Catatan tertua tentang keberadaaan situs ini ditulis tahun 889 oleh seorang bernama Sawwar bin Hamdun. Dalam catatan tersebut dikisahkan, bahwa ketika terjadi perang sipil di masa kekhalifahan Bani Umayyah di Cordoba, Sawwar mencari perlindungan di sebuah benteng bernama Alcazaba. Saat ini, Alcazaba diyakini sebagai tempat pertama dan bangunan tertua yang didirikan di areal tempat dimana Alhambra kemudian berdiri. Selain itu, Alhambra merupakan satu-satunya kota peninggalan kerajaan Romawi yang masih hidup dari zaman keemasan islam dan sisa Dinasti Nasrid, kerajaan Islam terakhir di Eropa Barat.

Secara garis besar, Istana Alhambra dibagi menjadi tiga bagian, yang ketiganya dibangun pada era pemerintahan yang berbeda. Bagian pertama, dikenal dengan nama Mexuar. Berdasarkan catatan Ibn Zamrak, penyair terkenal era pemerintahan Bani Ahmar, bangunan tersebut dibuat oleh Sultan Muhammad I atau Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf bin Nasr. Istana ini dipilih sebagai tempat tinggal utamanya sekaligus sebagai ruang kerjanya. Bagian interior bangunan Maxuar sudah banyak ditambahkan dan dilakukan renovasi. Namun, bagian dalam bangunan tampak masih utuh dan mengekspresikan cita rasa arsitektur Islam. Seperti empat pilar dan kolom yang ada di dalamnya, kaligrafi dengan tulisan kufi di dinding, serta corak marmer yang juga menempel di dinding Mexuar.

Bagian kedua, bernama Istana Comares (The Comares Palace). Ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan situs di komplek Alhambra. Karena di aula istana inilah singgasana sultan berada. Sebagian besar pembangunan istana ini dilakukan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Yusuf I, dan diselesaikan hingga sempurna oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad V. Dari segi interior, terdapat dua ikon khas istana tersebut, yaitu kolam besar yang terletak di tengah-tengah istana, bernama Arrayan (Patio de Los Arrayanes), dan Menara Comares, yang merupakan menara terbesar dari keseluruhan menara yang ada di komplek Alhambra. Menara Comares terletak di sisi utara Istana Comares. Tinggi menara ini mencapai 45meter yang strukturnya bersambung dengan benteng. Di dalam menara ini terdapat sebuah aula terbesar dari semua ruangan yang ada di Alhambra bernama “Embajadores”. Aula ini digunakan sebagai ruang kenegaraan untuk menerima tamu negara.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Bagian ketiga dari Istana Alhambra adalah Istana Singa atau Palacio de los Leones. Istana Singa ini merupakan mahkota dari keseluruhan keindahan yang ada di Alhambra. Istana ini dibangun oleh Sultan Muhammad V sebagai rumah peristirahatnnya. Letaknya tepat bersebelahan dengan Istana Comares. Pada masa Islam berkuasa, tidak ada jalan yang menghubungkan kedua bangunan ini. Barulah ketika Katholik berkuasa, dibuat jalan yang menghubungkan keduanya. Dinding Istana Singa dipenuhi dengan dekorasi kaligrafi bercorak Kufi. Kaligrafi tersebut berisi puisi-puisi karya tiga penyair terkenal Alhambra, yaitu Ibn al-Yayyab (1274-1349), Ibn al-Jatib (1313-1375) dan Ibn Zamrak (1333-1393). Di antara para penyair tersebut, Ibn Zamrak dianggap sebagai penyair Alhambra yang paling populer. Semasa hidupnya, Ibn Zamrak juga sempat menjabat sebagai sekretaris kanselir kerajaan dan perdana menteri.

Ikon dari seluruhan keindahan seni di istana ini adalah kolam air mancur atau Patio de los Leones. Air mancur tersebut dihiasi dengan 12 patung singa yang melingkar. Dari mulut patung-patung singa tersebut akan keluar air yang memancur. Di samping sebagai ikon hiasan istana, air mancur dari mulut singa tersebut akan mengalir ke empat penjuru mata angin yang berujung pada teras empat ruangan utama di Istana tersebut. Yaitu The Sala de las Dos Hermanas (“Hall of the Two Sisters”) di bagian utara, The Hall of the Abencerrajes di bagian selatan, The Hall of The Kings (The Sala de los Reyes) di bagian timur, dan The Court of the Lions (Sala de los Mocdrabes) di bagian barat.

Pada tahun 1984, Alhambra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO bersama dengan dua situs islam lainnya, seperti Albaicín (atau Albayzín) dan Taman Generalife. Istana Alhambra memiliki bentuk tidak beraturan yang dikelilingi benteng pertahanan.

The Generalife Gardens

Generalife adalah bekas istana dan warisan negara yang dibangun oleh penakluk muslim yang menduduki bagian semenanjung Iberia dari abad 8. Ini merupakan bagian dari gabungan bangunan yang termasuk Alhambra dan Albayzín yang terkenal di dunia di kota Granada Spanyol. Hari ini terbuka untuk umum dan menarik ribuan pengunjung setiap tahun yang datang untuk mengagumi keindahan taman situs Warisan Dunia UNESCO.

Generalife pertama dan terutama dirancang sebagai tempat istirahat bagi sultan dan emir yang tinggal di istana Alhambra. Meskipun beberapa bentuk istana atau benteng telah ada di daerah tersebut sejak sekitar abad 8, tidak sampai abad 13, Alhambra diubah menjadi istana kerajaan dan Generalife dibuat, kemungkinan besar pada masa pemerintahan Muhammad III. Dalam desain aslinya, bangunan utama sederhana dikelilingi oleh Taman Jardín de la Sultana atau Sultana’s Gardens, serta Patio de la Acequia atau Water-Garden Terrace. Taman-taman adalah contoh utama arsitektur Moor, yaitu dari Emirat Nazari yang memerintah atas Granada dari abad 13 ke abad 15. Hari ini dapat disaksikan salah satu taman Moor terbaik yang masih terawat di Spanyol.

Patio de la Acequia terdiri atas empat bagian dan dilalui oleh Acequeia Reial, kanal air sepanjang enam kilometer yang digunakan untuk mengairi taman Alhambra dan Generalife. Selain kebun-kebun hias, selama Abad Pertengahan ada juga sejumlah kebun pertanian yang digunakan untuk menanam buah dan sayuran. Beberapa desas-desus mengatakan bahwa nama istana itu sendiri dapat berasal dari bahasa Arab Yannat al-Arif yang berarti ‘Taman Arsitek’, meskipun asal yang tepat dari nama tersebut tetap diperdebatkan. Tahun 1984 Generalife dianugerahi status Situs Warisan Dunia di samping istana Alhambra dan bersama-sama mereka membentuk salah satu warisan yang paling penting dari arsitektur dan desain Moor di Spanyol.

Spanyol, Cordoba Mar 2023

1. Great Umayyad Mosque, Cordoba

Great Umayyad Mosque atau awalnya dikenal dengan nama Mezquita de Córdoba, sekarang sudah diganti menjadi Mezquita-Catedral de Córdoba. Dikenal juga secara resmi dengan nama gerejawinya Catedral de Nuestra Señora de la Asunción (Katedral Bunda Maria Diangkat ke Surga) adalah katedral dari Keuskupan Katolik Roma Córdoba yang didedikasi untuk Maria diangkat ke Surga dan terletak di Kordoba, Andalusia, Spanyol.

Menurut catatan tradisional, awalnya Masjid Raya ini dibangun atas perintah dari Abd Rahman I pada tahun 785, ketika Kordoba merupakan ibu kota dari Wilayah Al-Andalus yang dikuasai Muslim. Masjid ini diperluas beberapa kali setelah itu di bawah penerus Abd Rahman I hingga akhir abad ke-10. Di antara tambahan yang paling menonjol, Abd Rahman III menambahkan minaret, selesai pada 958 dan anaknya, Al-Hakam II, menambahkan mihrab dan maksurah baru, selesai pada 971.

Masjid ini dikonversi menjadi katedral pada tahun 1236 setelah Kordoba direbut oleh pasukan Kristen Kastila pada periode Reconquista. Struktur bangunan hanya mengalami sedikit modifikasi hingga sebuah proyek besar pada abad ke-16, menyisipkan bagian panti umat dan transept katedral Renaisans baru ke tengah bangunan. Bekas minaret, yang telah diubah menjadi menara lonceng, juga direnovasi secara signifikan pada sekitar waktu ini. Dimulai pada abad ke-19, restorasi modern dilaksanakan dan mengarah pada pemulihan dan studi beberapa elemen bangunan pada era Islam. Saat ini, bangunan tersebut terus berfungsi sebagai katedral kota dan Misa dirayakan di dalamnya setiap hari.

Struktur masjid ini dianggap sebagai monumen penting dalam sejarah arsitektur Islam dan dianggap oleh banyak ahli sebagai sangat berpengaruh pada arsitektur “Moor” di wilayah Mediterania barat dari dunia Islam. Bangunan ini juga merupakan salah satu monumen bersejarah dan tempat wisata utama Spanyol, serta Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1984.

Masjid Agung dibangun oleh Keamiran Umayyah baru di Al-Andalus yang didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 756. Abdurrahman ad-Dakhil merupakan seorang buronan dan salah satu anggota terakhir keluarga Umayyah yang tersisa yang sebelumnya pernah memerintah khilafah pertama di Damaskus, Suriah, secara turun temurun. Kekhalifahan Umayyah ini digulingkan selama Revolusi Abbasiyah pada tahun 750.

Dalam prosesnya, keluarga penguasa tersebut hampir semuanya terbunuh atau dieksekusi dalam prosesnya. Abdurrahman ad-Dakhil selamat dengan melarikan diri ke Afrika Utara, kemudian setelah mendapatkan dukungan politik dan militer, mengambil alih pemerintahan Muslim di Semenanjung Iberia dari gubernurnya, Yusuf bin Abdul al-Rahman al-Fihri. Kordoba telah menjadi ibu kota provinsi Muslim Semenanjung Iberia dan diteruskan menjadi ibu kota keamiran independen oleh Abdurrahman ad-Dakhil.

2. Medinat of Azahara

Cordoba didirikan oleh Claudius Marcellus dengan nama Corduba pada zaman Romawi Kuno. Mengunjungi Kota Cordoba di Spanyol kurang lengkap kalau belum mengunjungi Medina Azahara, sebuah situs arkeologi abad pertengahan yang bernilai sejarah tinggi. Obyek wisata yang selalu diincar wisatawan mancanegara ini hanya berjarak sekitar 13 kilometer dari kota Cordoba.

Medina Azahara atau dalam bahasa Arab dikenal sebagai Madinat al-Zahra yang berarti: “kota bersinar”. Memasuki Medina Azahara di barat kota Cordoba dan berada di bawah kaki pegunungan Sierra Morena, terasa seperti memasuki sebuah kota dengan istana megah dengan pemandangan yang sangat indah.

Untuk menuju lokasi diwajibkan menggunakan bus khusus yang ada. Bus tersebut mondar mandir mengangkut wisatawan ke istana kota Medina Azahara dan museum. Walaupun sekarang hanya tersisa reruntuhan dan puing-puingnya saja, namun situs ini masih menyisakan bangunan utama yang mewakili kemegahan bangunan masa lalu. Wisatawan akan menerawang ke masa silam bagaimana makmurnya Cordoba kala itu saat Khalifah Abd Al-Rahman III pada tahun 936 membangun istana kota Medina Azahara tersebut.

Khalifah Abd Al-Rahman III tak hanya membangun istana namun juga sebuah kota yang makmur. Keberadaan bangunan ini pada masa itu benar-benar memperhatikan kontur lahan dan berdiri di atas lebih dari tiga tingkat. Saat membayangkan bangunan secara utuh, situasinya mirip dengan bangunan istana raja di Karangasem, Bali, di mana bangunan istana berada di bagian atas atau puncak, sementara taman-taman dan kolam berada di bagian bawah. Dari istana inilah, sejauh mata memandang akan terhampar pemandangan indah yang menyejukkan mata.

Jalur distribusi makanan, masalah air minum, perumahan warga, arus lalu lalang pasukan sampai keberadaan kandang kuda begitu diperhatikan sangat detail. Tidak kalah menarik adalah pilar-pilar bangunan dengan relief-relief rumit di istana kota Medina Azahara seluas 112 hektar, begitu kokoh dan menjadi ciri khas bangunan peninggalan Islam.

Medina Azahara dibagi menjadi dua kategori, pertama khusus untuk areal pemerintahan dengan bangunannya dan kedua areal untuk tempat tinggal warga dan para pejabat penting. Istana ini memiliki kebun di sekelilingnya dan Masjid Aljama di bagian bawah.

Tempat lalu lalang pasukan berkuda, kandang kuda sampai dimana kuda diikat juga dirancang sedemikian detail. Boleh jadi kita akan menyangka seperti bathtub tapi sesungguhnya itu hanya tempat minum kuda, selanjutnya kita akan melewati taman-taman istana hingga memasuki bangunan paling bawah yakni melihat reruntuhan Masjid Aljama.

Sebelum meninggalkan Medina Azahara, jangan lupa mampir di museum untuk melihat sejarah pembangunan Medina Azahara dan barang-barang yang ada masa itu, seperti keramik, piring sampai cangkir.

Maroko, Tangier Feb 2023

TANGIER, Cape Spartel

Cape Spartel di kota Tangier adalah situs alam yang indah di Maroko utara yang menghadap ke Selat Gibraltar, dikenal sebagai titik paling barat laut Afrika. Pertempuran Cape Spartel terjadi di sini, salah satu konfrontasi pertama di awal Perang Saudara Spanyol, pada bulan September 1936.

Sebelumnya dikenal sebagai Tanjung Ampelusia, ia memberikan pemandangan laut biru yang indah di mana Laut Mediterania bertemu dengan Samudra Atlantik dan garis pantai yang hijau dan terjal. Itu sering dikunjungi oleh banyak wisatawan yang pergi ke sana untuk melihat matahari terbenam yang spektakuler dan minum di bar pantai di daerah tersebut. Selain daya tarik alamnya, Cape Spartel di Tangier memiliki mercusuar ikonik yang dibangun pada pertengahan abad ke-19 di puncak tanjung sekitar 300 meter di atas permukaan laut.

Cape Spartel berada di ujung utara Maroko, sekitar 14 kilometer melalui jalan darat dari Tangier. Perjalanan tidak memakan waktu lebih dari tiga puluh menit dan Anda dapat pergi dengan mobil, taksi, atau bus wisata mana pun dari Tangier. Mengemudi di sepanjang jalan pantai Atlantik di Afrika utara adalah keharusan lainnya. Aksesnya juga bagus karena ada tempat parkir mobil yang luas.

Cape Spartel terletak di kawasan pesisir Tangier dengan tebing, pantai, dan hutan dengan vegetasi asli yang merupakan bagian dari Cagar Alam Cape Spartel. Ini adalah salah satu daratan yang membatasi Selat Gibraltar di sisi Afrika dan di mana garis imajiner ditarik di mana perairan Mediterania dan Atlantik bertemu.

Meskipun kawasan tersebut mengalami perkembangan, ia dilindungi dan dipertahankan esensi alaminya. Di sini, para pecinta burung dapat melihat burung-burung yang bermigrasi terlihat di sepanjang kilometer garis pantai: spesies yang terbang dari Maroko, di benua Afrika, ke Spanyol, beberapa mil jauhnya, di benua Eropa.

Mercusuar Cape Spartel, Gua Hercules, pantai panjang, garis pantai terjal yang dihantam ombak dan warna biru Mediterania dan Atlantik yang intens adalah bahan-bahan yang, jika dicampur, menjadikan situs alami cagar alam Cape Spartel di Tangier ini. menarik.

Turis lokal dan asing cenderung sering mengunjungi situs ini, terutama untuk menikmati pemandangan indah dan matahari terbenam yang unik di bagian utara Maroko ini. Tamasya tidak boleh lebih dari satu pagi atau sore jika Anda ingin menggabungkan kunjungan ke mercusuar, berjalan di sepanjang tanjung dan memasuki Gua Hercules.

Itu adalah simbol Cape Spartel, pusat perhatian dan titik fokus kamera. Mercusuar yang telah beroperasi sejak 1864 ini adalah yang pertama dari jenisnya di sepanjang garis pantai Maroko atas permintaan perwakilan konsuler negara-negara Eropa pada saat itu sebagai akibat dari banyaknya bangkai kapal di daerah tersebut.

Dengan tinggi 30 meter, selain lentera 24 meter, ia memiliki gaya arsitektur dengan pengaruh arab. Itu masih berfungsi karena cahayanya terlihat hingga 23 mil laut yang memandu kapal transatlantik pada malam hari.

Meskipun Anda tidak dapat mengunjunginya di dalam, ada baiknya mengambil foto dan berkeliling di sekitar area tersebut. Di dekat mercusuar terdapat kafe tempat Anda dapat menikmati minuman yang menghadap ke laut, dan Eropa.

View dari Kamar Hotel Barcelo

Spanyol, Sevilla Mar 2023

1. La Giralda, Sevilla

Menara Gereja Katedral Sevilla dulunya dikenal menara Al Mansur yang merupakan menara Masjid Sevilla, dibangun oleh Khalifah Abu Yakub Yusuf, penguasa kedua Dinasti Al-Muwahhidun pada tahun 1172 M dan diselesaikan oleh anaknya, Abu Yusuf Yakub Al Mansur.

Menara ini terkenal dengan keindahan arsitektur dan hiasan-hiasan emasnya. Pembangunan menara ini membutuhkan waktu bertahun-tahun karena sering terhenti ketika raja bepergian ke wilayah lain. Saat berada di bawah kekuasaan Muslim, menara ini terdiri atas 5 lantai dengan tinggi mencapai 96 meter dimana lantai 5 digunakan untuk Muazin.

Sevilla dikenal sebagai kota yang kental akan corak Islam. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Muslim telah menetap di wilayah ini lebih dari lima abad lamanya. Dari sisi arsitektur pun banyak terpengaruh oleh corak Islam seperti ornamen ornamen Arab di hotel, rumah dan tempat lainnya.

Pasca kekalahan Muslim, menara mengalami banyak renovasi khususnya di tiga lantai teratas. Bentuk menara Al Mansur memang tetap dipertahankan, hanya saja dibangun lantai enam sebagai tempat menyimpan lonceng. Lalu diatasnya didirikan patung Santa Fe dengan tinggi sekitar lima meter. Tahun 1558 saat Gereja telah selesai dibangun, fungsi menara masjid ini dialihkan menjadi menara lonceng gereja. Adapun ukiran emas yang menjadi ciri khas menara ini jatuh pada 1355 akibat gempa bumi.

Saat Sevilla ditumbangkan oleh pasukan kerajaan Kastila tahun 1248 M, masjid megah ini dirubah menjadi gereja. Kemudian tahun 1402 M, dilakukan renovasi besar besaran termasuk pendirian gereja besar di atas bekas bangunan masjid tersebut.

Sejarah mencatat, pengerjaan pembangunan gereja berlangsung hingga satu setengah abad lamanya. Dari bangunan masjid kini hanya tersisa halaman dan menaranya saja. Halaman terletak di sebelah utara gereja dan masih tersisa beberapa ornamen bercorak Islam. Kini halaman tersebut dipenuhi pohon pohon jeruk sehingga dikenal dengan nama Patio de los Naranjos.

2. Plaza España, Seville

Plaza de Espana adalah sebuah plaza megah yang terletak di Taman Maria Lusia, Seville, Spanyol. Plaza ini akan membuat siapapun jatuh cinta dengan keindahan bangunan yang memiliki sentuhan gabungan gaya arsitektur Renaisans dan Moor khas Spanyol. Pada awalnya bangunan ini dibangun sebagai sebuah konstruksi dan simbol atas acara Ibero-American Exposition yang diselenggarakan pada tahun 1929. Kini, keindahan desain arsitektur bangunan tersebut menjadi daya tarik utama turis yang berkunjung ke kota Seville.

Berdiri megah di atas tanah dengan luas 50.000 meter persegi atau sebanding dengan lima kali luas lapangan bola, kemegahan dan keindahan dari plaza ini tidak perlu diragukan lagi. Plaza de Espana memiliki lantai dasar yang dilengkapi oleh beranda luas serta lantai atas dengan balkon mewah disepanjang bangunan. Tempat ini sering dijadikan spot foto oleh turis karena konstruksi seluruh bangunan dapat terlihat jelas dari tempat tersebut.

Disepanjang plaza ini, terdapat sebuah kanal yang membentang sepanjang 515 meter, di mana para pengunjung dapat menaiki perahu untuk mengelilingi kanal tersebut. Di atas kanal ini, dibangun empat jembatan mewah yang menggambarkan empat kerajaan spanyol di masa lalu, yaitu Castille, Aragon, Navarre, dan Leon. Menaiki perahu sambil berkeliling di atas kanal akan membuat kita merasakan nuansa romantis seperti sedang berada di Venice, Italia.

Selain kanal yang menggambarkan kerajaan spanyol, balkon-balkon yang mengiasi Plaza de Espana juga mewakili setiap provinsi di Spanyol. Jumlah keseluruhan dari balkon-balkon tersebut adalah 48 buah, di mana setiap balkon memiliki denah wilayah provinsi di Spanyol. Keunikan lainnya terletak pada desain keramik dengan berbagai warna yang menghiasi bangunan ini sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis.

Kemegahan serta kemewahan Plaza de Espana berhasil menarik perhatian produsen film sehingga tempat ini sering juga dilibatkan dalam pengambilan gambar film-film ternama. Beberapa film seperti Lawrence of Arabia hingga Star Wars pernah syuting di tempat ini. Mengunjungi Plaza de Espana akan memberikan kesan tersendiri kepada kita karena tempat ini menyimpan berjuta keindahan yang hanya dapat dinikmati dengan berkunjung langsung ke Seville, Spanyol.

3. Golden Tower, Seville

Tower of Gold atau Torre del Oro di Seville, sebuah bangunan bersejarah di sebelah sungai Guadalquivir. Ini adalah objek wisata populer di Andalusia, Spanyol Selatan. Menara ini berubah menjadi museum Maritim. Tidak terlalu tinggi namun ketika berada di atas, pemandangannya sangat indah. Menara ini menjadi salah satu icon kota Sevilla.

Ketika berjalan kaki dari Plaza Espana ke Katedral Sevilla, kita melewati menara ini. Menaranya tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi. Menurut sejarah, dahulu berlapiskan emas. Sekarang menara tersebut diubah fungsinya menjadi museum maritim. Kita bisa mampir di menara ini, dan tiketnya tidak mahal, kita bisa masuk dan melihat-lihat. Banyak peninggalan yang berhubungan dengan kelautan di tempat ini, meskipun tidak terlalu lengkap.

Menara Emas dibangun 1220–1221, atas perintah gubernur Seville Almohad, Abu l-Ulà, dengan dasar dua belas sisi. Itu menghalangi jalan ke distrik Arenal dengan bagian tembok yang menghubungkannya dengan Torre de la Plata, bagian dari tembok kota yang mempertahankan Alcazar.

Menara itu rusak parah akibat gempa Lisbon tahun 1755, dan Marquis of Monte Real mengusulkan untuk menghancurkannya untuk memperluas jalan bagi gerbong yang ditarik kuda dan meluruskan akses ke jembatan Triana; namun, orang-orang Seville keberatan dan memohon kepada raja, yang turun tangan. Pada tahun 1760, kerusakan diperbaiki, dengan perbaikan lantai bawah menara, penguatan dengan puing-puing dan mortar, dan pembuatan akses utama baru melalui lorong menuju jalan setapak di sekitar tembok. Pada tahun yang sama, badan silinder atas dibangun, karya insinyur militer Sebastian Van der Borcht, juga arsitek Pabrik Tembakau Kerajaan Seville. Karya-karya ini mengubah penampilan menara dibandingkan dengan apa yang terlihat pada ukiran dari abad keenam belas atau ketujuh belas.

Pada 13 Agustus 1992, Torre del Oro dijadikan saudara Menara Belem di Lisbon untuk merayakan Pameran Universal di Seville. Pada tahun 2008, museum menampilkan berbagai instrumen dan model navigasi kuno, serta dokumen sejarah, ukiran, dan bagan bahari, yang menghubungkan Seville dengan Sungai Guadalquivir dan laut. Menara ini kembali dipugar pada tahun 2005.

4. Istana Al Cazar de Sevilla

Fachada del Palacio del Rey Don Pedro
Real Alcázar. Sala de la Justicia
Real Alcázar. Palacio del Rey Don Pedro. Patio de las Muñecas

Tidak seperti Istana Al Hambra di Granada. Penguasa Muslim tidak menamai Istana di Sevilla ini menggunakan nama Arab melainkan menggunakan bahasa Spanyol (Al Cazar de Sevilla). Hal tersebut karena sebagian besar istana ini dibangun oleh bangsa Spanyol.

Istana ini dibangun di atas situs Romawi dan Visigoth kuno oleh Bani Umayyah. Alcazar ini kemudian dimodifikasi beberapa kali selama periode Al-Andalus, termasuk oleh Muwahhidun. Pada abad ke-13, Alfonso X melancarkan pembangunan istana pertama bergaya Gothik di atas situs Alcazar Muslim. Satu abad kemudian, setelah gempa bumi mengguncang kota Sevilla pada tahun 1356, Pedro dari Kastilia mendirikan istana dengan gaya Moor Islam. Istana ini kemudian dimodifikasi lagi oleh Karl V pada abad ke-16.

Secara umum, Istana Sevilla terdiri dua lantai. Lantai pertama kental akan peninggalan Islam dimana sebagian besar arsitekturnya bernuansa Arab dengan beberapa tambahan modern dari raja-raja Spanyol. Sedangkan lantai kedua seluruhnya dibangun oleh kerajaan Spanyol. Lantai pertama terdiri atas beberapa ruangan dengan nama-nama khusus seperti ruangan al ‘adl, ruangan as shaid, ruangan al udzra, ruangan Carlos V, ruangan sufara, ruangan Filip II, ruangan arais, ruangan muluk Andalus, ruangan muluk Katolik dan lain-lain.

Adapun ruangan yang dianggap paling penting adalah ruangan sufara. Dekorasinya pun dihias dengan begitu indah. Seperti penempatan ukiran-ukiran Arab berupa ungkapan-ungkapan, doa dan ayat Al Qur’an melingkar mengelilingi dinding-dinding maupun pintu ruangan. Sedangkan di ruangan raja dihias dengan ukiran berupa bait-bait syair. Adapun di lantai kedua, ruangan yang paling dikenal adalah ruangan raja beserta tempat ibadah raja Katolik. Meski area ini kental akan arsitektur bergaya Spanyol, tidak jarang ditemukan ukiran-ukiran berbahasa Arab sebab arsitektur Islam kala itu memang sudah sangat berkembang.

Mengenai asal usul istana ini, beberapa pakar berpendapat bahwa sebagian bangunan istana tersebut terinspirasi dari istana Al Mu’tamad bin Ibad. Hal ini dikuatkan dengan dekatnya jarak diantara keduanya. Begitu juga dengan menara Giralda yang dibangun menggunakan batu dari benteng kerajaan Ibnu Ibad.

Istana ini dikenal sebagai salah satu contoh arsitektur Andalus terbaik di Semenanjung Iberia. Lantai atas Alcázar ini masih digunakan oleh keluarga kerajaan Spanyol sebagai kediaman resmi mereka di Sevilla dan diurus oleh Patrimonio Nacional. Istana ini merupakan istana kerajaan tertua yang masih digunakan di Spanyol dan didaftarkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1987 bersama dengan Katedral Sevilla dan Arsip Umum Hindia.

Kemegahan istana bernuansa abad pertengahan ini masih kokoh bertahan sehingga menarik perhatian banyak wisatawan untuk berkunjung.

5. Santa Cruz, Seville’s Jewish Quarter

Tengkorak Susona

 Santa Cruz adalah kawasan tua Yahudi di Seville dipenuhi dengan sejarah dan legenda, dan tetap hidup hingga hari ini seperti sebelumnya. Santa Cruz adalah labirin rumah dan alun-alun yang dibatasi oleh Real Alcazar, Jardines de Murillo, Calle Mateos Gago, dan Calle Santa Maria. Asal usul namanya  dari gereja Santa Cruz yang bergaya Mudéjar yang dibangun di lokasi reruntuhan sinagoge. Gereja itu hancur selama perang Napoleon dan sebuah alun-alun dibangun di tempat itu.

Plaza Santa Cruz menggunakan lantai yang sama dengan yang ada di sinagog dan gereja. Alun-alun diperindah pada tahun 1921 ketika ‘Salib Tukang Kunci’ dipindahkan ke sini, sebuah monumen tahun 1692 yang dibangun oleh Sebastian Conde.

Di kota Ishbiliya Moor, apa yang sekarang disebut Santa Cruz tidak jauh berbeda dari bagian kota lainnya, satu-satunya faktor pengenal adalah saluran air yang membentang di sepanjang batas kota dan melewati tembok Alcazar. Kita masih dapat melihat sisa-sisa saluran air hari ini dengan nama yang tepat ‘Calle Agua (Water Street)’.

Setelah penaklukan kembali oleh Raja Kristen Ferdinand III dari Castille, pada tahun 1248, keadaan berubah. Ferdinand memusatkan populasi Yahudi ke dalam satu area kecil yang kemudian ditembok. Populasi Yahudi di Seville terbesar kedua di seluruh semenanjung Iberia setelah Toledo. Tidak diketahui apakah orang Kristen membangun tembok di sekitar kawasan Yahudi untuk mempertahankan Yahudi, atau untuk keselamatan mereka sendiri dari ancaman orang Yahudi, tetapi yang jelas bahwa ada diskriminasi di kedua sisi.

Cerita yang menjadi rahasia Santa Cruz, di Plaza Dona Elvira, sebuah gang sempit yang disebut Susona. Di sana terdapat sebuah ubin keramik yang bergambar sebuah tengkorak. Ubin ini terletak di dinding di atas sebuah jendela, dan di bawah tengkorak itu tertulis kata Susona.

Susona adalah seorang gadis Yahudi yang hidup pada abad ke-15. Diam-diam ia jatuh cinta kepada seorang pemuda Kristen, tetapi kemudian Susona mendengar bahwa keluarganya sendiri tengah merencanakan sebuah pemberontakan berdarah melawan orang-orang Kristen di kota itu. Di antara mereka yang akan dibunuh adalah kekasih Susona. Maka, Susona pun mendatangi kekasihnya dan memperingatkannya tentang rencana tersebut. Hasilnya adalah ayah Susona dihukum mati dan Susona kemudian dicampakkan kekasihnya.

Kemudian, setelah menjalani hidup yang penuh penderitaan, akhirnya ia meninggal. Ia memberikan pesan di dalam surat wasiatnya bahwa kepalanya harus dipotong dari tubuhnya dan dipertontonkan di luar rumahnya, sebagai peringatan bagi orang lain. Tengkoraknya tergantung di sana terus hingga akhir abad ke-18, dan kemudian ubin keramik dipasang di tempat yang sama menggantikan tengkorak asli.

Peristiwa yang dialami Susona adalah misteri kehidupan, siapa sangka Tuhan yang satu namun disebut berbeda oleh pengikut yang berbeda dapat memecahkan umat dan hati Susona begitu dahsyat. Tuhan menciptakan umat, lalu umat yang mengklasifikasi Tuhan dengan berbeda-beda. Sungguh sebuah misteri yang tragis, namun disayangkan hal semacam ini pun masih terjadi di berbagai belahan dunia sampai sekarang.