Penguasa Palestina dari masa ke masa

1000-931 SM; Sumber Yahudi dan Kristen menyebutkan bahwa Sulaiman (Salomo) adalah orang yang membangun tempat ibadah yang dikenal Bait Suci pertama, Bait Salomo, atau Kuil Sulaiman. Lokasi pasti dari Bait Suci pertama ini masih tidak diketahui, tetapi dipercaya berada pada tempat yang sekarang menjadi kompleks Masjidilaqsa.

586 SM; Nebukadnezar II, Raja Babilonia, menghancurkan Bait Suci pertama.

538 SM; Raja Koresh yang Agung memulai pembangunan Bait Suci kedua. Sekitar tahun 19 SM, Raja Herodes yang agung membangun ulang dan memperlebar Bait Suci, melibatkan sampai 10.000 pekerja.

66 M; Umat Yahudi melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Romawi, namun gagal.

79 M; Pasukan Romawi di bawah Titus Flavius Vespasianus menghancurkan Yerusalem beserta Bait Suci kedua.

130 M; Kaisar Hadrianus menjanjikan untuk membangun ulang Yerusalem, tetapi kota berdasarkan kepercayaan pagannya, juga hendak membangun kuil yang dipersembahkan bagi pemujaan Dewa Jupiter di bekas reruntuhan Bait Suci kedua. Ketegangan antara pemerintah Romawi dan umat Yahudi semakin memanas saat sang kaisar juga melarang perintah sunat yang dipandang sebagai sebentuk mutilasi bagi kaisar yang sebagai seorang penganut Helenis taat. Hal ini berujung pada pemberontakan yang dipimpin Simon Bar Kokhba.

135 M; Pemberontakan berhasil dihancurkan pihak Romawi, akibatnya, umat Yahudi diusir dari Palestina, dilarangnya penggunaan hukum Taurat dan penanggalan Yahudi, dan menghukum mati ahli Yahudi. Kaisar Hadrianus membangun ulang kota Yerusalem sebagai sebuah kota Romawi bernama Aelia Capitolina dan umat Yahudi dilarang memasukinya.

Di sisi lain, agama Kristen mulai bangkit dan menyebar di tubuh Kekaisaran Romawi hingga pada akhirnya menjadi agama resmi negara. Kaisar Konstantinus I melakukan pengkristenan masyarakat Romawi dan mengunggulkannya atas pemujaan paganisme. Kuil Jupiter yang dibangun Kaisar Hadrianus di reruntuhan Bait Suci kedua dihancurkan segera setelah Konsili Nicea I atas perintah Konstantinus I.

363 M; Keponakan Konstantin, Kaisar Flavius Claudius Julianus memberikan izin kepada umat Yahudi membangun ulang Bait Suci mereka. Julianus sendiri memandang bahwa Tuhan umat Yahudi merupakan anggota yang sesuai untuk Dewa-Dewa Pantheon yang dia percaya, selain dia juga adalah penentang kuat Kristen. Sejarawan gereja menyatakan bahwa umat Yahudi mulai membersihkan puing-puing di Bukit Bait, tetapi gagal lantaran gempa bumi dan kemudian kemunculan api dari dalam bumi. Namun, bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa terdapat bangunan gereja, biara, atau bangunan umum lain yang berdiri di atas Bukit Bait pada masa kekuasaan Romawi Timur.

610 M; Kekaisaran Sasania Persia mengalahkan Romawi dan merebut Palestina. Umat Yahudi diberi wewenang untuk mendirikan negara bawahan dan mulai membangun Bait Suci.

615 M; Romawi kembali mengambil alih Palestina dan umat Kristen menghancurkan Bait Suci yang belum selesai pembangunannya dan menjadikan tempat itu sebagai tempat pembuangan sampah.

637 M; Umat Islam mengambil alih kepemimpinan atas Yerusalem dari tangan Romawi pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab setelah melewati  empat bulan pengepungan yang diisi dengan berbagai pertempuran.

Setelah kondisi tidak kondusif,  pasukan Romawi menawarkan penyerahan Yerusalem hanya kepada Umar bin Khattab. Hal itu menjadi tanda bahwa umat Islam telah menang dalam upaya penaklukan kota Yerusalem yang suci itu.

Sampainya Umar bin Khattab di Yerusalem, ia juga membuat perjanjian damai dengan penduduk Yerusalem.  Perdamaian yang telah dibuat oleh Umar bin Khattab ini disetujui oleh petinggi Yerusalem dan juga penduduk Yerusalem. Umar bin Khattab juga memberikan jaminan keamanan penduduk kota itu.

691 M; Pada masa Kekhalifahan Umayah, mulai didirikan beberapa bangunan di tanah Masjidilaqsa, didirikan sebuah bangunan segi delapan berkubah yang menaungi Batu Fondasi oleh Khalifah Abdul Malik. Bangunan itu yang kemudian dikenal dengan Kubah Shakhrah (Dome of the rock), secara harfiah bermakna kubah batu.

1099 M; Kepemimpinan Yerusalem beralih ke tangan umat Kristen setelah kemenangan mereka pada Perang Salib Pertama. Umat Muslim berlindung di Masjidilaqsa, tetapi hal tersebut tidak menolong. Gesta Francorum menyatakan “(Orang-orang kita) membunuh dan menyembelih bahkan di Bait Salomo (Masjidilaqsa), pembantaian begitu besar sampai orang-orang kita mengarungi darah setinggi mata kaki.” Fulcher, pendeta yang turut serta dalam Perang Salib pertama, menyatakan, “Di Bait Suci 10.000 orang terbunuh. Tak satupun dari mereka dibiarkan hidup, baik wanita maupun anak-anak tidak diampuni.” Setelah peristiwa ini, Kerajaan Kristen Yerusalem didirikan. Jami’ Al-Aqsha diubah menjadi istana kerajaan dengan nama Templum Solomonis atau Kuil Sulaiman (Salomo) dan Kubah Shakhrah diubah menjadi gereja dengan nama Templum Domini (Kuil atau Bait Tuhan).

1187 M; Kepemimpinan Yerusalem beralih kembali ke tangan umat Islam setelah kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi. Semua jejak dan bekas peribadahan Kristen di Masjidilaqsa dihilangkan dan kompleks tersebut kembali kepada kegunaan asalnya. Kewenangan umat Islam terhadap Masjidilaqsa cenderung tanpa gangguan sampai periode Usmaniah.

1517 hingga 1917; Wilayah yang sekarang disebut Israel, bersama dengan sebagian besar Timur Tengah, dibawah kendali Kekaisaran Ottoman.

1917; Dibawah Kendali Inggris, pada paruh kedua abad ke-19, kerinduan lama orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali ke wilayah nenek moyang mereka memuncak dalam gerakan nasionalisme yang disebut Zionisme. Penyebab Zionis itu didorong oleh kebencian yang meningkat tajam terhadap orang-orang Yahudi di Eropa dan Rusia. Orang-orang Yahudi yang berimigrasi bertemu dengan penduduk yang didominasi orang Arab, yang juga menganggapnya sebagai tanah air leluhur mereka. Namun Perang Dunia I secara dramatis mengubah lanskap geopolitik di Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour mengajukan letter of intent yang mendukung pendirian tanah air Yahudi di Palestina. Pemerintah Inggris berharap bahwa deklarasi formal, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, diharapkan mendorong dukungan bagi Sekutu dalam Perang Dunia I. Ketika Perang Dunia I berakhir pada 1918 dengan kemenangan Sekutu, kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama 400 tahun berakhir. Alhasil, Inggris mengambil alih kendali atas wilayah yang dikenal sebagai Palestina (Israel modern, Palestina saat ini, dan Yordania). Negara Israel Para pemimpin Zionis berusaha keras meningkatkan jumlah Yahudi untuk memperkuat klaim kenegaraan, tetapi pada 1939 Inggris masih sangat membatasi imigrasi Yahudi. Pada akhirnya, proyek Zionis berhasil karena kengerian global dalam menanggapi Holocaust.

November 1947; Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 181 atau Rencana Pembagian Palestina, membagi tanah menjadi “Negara Arab dan Yahudi Merdeka”. Resolusi 181 itu langsung mendapat penolakan orang Arab.

14 Mei 1948; Para pemimpin Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Perang kemerdekaan dan Al-Nakba Negara Yahudi yang baru itu segera diserbu oleh tentara beberapa negara Arab, bersama militan Palestina. Dalam pertempuran itu Palestina telah kehilangan hampir empat perlima wilayah dari jatah PBB mereka. Tujuh ratus ribu dari warga Palestina telah diusir dari rumah mereka, tanpa hak untuk kembali hingga hari ini. Bagi orang Yahudi Israel, ini dikenal sebagai “Perang Kemerdekaan”. Bagi orang Palestina, itu adalah al-Nakba atau Bencana.

5 Juni 1967; Perang Enam Hari, pemerintah Israel mengambil alih kepemimpinan Kota Lama Yerusalem, termasuk di dalamnya Masjidilaqsa. Kepala Rabi dari Pasukan Pertahanan Israel, Shlomo Goren, memimpin pasukan melakukan perayaan keagamaan di Masjidilaqsa dan Tembok Barat dan mengeluarkan maklumat untuk menjadikan hari tersebut sebagai hari raya “Yom Yerushalayim” (Hari Yerusalem). Beberapa hari setelah itu, 200.000 umat Yahudi berbondong-bondong mendatangi Tembok Barat dan ini adalah ziarah massal pertama umat Yahudi ke kompleks ini sejak tahun 70 M.

21 Agustus 1969, seorang Kristen ekstremis Australia, Dennis Michael Rohan, berusaha membakar Masjid Al-Aqsa. Tindakannya ini mendapat restu yang jelas dari pasukan pendudukan Israel. Saat itu, yakni pada hari Kamis pagi ketika alarm berbunyi tiba-tiba para penjaga Palestina di kompleks Aqsa melihat asap mengepul dari sayap tenggara masjid. Setelah diperiksa lebih dekat, mereka melihat kobaran api di dalam ruangan yang dipakai untuk shalat.

Maka umat Muslim dan Kristen Palestina kemudian sama-sama bergegas ke masjid untuk memadamkan api. Celakanya pasukan pendudukan Israel mencegah masuknya mereka. Tak ayak kemudian terjadi bentrokan singkat tapi sengit. Mereka pun segera berjalan ke tempat suci itu  dan mulai mengatasi api.

Namun, ternyata untuk memadakam api di Masjidil Aqsha kala itu tak mudah. Alat pemadam kebakaran gagal tak berfungsi. Mereka pun mencari sumber air  lain, tetapi hanya menemukan pompa rusak dan selang terputus. Maka umat Islam dan Nasrani yang bersatu lalu mengambil inisiatif. Mereka dengan cepat untuk membentuk rantai manusia dan menggunakan ember dan wadah kecil lainnya untuk membawa air ke masjid yang terbakar.

Uniknya, ketika truk pemadam kebakaran dari kota-kota sekitar Tepi Barat Nablus, Ramallah, Al-Bireh, Bethlehem, Hebron, Jenin, dan Tulkarem tiba, pasukan pendudukan Israel juga mencegah mereka mencapai tempat kejadian. Mereka mengklaim bahwa adalah tanggung jawab Kotamadya Yerusalem untuk menangani situasi kebakaran tersebut. Maka api kemudian dibiarkan menyala selama berjam-jam dan sempat jilatannya mencapai jendela yang tepat berada di bawah kubah Masjid al-Aqsha, sebelum api akhirnya padam.

Dan setelah asap itu hilang, tingkat kerusakannya baru dapat diketahui. Api ternyata telah menyapu beberapa bagian tertua masjid, terutama menghancurkan mimbar kayu dan gading berusia 900 tahun yang dihadiahkan oleh Salahuddin Al-Ayubi, serta panel mosaik di dinding dan langit-langit. Kala itu kemudian ditemukan banyak area di dalam masjid yang menghitam karena terbakar.

Ketika berita tentang ‘neraka api’ itu menyebar, maka memantik munculnya akis demonstrasi yang panas terjadi di seluruh kota. Kota Yerusalem yang diduduki Israel pun mogok, langkah ini kemudian dicontoh oleh warga Palestina yang tingga di Tepi Barat, dan bahkan di wilayah Israel.

Sebagai reaksi untuk mengatasi meluasnya aksi demonstrasi, semua titik akses ke masjid diblokir oleh pasukan keamanan Israel. Akibatnya, ibadah shalat Jum’at yang akan berlangsung keesokan harinya dilarang diadakan di kompleks. Ini sejarah pertama kali ketiadaan shalat Jumat di Masjidil Aqsha sejak masjid didirikan.

1974, 1977, dan 1983; kelompok yang dipimpin Yoel Lerner merancang makar untuk meledakkan Kubah Shakhrah dan Jami’ Al-Aqsha.

11 April 1982, seorang Yahudi bersembunyi di Kubah Shakhrah dan melepaskan tembakan, membunuh dua orang Palestina dan 44 terluka.

26 Januari 1984, penjaga menemukan anggota B’nei Yehuda mencoba menyusup ke dalam kawasan Masjidilaqsa dan meledakkannya.

8 Oktober 1990, pasukan Israel yang berpatroli di daerah tersebut memblokir jemaah untuk masuk ke Al-Aqsa. Gas air mata ditembakkan kepada jamaah wanita yang menyebabkan ketegangan meningkat.

12 Oktober 1990, umat Islam Palestina memprotes keras niat beberapa orang Yahudi untuk meletakkan batu penjuru di lokasi Kuil Baru sebagai awal penghancuran masjid-masjid Muslim. Upaya tersebut dihambat oleh pihak berwenang Israel, tetapi para pengunjuk rasa dilaporkan secara luas karena telah melempari batu kepada umat Yahudi di Tembk Barat. Menurut sejarawan Palestina Rasyid Khalidi, jurnalisme investigatif menunjukkan bahwa tuduhan ini salah. Batu-batu akhirnya dilempar sementara pasukan keamanan melepaskan tembakan yang menewaskan 21 orang dan melukai 150 lainnya.

Desember 1997, Badan Keamanan Israel mendahului upaya ekstrimis Yahudi untuk melempar kepala babi yang terbungkus halaman Al Qur’an ke daerah tersebut untuk menyulut kerusuhan dan mempermalukan pemerintah.

15 November 1988; Dewan Nasional Palestina mengeluarkan deklarasi kemerdekaan, yang diakui sebulan kemudian oleh Majelis Umum PBB. Sekitar tiga perempat dari keanggotaan PBB sekarang menerima status negara Palestina, sebagai pengamat non-anggota.

1992-1994, Pemerintah Yordania melapisi kubah dari Kubah Shakhrah dengan 5.000 pelat emas. Mimbar Shalahuddin juga dipulihkan. Perbaikan ini diperintahkan Husain, Raja Yordania, dengan anggaran pribadi sebanyak $8 juta.

28 September 2000, Pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungi Masjidilaqsa bersama dengan utusan Partai Likud dan sejumlah polisi antihuru-hara Israel. Kunjungan itu dipandang sebagai isyarat provokatif bagi rakyat Palestina yang kemudian berkumpul di tempat tersebut. Unjuk rasa dengan cepat berubah menjadi kerusuhan dan ini menjadi pemicu terjadinya Intifadah Kedua. Keadaan kembali memanas saat tiga pria keturunan Arab melakukan tembakan terhadap dua polisi Israel pada Jumat.

29 September 2000, pemerintah Israel mengerahkan 2.000 polisi antihuru-hara ke masjid ini. Sekelompok orang Palestina yang meninggalkan masjid setelah salat Jumat mulai melempari polisi dengan batu. Polisi kemudian menyerbu kompleks masjid serta menembakkan baik peluru tajam maupun peluru karet kepada kelompok Palestina tersebut, sehingga jatuh korban empat orang tewas dan sekitar 200 orang lainnya luka-luka.

14 Juli 2017 sebagai reaksi atas peristiwa dimana dua polisi itu melakukan penutupan atas Masjidilaqsa dan melarang Muslim Palestina untuk salat di sana. Mufti Agung Yerusalem, Syekh Muhammad Ahmad Husain mengecam penutupan tersebut dan kemudian ditahan oleh polisi Israel setelah memimpin doa terbuka di dekat tempat kejadian perkara, meskipun kemudian dibebaskan dengan sejumlah jaminan.

Palestina – Taba Border Crossing

Penyeberangan Perbatasan Taba, juga dikenal di Israel sebagai Penyeberangan Menachem Begin, adalah penyeberangan perbatasan internasional antara Taba di Mesir, dan Eilat di Israel. Penyeberangan Perbatasan Taba adalah titik paling selatan di Israel.

Dibuka pada tanggal 26 April 1982, saat ini menjadi satu-satunya titik masuk/keluar antara kedua negara yang menangani wisatawan. Situs tersebut berada di kaki Gunung Tallul dan dekat dengan Desa Nelson milik Raffi Nelson dan Hotel Sonesta yang keduanya ditutup karena penyerahan Sinai ke kendali Mesir sebagai imbalan atas normalisasi hubungan.

Berdasarkan ketentuan perjanjian, warga Israel dapat mengunjungi pantai Laut Merah dari Taba hingga Sharm el-Sheikh (dan Biara Saint Catherine) bebas visa untuk kunjungan hingga empat belas hari. Pada tahun 1999, terminal ini menangani 1.038.828 wisatawan dan 89.422 kendaraan.

Terminal buka 24 jam sehari, setiap hari sepanjang tahun kecuali hari libur Idul Adha dan Yom Kippur.

Pada bulan Februari 2014, sebuah bus yang membawa wisatawan ke Biara Saint Catherine di Sinai meledak di Taba sesaat sebelum melintasi perbatasan ke Israel. Tiga warga negara Korea Selatan dan satu warga negara Mesir tewas, sementara 14 warga Korea Selatan terluka; ledakan itu dituduhkan pada teroris.

Pada bulan September 2016, penyeberangan sisi Israel diubah namanya menjadi “Menachem Begin Crossing” setelah mendiang perdana menteri, yang menandatangani perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir.

Yordania – Pohon Sahabi (The Blessed Tree)

Dikenal juga dengan nama Tree of Al Buqayawiyya, The Only Living Sahabi atau Pohon Sahabi dalam bahasa Indonesia, merupakan pohon yang masih ada hingga hari ini dari zaman Nabi Muhammad dimana pohon ini dulu merupakan tempat berteduh Nabi Muhammad ketika berniaga ke negeri Syam

Pohon Sahabi merupakan pohon besar yang tumbuh dengan rimbun dan kokoh di Yordania. Berjarak sekitar 150 kilometer dari Kota Amman, pohon ini selalu menjadi perhatian orang dari seluruh dunia, khususnya umat Islam. Fakta dan cerita seputar pohon sahabi.

  1. Pohon ini dijuluki sebagai the only living sahabi, pertama kali ditemukan oleh Pangeran Ghazi bin Muhammad. Dirinya meyakini ciri-ciri pohon yang ia temui adalah ciri pohon yang diceritakan dalam arsip dan sejumlah literatur yang terdapat pada Perpustakaan Royal Archives. Dari rujukannya itu, kini pohon yang terletak di wilayah Safawi Provinsi Zarqa ini diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berteduh ketika dalam perjalanan ke Syam.
  2. Dalam penelitian Pangeran Ghazi bin Muhammad tidak dijelaskan informasi ilmiah yang menunjukan terkait berapa usia pohon tersebut. Namun jika benar pohon tersebut telah ada sejak Rasulullah kecil, diperkirakan pohon itu sudah berumur lebih dari 1.400 tahun. Pohon Sahabi kini dirawat oleh pemerintah Yordania, kini sekeliling Pohon Sahabi telah diberikan pagar oleh pemerintah setempat, meski demikian pengunjung dapat tetap masuk dan berteduh di bawah rimbunnya pohon.
  3. Menjadi saksi kenabian, tiga manuskrip kuno yang ditulis oleh Ibn Hisham, Ibn Sa’d al-Baghdadi dan Muhammad Ibn Jarir al-Tabari menceritakan tentang kisah Bahira yang bertemu dengan bocah kecil calon Rasul terakhir.  Saat itu Muhammad diperkirakan berusia 9 atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke Suriah. Ketika itu Bahira melihat tanda-tanda kenabian dari Muhammad kecil. Bahira melihat Muhammad kecil selalu dipayungi segumpal awan kemanapun dia pergi. Dari sanalah sang biarawan yakin kalau pemuda itu memang benar-benar nabi terakhir yang sudah diramalkan kedatangannya.
  4. Diberi gelar The Only Living Sahabi, julukan ini memiliki makna jika pohon ini adalah satu-satunya sahabat Nabi Muhammad SAW yang masih hidup hingga saat ini. Selain itu, pohon ini juga diberi julukan The Blessed Tree oleh para ulama Islam. Hal ini dikarenakan, tumbuhnya pohon tersebut dengan lebat hingga masa kini meski berada ditempat yang tandus dikarenakan keberkahan dari Rasulullah SAW.
  5. Tidak ada pohon lain disekitarnya, fakta selanjutnya, pohon ini hidup di gurun pasir yang sangat panas yang terletak di Yordania atau tepatnya 150 kilometer dari kota Amman. Uniknya, disekitar Pohon Sahabi tidak terdapat pohon lain yang tumbuh. Sehingga beberapa orang juga menyebut pohon ini sebagai ‘pohon yang kesepian’.

Yordania – Gua Ashabulkahfi

Ashabul Kahfi termaktub dalam QS Al-Kahf, surah ke-18 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 110 ayat. Dalam surah ini dikisahkan tujuh pemuda sebelum zaman Nabi Muhammad SAW yang tertidur di dalam sebuah gua selama 309 tahun.

Tujuh pemuda tersebut tertidur di dalam sebuah gua dalam waktu yang sangat lama, dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman hukuman mati karena tidak mau menyembah berhala.

Kisah Ashabul Kahfi merupakan salah satu kisah dalam Alquran yang nama tokoh dan lokasi tempat terjadinya juga dapat ditelusuri. Beberapa sumber mengatakan bahwa ada puluhan lokasi di dunia yang diklaim menjadi lokasi sesungguhnya dari gua Ashabul Kahfi. Ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi di wilayah Suriah, ada juga yang bilang di Efesus. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli, lokasi yang paling sesuai dengan yang tertulis di Alquran adalah yang berada di ujung Desa Rajib, Kota Abu Alanda, Yordania.

Hal ini bisa terlihat dari detail gua seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat surat Al Kahfi, yaitu masih dapat kita lihat reruntuhan seperti bekas tempat peribadatan dari tempat di atas gua. Tempat ibadat yang dimaksudkan adalah rumah ibadah penganut Nasrani. Ketika zaman kerajaan Umayyah, rumah ibadat tersebut telah dijadikan masjid.

Menurut beberapa sejarawan Islam, ketujuh pemuda tersebut bernama Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika. Ketujuh pemuda ini hidup di zaman Raja Diqyanus. Raja ini menyembah berhala. Ia memaksa rakyatnya ikut menyembah berhala. Jika tidak menuruti kemauannya, konsekuensinya adalah hukuman mati.

Ketujuh pemuda itu berpegang teguh dengan keyakinannya. Mereka tidak mau mengikuti perintah raja untuk menyembah berhala. Mereka pun akhirnya melarikan ke sebuah gua. Selama di perjalanan, tujuh pemuda itu diikuti oleh seekor anjing, yang menurut beberapa sejarawan Islam memiliki nama Kithmir. Meskipun telah diusir, anjing tersebut tetap mengikuti. Setibanya di goa, anjing tersebut menjaga tujuh pemuda itu di depan pintu gua.

Kemudian para pemuda itu berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk yang lurus dalam urusannya. Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami, demikian doa tujuh pemuda di dalam gua. Allah kemudian menjawab doa tersebut dengan menidurkan ketujuh pemuda itu dalam gua selama 309 tahun.

Suatu hari, ketujuh pemuda terbangun dari tidurnya dan bertanya-tanya. Sudah berapa lama kita tidur di sini? tanya salah satu pemuda. Kita berada di sini sehari atau setengah hari? timpal pemuda lainnya. Kemudian di antara tujuh pemuda itu diminta untuk pergi ke kota belanja makanan, uang yang dibawa adalah uang perak zaman Raja Diqyanus.

Belilah makanan enak dan bawa ke sini dan berkata lemah lembut lah supaya orang tidak mengetahui kita di sini, pinta seorang pemuda. Setibanya di kota, mereka membeli makanan, penjual kaget ketika salah satu Ashabul Kahfi membayar dengan uang perak. Pemuda itu dituduh menyimpan uang raja purba.

Akhirnya ditangkaplah pemuda itu dan dibawa ke hadapan raja. Raja yang memerintah saat itu bertanya tentang uang perak yang dimiliki pemuda itu. Dapat dari mana uang ini? tanya sang raja. Seorang pemuda dari Ashabul Kahfi itu menceritakan yang sebenarnya. Ia memiliki uang perak ketika melarikan diri ke sebuah gua karena tidak mau menyembah berhala saat raja yang memerintahnya adalah Diqyanus. Di manakah gua itu? tanya sang raja lagi. Pemuda itu akhirnya menunjukkan tempatnya. Raja dan pembesar kerajaan menuju gua bersama salah satu pemuda Ashabul Kahfi.

Setibanya di lokasi gua, raja kaget dan heran. Sebab, raja Diqyanus lebih dari 300 tahun meninggal dunia dan pemuda itu tertidur selama ratusan tahun. Inilah sebuah kekuasaan Allah SWT.

Setelah didatangi oleh raja, tujuh pemuda itu kembali tidur di gua, kemudian Allah mewafatkan mereka. Lalu raja menyalati jenazah Ashabul Kahfi itu. Kemudian hari membuat masjid dekat pintu untuk mengenang tujuh pemuda yang tertidur selama ratusan tahun di dalam gua.

Dilansir dari laman Lonely Planet, gua ini terdiri dari beberapa bagian. Ada gua utama yang dikenal dengan nama Ahl Al Kahf adalah delapan kuburan kecil yang disegel. Meskipun tertutup, tapi ada lubang di dalamnya, di mana Anda dapat melihat kerangka tubuh manusia.

Di atas dan di bawah gua terdapat sisa-sisa dari dua masjid yang pernah di bangun pada masa kerajaan Abassiyah yang hingga kini masih bisa digunakan. Sekitar 500 m di sebelah barat gua terdapat pemakaman Bizantium yang besar namun tidak terawat.

Kisah ashabul kahfi atau tujuh pemuda yang bersembunyi di gua ternyata tidak hanya terdapat dalam Al Quran. Injil yang merupakan kitab orang kristen pun mengisahkannya. Di dalam bibel, kisah ashabul kahfi dikenal dengan “The Seven Sleepers of Ephesus”. Selain itu, kisah tujuh orang pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama ratusan tahun ini juga ditulis dalam cerita legenda dalam beberapa bahasa; Bahasa Latin 104 manuskrip (10 ditulis oleh St. Gregory of Tours), Bahasa Yunani  40 manuskrip, Bahasa Arab 33 manuskrip (termasuk 8 dimiliki oleh orang Arab kristen), Bahasa Suriah 17 manuskrip (8 versi), Bahasa Etiopia 6 manuskrip (3 versi), Bahasa Koptik 5 manuskrip, Bahasa Armenia 2 manuskrip, Bahasa Irlandia Tengah 1 manuskrip (yang sudah diterjemahkan dari Bahasa Latin).

Dalam Injil juga dikisahkan bahwa tujuh orang pemuda ini hidup di wilayah Roma. Raja yang berkuasa saat itu juga sama dikisahkan yaitu Raja Decius / Decyanus / Duqyanus / Dikyanus. Raja Dikyanus ini ingin semua orang di bawah kekuasannya menurut kepadanya. Sautu ketika ia memerintahkan warganya untuk memberikan persembahan untuk berhala. Tujuh orang pemuda yang beriman enggan mematuhi sang raja dan memilih untuk memberikan barang-barang untuk persembahan- kepada orang-orang miskin. Mereka masuk ke dalam gua untuk berdoa, sampai mereka pun tertidur di sana.

Raja melihat iman mereka terlalu kuat untuk dikalahkan, maka raja memerintahkan mulut gua untuk ditutup rapat-rapat. Setelah menutup gua tersebut, raja kembali ke kerajannya. Tahun demi tahun berganti, Dikyanus meninggal pada tahun 251 M. Hingga kepemimpinan digantikan oleh raja Theodosius II (408 – 450 M). Pada tahun 447 M, seorang pemilik tanah hendak membuat kandang ternak. Dia pun membuka gua yang telah tertutup itu, alangkah terkejutnya ketika mengetahui ada tempat tidur di dalamnya. Ketujuh orang di dalam gua pun terbangun. Salah satu dari mereka keluar dari gua menuju kota untuk membeli makanan. Namun pemuda ini heran karena salib ada di mana-mana, koin yang digunakan pemuda ini pun sudah tidak berlaku di kota itu. Uskup memanggil mereka. Mereka pun menceritakan kisah ajaib tersebut. Semua orang yang mendengarkan kisah mereka terus memuji keagungan Tuhan.

Yordania – Amman Citadel

Amman Citadel merupakan sebuah kawasan sejarah di kota kuno Amman Yordania. Kawasan ini berlokasi di atas 7 bukit dan pernah menjadi saksi atas peradaban di 3 masa, mulai dari Kerajaan Romawi hingga Kekhalifahan Islam pada masa Bani Umayyah. Bekas reruntuhan kastil hingga masjid yang beroperasi sebagai museum memaparkan kejayaan kerajaan masa lampau.

Kita akan melihat beberapa situs sejarah seperti reruntuhan patung tangan Hercules, masjid peninggalan Bani Umayyah dah Roman Theatre. Dari bukit Amman Citadel kita akan disuguhi pemandangan Kota Amman yang menakjubkan.

Di bukit tertinggi di pusat kota Amman terdapat benteng kota, sebuah kompleks reruntuhan mengesankan yang telah ada sejak masa Neolitik (10,000 SM). Reruntuhan ini mengungkapkan pengaruh arsitektur dari Zaman Besi dan masa Romawi, Byzantium serta Kekhalifahan Umayyah.

Di ujung selatan kompleks ini terdapat Kuil Hercules, yang dibangun antara tahun 162-166. Kuil ini lebih besar dari kuil kuno Romawi. Berjalan kakilah melewati pintu masuk bertiang ke tempat suci di bagian dalam lalu pergilah untuk berdiri di bebatuan besar di tepi tebing, yang dahulu pernah terdapat tangga, dan amati pemandangan panorama ke kota ini. Di dekatnya terdapat buku jari tangan berukuran raksasa berwarna putih yang terbuat dari marmer dan diperkirakan sebagai sisa patung raksasa Hercules.

Istana Umayyah, yang diyakini telah ada sejak abad kedelapan, adalah bangunan yang paling dilestarikan dan paling mengesankan di kompleks ini. Berjalan kakilah melewati pekarangan dan jalan lebar bertiang serta masuki aula khalayak berkubah. Di dalam kompleks yang megah ini terdapat rumah gubernur dengan ruang singgasana.

Di istana ini terdapat Tangki Air Umayyah, yang memasok air ke daerah sekitar. Tangki air ini dahulu menampung lebih kurang 950.000 liter air hujan. Ikuti tangga sempit di sepanjang dinding tangki air, terus ke bagian dasar, untuk merasakan kedalamannya.

Di kompleks ini terdapat pula Museum Arkeologi Nasional, tempat Anda dapat melihat berbagai artefak yang mengesankan, di antaranya Gulungan Kertas dari Laut Mati, sebuah tengkorak berusia 6.000 tahun, dan patung Ain Ghazal, yang merupakan beberapa patung yang ditemukan pertama kali. Di sebelah selatan museum terdapat Basilika Byzantium. Berjalan kakilah di antara tiang di kedua sisi bagian tengah dan perhatikan bagian puncaknya untuk melihat sisa-sisa Kuil Hercules dari era Romawi. 

Yordania – King Hussein Bin Talal Mosque

Masjid King Hussein Bin Talal merupakan masjid yang terbesar di Yordania, dibangun tahun 2005 pada saat pemerintahan Raja Abdullah II di Amman Barat, khususnya di Taman Umum Al Hussein yang berada dekat dengan pusat medis King Hussein.

Masjid ini dibangun pada ketinggian 1.013 Meter di atas permukaan laut dan dengan ketinggiannya tersebut, maka dapat dengan mudah melihat bagian besar di Amman. Bangunan ini memiliki empat Menara dan lantai yang terbuat dari marmer, serta merupakan bangunan persegi.

Tepat tahun 2012, Raja Abdullah II juga telah membuka museum Nabi, yang didalam museum tersebut menampung sejumlah peninggalan yang berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya itu bahkan Raja Jordan Abdullah II di tahun 2005 juga telah membangun sebuah masjid raya di wilayah Amman barat sebagai bentuk dari memorial terhadap ayahandanya Raja Hussein yang pernah memerintah Jordania pada tahun 1952-1999.

Masjid yang dibangun oleh King Hussein ini terletak di area King Hussein Park, masjid ini dapat menampung sebanyak 5.500 pengunjung atau jamaah yang hendak berkunjung dan melaksanakan shalat di masjid tersebut, di area masjid juga terdapat pemandangan daun-daun pepohonan yang berwarna kuning keemasan yang megesankan suasana Auntum negeri 4 musim.

Di area King Hussein Park juga terdapat spot Indonesia Garden dan terdapat Peace Garden yang di mana di dalamnya terdapat pepohonan zaitun yang diberi nama Soekarno, Mahatma Gandhi, serta beberapa tokoh lainnya yang memberikan pengaruh perdamaian bagi dunia lainnya. Banyak yang berpendapat bahwa pendirian masjid ini dijadikan alasan untuk menjadikan memorial dan diinspirasi oleh adanya masjid King Abdullah I (Raja Jordan Pertama) yang dibangun dipusat kota Amman oleh Raja Hussein untuk memorial sang ayahandanya.

Masjid ini juga memiliki empat Menara, serta dibangun dengan gaya arsitektur Islam yang lazim di Bilad Sham. Masjid ini memiliki area shalat utama yang ditandai dengan langit-langit berkubah dan ornamen gaya Ummayah yang diukir di batu Yordania. Pejabat istana juga mengatakan bahwa seorang kontraktor lokal lah yang mengerjakan proyek tersebut, sementara tim yang lain berasal dari Fakultas Seni Universitas Terapan Balqa menciptakan mihrab, masjid ini menggunakan titik fokus kearah Mekkah. Fasad mihrab menggunakan jenis kayu yang langka, dan digunakan untuk pertama kalinya dalam 300 tahun di dunia Islam. Sementara untuk area sembahyang terbuka seluas 2.000 meter persegi dengan langit-langit berkubah setinggi 10 meter dan dapat menampung jamaah sebanyak 2.500 jamaah yang berkunjung dan melaksanakan shalat di masjid tersebut.

Yordania – Allenby Border Perbatasan King Hussein

Perbatasan darat antara Yordania dan Palestina

Perbatasan ini terletak di Lembah Yordan Selatan dan berjarak sekitar 57 km dari Amman. Perbatasan King Huessein dibuka setiap hari dengan waktu operasional Minggu – Kamis mulai dari jam 07:30-22:00 dan Jumat-Sabtu jam 07:30-13:00 waktu setempat. Penyeberangan perbatasan King Hussein Bridge (Allenby Bridge) buka 7 hari seminggu dan hanya ditutup pada hari raya Yom Kippur dan Idul Adha. Perbatasan ini cenderung paling sibuk pada hari Minggu pagi setelah akhir pekan. 

Bagi para pelintas di kawasan ini, visa Israel harus dibuat sebelum kedatangan ke perbatasan King Huessein/Allenby Bridge. Bagi warga negara Indonesia, dimana negara kita tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, dapat memperoleh visa Israel di Singapura.

Visa kami berupa visa grup yang mencantumkan data semua peserta yang akan ikut tour seperti nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor paspor dan kebangsaan. Visa berlaku selama 7 hari semenjak kedatangan.

Saat kendaraan mendekati perbatasan, guide kami menyampaikan bahwa tidak boleh ada yang berfoto-foto karena perbatasan dilengkapi oleh CCTV sehingga mudah bagi pihak yang berwenang mengamati perilaku para pelintas batas. Dan kalau ada yang dicurigai, bisa-bisa masuk ruang interogasi lalu ditahan. Maka demi keamanan, dengan terpaksa menahan diri untuk tidak berfoto-foto di lokasi ini.

Di perbatasan, kendaraan pribadi dan bis wisata tidak dapat melintasi perbatasan internasional. Para pelancong harus mengganti kendaraan saat melintasi perbatasan ini. Petugas berseragam Israel mengarahkan pelancong untuk masuk ke bangunan imigrasi dimana di dalamnya banyak orang-orang yang hendak melintas batas.

Pengamanan dan keamanan perbatasan sangat ketat. Ketika memasuki imigrasi Israel pelancong antri dan harus melalui pemindaian x-ray. Begitu juga dengan barang-barang bawaan. Proses ini cukup memakan waktu lama dengan antrian yang cukup panjang.

Terkadang ada beberapa tas dan paspor ditahan, ternyata secara acak, petugas mengambil barang dan paspor lalu melakukan 3 kali pengecekan dengan mesin pemindai. Terlihat ada beberapa conveyor berjejer dan petugas berulang kali memindahkan barang yang sama ke beberapa conveyor di sana.

Pemeriksaan belum selesai, kami harus antri di bagian pengecekan paspor dengan menunjukkan visa masuk Israel. Setelah diperiksa satu per satu kami pun dibolehkan lewat.

Sebagai informasi, petugas imigrasi tampaknya sudah mengerti bahwa paspor kami tidak diberi stempel karena pasti akan dicekal oleh pemerintah negara-negara Arab. Maka paspor kami hanya diberi sticker saja di bagian luarnya.

Pemeriksaan belum berakhir. Kami harus antri lagi di bagian petugas akhir sebelum keluar gedung dengan menunjukkan kartu permit bertuliskan “State Of Israel – Border Control.”

Jika ada satu hal yang mencurigakan, maka sistem keamanan bekerja secara otomatis. Semua sistem di bagian apapun berhenti total dan akan kembali aktif setelah hal-hal yang mencurigakan teratasi. Jika tidak, maka para pelintas seperti kami tidak akan diperbolehkan keluar. Setelah 15 menit, sistem kembali normal dan antrian kembali bergerak.

Setelah keluar dari kantor imigrasi Israel, kami pun menunggu jemputan dan guide yang akan mengajak kami berkeliling mengunjungi Masjidil Aqsa dan sekitarnya.

Yordania – Petra

Kami bersama group Halal Holidays menjalani tour 10 hari 20-29 Nov 2023, menjelajahi petilasan para nabi yang sekarang meliputi tiga negara Yordania, Palestina, dan Mesir. Hari pertama praktis habis untuk perjalanan dengan Qatar  Airways Jakarta-Doha 8,5 jam terbang, transit sekitar 6 Jam, kemudian dilanjutkan Doha-Amman 3 jam lagi. Sesampainya di Amman sudah pukul 11 malam waktu setempat, kami langsung check-in di Sulaf Luxury Hotel.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah Petra, sebuah kota bersejarah dan arkeologis di Yordania selatan, berbatasan dengan gunung Jabal Al-Madbah, di cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan yang membentuk sisi timur lembah Arabah yang membentang dari Laut Mati ke Teluk Aqaba. Daerah sekitar Petra telah dihuni sejak 7000 tahun SM, orang-orang Nabatea mungkin telah menetap disana sejak awal abad ke-4 SM. Namun bukti arkeologi menyimpulkan kehadiran Nabatea baru pada abad kedua SM. Pada saat itu Petra telah menjadi ibu kota mereka, orang-orang Nabatea adalah orang Arab nomaden yang berinvestasi di Petra yang dekat dengan rute perdagangan dupa dengan menjadikannya sebagai pusat perdagangan regional utama.

Bisnis perdagangan memperoleh pendapatan yang cukup besar bagi orang Nabatea dan Petra menjadi fokus kekayaan mereka. Orang-orang Nabatea terbiasa hidup di gurun tandus, tidak seperti musuh mereka, dan mampu menahan serangan dari siapapun dengan memanfaatkan medan pegunungan di daerah itu. Mereka sangat ahli dalam memanen air hujan, pertanian dan ukiran batu. Petra berkembang pada abad ke-1 M dengan populasinya mencapai sekitar 20.000 jiwa. Ketika itu struktur Al-Khazneh dibangun yang diyakini sebagai makam raja Nabatea Aretas IV.

Petra jatuh ke tangan Romawi pada tahun 106 M dan menamainya sebagai Arabia Petraea. Petra menurun ketika rute perdagangan laut muncul dan setelah gempa bumi pada tahun 363 yang telah menghancurkan banyak bangunan. Di era Bizantium beberapa gereja Kristen dibangun, kota itu terus menurun, dan pada era Islam awal kota itu ditinggalkan kecuali oleh segelintir pengembara. Setelah itu Petra tidak diketahui lagi beritanya sampai ditemukan kembali pada tahun 1812 oleh

Akses ke kota melalui ngarai yang disebut Siq, yang mengarah langsung ke Khazneh. Terkenal dengan arsitektur rock-cut dan sistem saluran airnya. Petra juga disebut “Kota Mawar” karena warna batu yang diukir.

Pada tanggal 6 Desember 1985, Petra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada tahun 2007, Al-Khazneh terpilih sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Baru. Petra adalah simbol Yordania, sekaligus objek wisata Yordania yang paling banyak dikunjungi. Jumlah wisatawan mencapai puncaknya 1,1 juta wisatawan pada tahun 2019.

Taman Purbakala Petra (PAP) menjadi badan hukum otonom atas pengelolaan situs ini pada Agustus 2007.

Bidoul milik salah satu suku Badui yang warisan budaya dan keterampilan tradisionalnya diproklamasikan oleh UNESCO dalam Daftar Warisan Budaya bukan benda pada tahun 2005 dan tertulis pada tahun 2008.

Situs ini mengalami sejumlah ancaman, termasuk runtuhnya struktur kuno, erosi dari banjir dan drainase air hujan yang tidak tepat, pelapukan dari upwelling garam, restorasi yang tidak tepat dari struktur kuno dan pariwisata yang tidak berkelanjutan. Dalam upaya untuk mengurangi dampak dari ancaman tersebut, Petra National Trust (PNT) didirikan pada tahun 1989. Ini telah bekerja dengan banyak organisasi lokal dan internasional pada proyek-proyek yang mempromosikan perlindungan, konservasi, dan pelestarian situs Petra. Selain itu, UNESCO dan ICOMOS baru-baru ini berkolaborasi untuk menerbitkan buku pertama mereka tentang ancaman manusia dan alam terhadap situs Warisan Dunia yang sensitif. Mereka memilih Petra sebagai contoh pertama dan paling penting dari lanskap yang terancam.

Sejak Johann Ludwig Burckhardt alias Sheikh Ibrahim menemukan kembali reruntuhan kota di Petra, Yordania, pada tahun 1812, situs warisan budaya telah menarik orang yang berbeda yang berbagi minat dalam sejarah kuno dan budaya Nabatea seperti wisatawan, peziarah, pelukis dan sarjana. Namun, baru pada akhir abad ke-19 reruntuhan itu didekati secara sistematis oleh para peneliti arkeologi. Melalui penggalian di Taman Arkeologi Petra, semakin banyak warisan budaya Nabatea yang terpapar dampak lingkungan. Masalah utama adalah pengelolaan air yang berdampak pada warisan yang dibangun dan fasad batu yang dipahat. Banyaknya penemuan dan paparan struktur dan temuan menuntut tindakan konservasi yang menghormati keterkaitan antara lanskap alam dan warisan budaya, khususnya hubungan ini merupakan tantangan utama di Situs Warisan Dunia UNESCO.

Sebagian besar pengunjung menginap di banyak hotel berstandar internasional di kota Petra dengan akses jalan kaki yang cukup singkat ke Petra. Ada juga homestay dan penginapan yang lebih tradisional, bahkan kesempatan untuk tinggal di gua. Pengunjung terkadang termasuk mereka yang telah mendaki atau berlari melintasi gurun selatan Yordania untuk sampai ke Petra.

Pada tahun 1979 Marguerite van Geldermalsen dari Selandia Baru menikah dengan Mohammed Abdullah, seorang Badui di Petra. Mereka tinggal di sebuah gua di Petra sampai kematian suaminya. Dia menulis buku Married to a Bedouin.

Seorang wanita Inggris, Joan Ward, menulis Living With Arabs: Nine Years with the Petra Bedouin mendokumentasikan pengalamannya selama tinggal di Umm Sayhoun bersama Petra Badui, selama periode 2004–2013.

Situs ini muncul dalam film-film seperti Indiana Jones and the Last Crusade, Arabian Nights, Passion in the Desert, Mortal Kombat: Annihilation, Sinbad and the Eye of the Tiger, The Mummy Returns, Krrish 3, Transformers: Revenge of the Fallen, Samsara dan Kajraare.

Mata Air Nabi Musa

Berbagai upaya dilakukan untuk menguak sejarah Nabi Musa. Bagaimanapun, Musa AS adalah sosok nabi yang mendapat tempat berharga dalam sejarah tiga agama samawi, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Musa diperintahkan berdakwah dan memimpin Bani Israel, bersama saudaranya Harun. Selain itu, Musa AS juga mempunyai misi untuk menegakkan tauhid kepada penguasa Mesir ketika itu, yakni Firaun.

Salah satu jejak Musa adalah 12 mata air, Situs ini terletak di perbatasan Provinsi Suez dan perbukitan Sinai, 165 KM dari ibu kota Mesir, Kairo. Sumber mata air ini adalah peninggalan Musa AS, setelah Allah SWT memerintahkan untuk memukulkan tongkatnya.

Keluarlah 12 mata air dengan volume air melimpah yang menyelamatkan rombongan Bani Israil pimpinan Musa dari bencana kehausan, pascapelarian dari kejaran Fir’aun.”Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.

Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS al-Baqarah [2]: 60).  Dari kedua belas mata air itu, saat ini hanya lima saja yang mampu bertahan dan cuma satu sumur saja yang berair dengan kedalaman 40 kaki.

Mesir – Jejak Nabi Harun

Dari situs Patung Sapi Samiri kami bergerak ke depan papan bertuliskan ” The Tomb of Propet Haroun” (Makam Nabi Haroen). Orang di sana menyebut bukit pemakaman itu sebagai Gunung Hor atau Jabbal Harun. Riwayatnya, Nabi Harun meninggal dan dimakamkan di puncak gunung itu, dan orang-orang yang berkabung untuk dia tiga puluh hari lamanya.  Di atas bukit itu pada abad ke-14 dibangun sebuah masjid.

Nabi Harun, adalah Saudara dari Nabi Musa AS yang diutus Allah untuk mengajak Bani Isarel kejalan yang lurus untuk menyembah Allah, bukan yang lain. Banyak rasul yang diutus Allah itu berasal dari Bani Israil.

Nabi Harun  dan nabi Musa  ini adalah keturunan keempat dari nabi Ya’qub yang tinggal di Mesir sejak nabi Yusuf berkuasa di Mesir. Nabi Harun adalah Muhammad al-Wasfhi disebutkan dalam Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul wa al-Irtibath a-Zamani wa al-’Aqaidi. Kita tahu bahwasanya nabi Harun adalah putra dari Imran ibn Quhat ibn Lawi ibn Ya’qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Sedangkan ibn Harun adalah Yukabid, saudara perempuan Quhat dan bibi dari Imran sendiri. Dari Imran yukabid melahirkan tiga orang anak, yakni satu perempuan yang bernama Maryam, dan dua laki-laki yang bernama Harun dan Musa.

Dari beberapa literatur disebut, makam Nabi Harun dibangun pada abad ke-13 oleh Dinasti Mamluk, yakni oleh Sultan Al Nasir Mohammad. Nabi Harun AS diyakni meninggal pada usianya yang ke-122 tahun. Di dalam Alquran, Nabi Harun AS disebutkan namanya sebanyak 20 kali. Nabi Musa mengakui kemampuan Nabi Harun, yakni mampu berkata-kata dengan baik. Saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataan ku, ujar Nabi Musa dikisahkan dalam Alquran.

Musa dan Harun  saling melengkapi. Musa seorang yang tegas dan pemberani. Jiwa kepemimpinan sangat kuat namun kurang fasih berbicara. Saat masih kanak-kanak, Musa mengalami kecelakaan yakni dia memasukkan bara api ke mulutnya. Akibatnya Musa tidak bisa berbicara dengan jelas. Sementara Harun adalah saudaranya yang sangat fasih berkomunikasi dan sangat mudah dipahami.  Dan, Nabi Harun adalah Rasul Allah yang sangat piawai dalam berdebat.

Dalam riwayat diceritakan, Nabi Harun dipercaya memimpin Bani Israil selama 40 hari saat itu Nabi Musa harus menjalankan saum selama 30 hari karena Nabi Musa memohon agar kaum Bani Israil diberi kitab untuk petunjuk hidup. Kemudian, Nabi Musa diharuskan menggenapkan saumnya menjadi 40 hari. Dia juga harus ke Bukit Sinai untuk menghadap Allah SWT. Ketika itu dikisahkan, Nabi Musa mengajak 70 orang menyertainya ke Bukit Sinai. Selama kepergiannya Nabi Harun menjadi pemimpin Bani Israil. Tugas utama Nabi Harun adalah jangan sampai kaum Bani Israil terjeremus kembali ke dalam kesesatan.

Tapi apa yang terjadi. Kaum Bani Israil kecewa. Nabi Musa dianggap telah menelantarkan mereka. Kekesalan Bani Israil dimanfaatkan orang munafik seperti Samiri. Memang Bani Isreil adalah kaum pembangkang.

Ketika Nabi Musa kembali, dia kecewa karena Bani Israil sedang mengelilingi patung anak sapi. Dikisahkan, Nabi Musa menjambak Nabi Harun dan dia memberi teguran pada Harun. Harun tidak bisa melawan karena jumlah Bani Israil banyak. Lantas Nabi Musa mendatangi Samiri dan mengusirnya. Umat Bani Israil lantas kembali lagi menyembah Allah.

Kisah Nabi Harun lainnya yakni saat nememani Nabi Musa menghadap Firaun. Mereka mendatangi Firaun untuk menyampaikan Taurat, kitab Suci dari Allah untuk umat Nabi Musa, Bani Israil. Namun Firaun murka dan mengancam Nabi Musa dan Nabi Harun. Keduanya mendapat perintah untuk meninggalkan Mesir.

Firaun dan pasukannya mengejar rombongan Nabi Musa. Nabi Harun tetap setia mendampingi. Langkah mereka dan rombongan terhenti karena adanya laut Merah.

Nabi Harun meyakinkan Bani Israil yang mulai gelisah. Atas kehendak Allah laut terbelah membentuk jalanan. Nabi Musa dan Nabi Harun memerintahkan kaumnya menyeberang. Tidak lama setelah itu Nabi Harun sakit dan meninggal di Bukit Haur. Nabi Musa pun berduka.