Turki 2015 – Istanbul

15. Istanbul dan sekitarnya

Dari Cappadocia kami terbang dengan Pegasus Airlines menuju Istanbul, setelah sampai di Airport langsung menuju apartment tempat kami menginap selama 4 malam, yaitu di Terbıyık SK no 6 Sultanahmet.  Apartment ini sangat nyaman terdiri atas 4 kamar, suasana serasa di rumah sendiri. Dari apartment inilah kami berselancar di kota Istanbul dan sekitarnya.

Hagia Sophia

Hagia Sophia dibangun oleh Constantinius II pada tahun 360 M, awalnya dinamakan Megali Eklesia’dir atau Big Church. Setelah abad ke-5 namanya diganti menjadi Hagia Sophia yang bermakna Holy Wisdom. Selama 916 tahun Hagia Sophia digunakan sebagai gereja oleh umat Kristen di kota Konstantinopel. Pada tahun 1453 M, kota ini ditaklukan oleh Sultan Mehmed II dari Kesultanan Ottoman. Sejak itu Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul dan Hagia Sophia beralih fungsi dari gereja menjadi masjid selama 482 tahun. Setelah itu Hagia Sophia beralih fungsi lagi menjadi museum sampai sekarang.

Hagia Sophia merupakan salah satu bangunan tertua di dunia, yaitu berusia sekitar 1400 tahun. Awalnya hanya berupa bangunan gereja kecil, pada abad ke-6 bangunannya hancur dan didirikan lagi gereja baru yang menjadi dasar berdirinya bangunan seperti sekarang. Sebagian besar bangunannya dari marmer, sayangnya, bahan tersebut banyak yang rusak, di sekitar pintu masuk tampak kerusakan akibat dua penjaga pintu yang selalu menghentakkan kaki sebagai tanda penghormatan kepada raja atau tamu penting ketika masuk ke dalam gedung. Kekaisaran Romawi Timur yang membawa agama kristen ortodoks cukup mewarnai Konstatinopel saat itu, sehingga Hagia Sophia memiliki desain yang kuat sekali keortodokannya. Namun, sejak kekaisaran Ottoman karena diubah fungsinya menjadi masjid, maka ditambahkan 4 pilar sebagai penanda bangunan masjid.

Untungnya Umat Islam saat itu sangat bijak dalam mengubah gereja ini, mereka sebisa mungkin tidak banyak mengubah desain aslinya yang bernilai seni tinggi. Hal ini terbukti dengan tanda salib yang terletak di pintu-pintu tidak diganti semua, tapi cukup dihilangkan bagian horizontalnya saja agar tidak berbentuk salib. Selain itu, ada pula lukisan Yesus ditengah-tengah tulisan Allah dan Muhammad, tepat diatas mimbar tetap dibiarkan. Tidak hanya lukisan Yesus, di sini juga terdapat lukisan tokoh besar dalam Islam seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, hingga Husein. Ada banyak pula mozaik-mozaik yang bercerita tentang kehidupan raja-raja ribuan tahun lalu di dinding. Karya ini tidak dihilangkan, tapi beberapa ditutup dan lainnya sedikit didesain ulang. Hal tersebut membuatnya istimewa karena merangkul kejayaan dua agama selama ribuan tahun.

Empat pilar tambahan sebagai penanda masjid
Lukisan Yesus diantara Tulisan Allah dan Muhammad

Blue Mosque

Blue Mosque atau Masjid Biru atau yang lebih dikenal Masjid Sultanahmet adalah masjid yang terkenal dan menjadi ikon wisata di Turki. Blue Mosque dibangun pada tahun 1609-1616 pada masa Sultan Ahmed I dan masih berfungsi sebagai masjid sampai sekarang. Pengalaman menarik, ketika kami berkesempatan mengikuti sholat magrib berjamaah di masjid ini, ketika imam sampai akhir bacaan Al-Fatihah, kami seperti biasa melanjutkan bacaan Aamiin dengan keras (jahar). Oo ternyata hanya kami yang menjaharkan Aamiin tersebut, jamaah yang lain membacanya dengan pelan, demikian pula ketika duduk pada tahyat akhir lagi-lagi kami saja yang duduknya khas seperti di Indonesia, sementara jamaah yang lain bentuk duduk tahyat akhir sama saja dengan duduk pada tahyat akhir, baiklah kami semakin paham sekarang.

Masjid Biru memang memiliki pesona tersendiri, tidak hanya karena keindahan arsiteknya akan tetapi juga kisah pendiriannya dan rahasia yang terdapat pada masjid ini mengundang kekaguman bagi siapa saja yang mengunjunginya. Masjid Biru terletak di kota tua Istanbul, berdekatan dengan Hagia Sophia. Masjid ini disebut Masjid Biru karena keindahan interiornya yang didominasi warna biru sehingga menimbulkan kesan damai dan tenang. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Ahmed I pada periode pemerintahan 1603 – 1617. Masjid tersebut dirancang oleh arsitek terkenal di masa itu yaitu Mehmed Aga dan mulai dibangun pada tahun 1609 dan selesai pada tahun 1616. Sultan Ahmed I sengaja membangun Masjid Biru ini karena ingin menandingi bangunan Hagia Sophia yang dibangun pada masa kejayaan Bizantium. Sultan Ahmed I wafat saat berumur 27 tahun, atau 1 tahun setelah selesainya pembangunan masjid ini. Kemudian dia dimakamkan di halaman masjid ini, begitu juga istri dan ketiga puteranya.

Kisah dan sejarah pembangunan masjid ini juga menarik, konon kabarnya Sang Sultan memerintahkan kepada Sang Arsitek Mehmed Aga untuk membangun Menara yang terbuat dari emas, akan tetapi karena kata “emas“ dalam Bahasa Turki “altin“ mirip dengan kata  enam yang dalam Bahasa Turki yaitu “alti ”. Karena salah dengar, sang arsitek tidak membangun menara emas, tapi malah membangun 6 buah menara yang megah. Setelah dibangun menaranya awalnya Sultan Mehmed merasa kecewa, akan tetapi setelah melihat keindahannya konon Sultan Ahmed I justru terpukau dengan desain 6 menara yang unik itu. Ketika pembangunan masjid ini selesai dengan 6 buah menara, terjadilah kontroversi bahwa jumlah menaranya menyamai jumlah menara Masjidil Haram. Supaya berbeda kemudian Sultan Ahmed memerintahkan untuk membangun 1 lagi menara di Masjidil Haram tanpa mengubah menara di Masjid Biru.

Di atas pintu gerbang Masjid Biru terpasang rantai besi yang terlihat janggal, menurut cerita, pada masa lalu hanya Sultan Ahmed saja yang boleh memasuki masjid dengan menunggangi kuda, oleh karena itu rantai tersebut sengaja dipasang supaya sultan ketika masuk ke dalam halaman masjid harus menundukkan kepalanya supaya kepalanya tidak terantuk rantai tersebut. Inilah simbol kerendahan hati seorang raja waktu  itu.

Rantai di Pintu Gerbang Masjid Biru

Dibalik keindahan arsitekturnya, Masjid Biru menyimpan misteri sekaligus sebagai masterpiece seni aritektur Turki. Apabila diperhatikan secara seksama biasanya di langit langit gedung tinggi terdapat sarang laba laba, hebatnya ternyata di area kubah Masjid Biru tidak terdapat sarang laba laba, bisa tetap bersih dari sarang laba laba. Rupanya para arstitek yang membangun Masjid Biru mempunyai resep ampuh, yaitu telur burung unta. Tepat di tengah kubah terbesar yang berdiameter 24 meter, menjuntai rantai panjang. Tiga meter dari titik tengah kubah terdapat ‘chandeliers’ berbentuk segitiga tempat meletakkan telur burung unta di ketiga sudutnya. Sepertinya telur burung unta mempunyai kandungan zat tertentu yang aromanya tidak disukai laba-laba.

Masjid Biru menggabungkan beberapa seni arsitektur Byzantium dan Hagia Sophia dengan arsitektur tradisional Islam masjid yang dianggap sebagai masjid besar terakhir dari periode klasik. Berbentuk kubus dan berdiri kokoh dengan 6 menara yang menjulang tinggi, kemudian diameter kubah 23,5 meter dengan tinggi kubah 43 meter yg dilengkapi dengan 4 setengah-lingkaran kubah dari 4 arah yg berbeda,  dan kolom beton berdiameter 5 meter. Pada dasarnya Masjid Biru ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Area Bangunan Utama masjid dan Area Pelataran Tengah yang dikelilingi koridor yang menyatu dengan bangunan utama, sehingga apabila ruang utama masjid tidak dapat menampung jamaah, maka pelataran tengah bisa juga digunakan untuk menampung jamaah yang melimpah.

Menara yang menjulang tinggi menambah kesan gagah dari masjid ini. Bentuknya ramping dan runcing, seperti pensil yang diraut merupakan hasil seni arsitektur pada saat itu, masing masing Menara dilengkapi dengan tiga balkoni (dalam Bahasa Turki disebut (Şerefe) dengan penopangnya yang dibentuk seni muqornas (Stalaktit). Waktu itu menara ini selain sebagai penanda masjid dari jarak jauh juga menjadi tempat mengumandangkan adzan. Jadi setiap tiba waktu adzan, muadzin akan meniti tangga berputar di dalam menara untuk menuju ke pucuk menara dan mengumandangkan adzan dari atas menara, supaya suara adzan terdengar sejauh mungkin. Akan tetapi saat ini Masjid Biru sudah menggunakan pengeras suara sehingga muadzin tidak perlu lagi naik ke atas, tapi cukup dipasang speaker yang mengumandangkan adzan lebih jauh.

Keindahan interior masjid begitu kental dengan keramik berwarna biru. Tak kurang 20.000 keping keramik hasil kerajinan keramik terbaik daerah Iznik Turki menghiasi masjid yang bermotifkan daun, tulip, mawar, anggur, bunga delima atau motif-motif geometris. Keramik pada lantai bawah dibuat dg desain tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dg disain bunga dan buah-buahan. Semua keramik ini didisain oleh seorang ahli keramik dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Masjid Biru sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran di tahun 1574.

Keindahan Interior Masjid Biru dengan 20 ribu keping keramik

Di dalam Masjid Biru terdapat lebih dari 200 kaca hias dipakai untuk jendela masjid yg memberi jalan bagi cahaya dari luar. Sedangkan lampu-lampu masjid yg awal, dihiasai dengan emas dan batu berharga. Pada tiap semi dome (kubah setengah lingkaran) dilengkapi dengan 14 jendela dan 28 jendela pada kubah tengahnya. Kaca berwarna yg dipakai pada jendela-jendela ini adalah hadiah persembahan dari Ratu Venice kepada Sang Sultan. Hanya saja sebagian besar dari kaca-kaca ini sudah direstorasi agar tampak bagus. Sedangkan pada kusen dan bingkai jendela memiliki hiasan yang sangat menarik, dikerjakan dengan teknik Opus Sectile yaitu ragam hias dengan merangkai potongan potongan berbagai material pilihan kemudian dirangkai satu persatu membentuk pola tertentu sebagaimana sebuah mozaik.

Selain itu karpet sutera terbaik terhampar di lantai masjid ini dan lampu-lampu minyak yang terbuat dari kristal merupakan produk impor. Banyak terdapat barang-barang dan hadiah berharga di masjid ini, termasuk Al Quran bertuliskan tangan. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam. Dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik pada masa itu.

Topkapi Palace

Istana Topkapı merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun (1465-1856). Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II, 6 tahun setelah penaklukan kota Istanbul. Topkapi awalnya memiliki nama Yeni Saray atau Saray-ı Cedîd-i Âmire yang berarti New Palace atau Istana baru. Lalu Old Palace-nya ada dimana? Old Palace-nya berada di lokasi Istanbul University sekarang. Pada abad 19 nama istana ini diganti menjadi Topkapi yang memiliki arti Cannon Gate.

Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di Bosporus. Pada tahun 1856, Sultan Abd-ul-Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe.

Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul”, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Topkapi Palace menempati area yang amat luas terletak di pinggir pantai selat Bosphorus dan berada tidak jauh dari Hagia Sophia. Dari Topkapi Palace kita bisa melihat indahnya selat Bosporus dan Golden Horn. Lokasinya yang berada di bukit di tepi laut membuat istana ini begitu indah dipandang mata. Istana di kelilingi tembok besar. Di dalam tembok terdapat bangunan-bangunan tempat raja, keluarga dan para pembantunya, di dalam areal kerajaan terdapat gedung-gedung yang tidak terlalu besar. Diantara gedung tersebut terdapat pepohonan dan taman. Kompleks istana yang terdiri atas empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil ini dahulu dihuni oleh 4.000 orang. Topkapi palace juga memiliki total luas sekitar 700.000 meter persegi dan dikelilingi benteng sepanjang 5 kilometer.

Begitu masuk Topkapi Palace perhatian kita langsung tertarik ke arah sebelah kanan, yaitu sebuah bangunan dengan 20 cerobong asap yang amat tinggi. Ternyata bangunan ini dulunya merupakan dapur kerajaan. Dapur ini dibuat pada abad ke 15 terdiri dari 10 bangunan besar. Konon dapur ini dapat menyiapkan makanan untuk 4.000 orang yang disiapkan pelayan dapur yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang. Di koridor bangunan ini diletakkan batu-batu prasati bertulisan arab, mungkin ini beberapa peninggalan yang ditemukan di area istana. Di dalam bangunan ini koleksi porselen peralatan makan kerajaan di simpan, ada poselen dari Jepang, China, Eropa, dan porselen Istanbul. Peralatan masak juga di simpan di salah satu bagian di bangunan dapur ini.

Di dalam Topkapi Palace kita bisa menikmati keindahan bangunan kesultanan jaman dahulu, mulai dari keramik dengan berbagai motif indah, juga kaligrafi yang tertempel di dinding-dinding setiap ruangannya. Selain itu, langit-langit bangunan dihias kaligrafi dan warna yang sangat menarik tak hentinya membuat kami mengagumi tempat ini. Ada juga perhiasan cincin, kalung, gelang emas yang dihiasi dengan batu-batu permata warna-warni, wadah minuman dan cangkir yang sisi luarnya bertahtakan permata, kursi raja yang dibungkus emas dan diperindah dengan batu permata warna-warni yang sangat indah.

Perjalanan terasa menyenangkan karena kita akan terhibur dengan taman yang indah dengan bunga-bunga berwarna merah merona. Pepohonan hijau yang rindang juga akan menyejukkan siapa saja yang melewatinya. Untuk masuk ke Topkapi ini kita harus membeli tiket seharga 30 Lira di loket yang tersedia di dekat pintu masuk. Pintu masuknya sendiri seperti gerbang benteng, ya karena memang bekas gerbang kerajaan, dihiasi dengan kaligrafi Syahadat di atas pintu dan juga Tughra, sejenis monogram, cap atau tanda tangan Sultan Utsmaniyah. Komplek Topkapi ini memang sangat luas, butuh waktu dan energi ekstra jika ingin melihat semuanya. Kompleks istana Topkapi terdiri dari beberapa lapisan yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan sultan dan keluarganya.

Salah satu tempat yang sayang untuk dilewatkan dari istana topkapi ini adalah harem, yaitu merupakan tempat tinggal para istri dan ibu dari sultan dengan jumlah ruangan banyak sekali. Beberapa ruangan di bangunan ini lebih indah dibandingkan ruangan lainnya karena dindingnya yang dihiasi motif bunga yang indah dan tentu saja kaligrafi dengan warna yang sangat menarik. Tidak salah kalau para istri sultan ketika itu akan betah berada di sana, apalagi dengan sofa-sofa rendah yang empuk.

Selanjutnya kita memasuki tempat yang disebut Sacred Relics Topkapi Palace, tempat inilah yang WAJIB didatangi. Meskipun antrian lumayan panjang, tetapi tidak menyurutkan niat pengunjung untuk masuk ke tempat ini. Karena disitulah tempat peninggalan para nabi dipamerkan. Menariknya di Sacred Relics ini pengunjung yang bukan beragama Islam diharuskan memakai sarung kepala atau selendang dan menutup kaki mereka dengan kain sarung untuk menghormati barang-barang peninggalan nabi-nabi tersebut.


Ruangan ini dulu adalah ruangan pribadi sultan, merinding rasanya karena untuk pertama kalinya kami melihat secara langsung koleksi museum topkapi tongkat Nabi Musa AS, tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar, memakan ular kecil penyihir Mesir. Ribuan tahun berlalu tapi tongkat beliau masih terjaga baik. Tongkat berwarna coklat kehitaman. Terbuat dari cabang pohon, lurus dengan dua cabang di ujung atasnya. Juga terdapat serban Nabi Yusuf, peninggalan Nabi Ibrahim, telapak kaki Nabi Muhammad SAW, pedang Nabi Muhammad dan para sahabat termasuk pedang Khalid al-Walid, janggut Nabi Muhammad SAW, pakaian Fatimah az-Zahrah, kunci-kunci Ka’bah, talang emas, kiswah, pembungkus hajar aswad juga disimpan di ruangan ini. Suasana menjadi semakin syahdu karena ada seorang qori yang sedang melantunkan ayat suci al qur’an. Konon kabarnya dulu, bacaan Al-Qur’an dilantunkan tanpa henti selama 24 jam nonstop selama lebih 407 tahun (antara tahun 1517-1924 M).

Pedang Nabi Muhammad SAW
Jubah, stempel, rambut dan sandal Nabi Muhammad SAW

Basilica Cistern

Basilica Cistern dalam bahasa Turki dikenal dengan Yerebatan Sarnici atau Istana Tenggelam. Basilica Cistern dengan struktur bawah tanah ini merupakan salah satu peninggalan arsitektur bernilai sejarah tinggi. Basilica Cistern sesungguhnya adalah tempat penyimpanan air berukuran raksasa untuk istana raja Byzantium. Letaknya di bawah tanah kota Istanbul. Dari luar terlihat sederhana, karena sebagian besar struktur ini memang terletak di bawah tanah. Daya tarik utama Basilica Cistern adalah 336 pilar marmer yang menyangga struktur. Beberapa pilar dihiasi ukiran kepala Medusa, sang Gorgon yang diputar. Lantainya senantiasa tergenang air dan dihuni oleh ikan karper. Sementara bagian samping difungsikan sebagai kafe untuk para wisatawan.

Basilica memiliki 336 pilar dengan tinggi masing-masing 9 m

Basilica Cistern didirikan atas perintah Kaisar Konstantin dan diperluas pada masa Justinianus. Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dan pusat kesenian seluas dua lapangan bola. Di sana Justinianus mengadakan rapat untuk membahas permasalahan hukum dan dagang dengan para pejabatnya. Kemudian Justinianus memerintahkan perombakan Basilica Cistern menjadi tempat penyimpanan air untuk istana dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Basilica Cistern kala itu bisa menampung hingga 100.000 ton air bersih. Setelah Kekaisaran Ottoman menguasai Turki, Basilica Cistern masih menyuplai air bersih untuk Istana Topkapi.

Dilansir Smithsonian, Basilica Cistern ditemukan kembali oleh sejarawan Petrus Gyllius pada tahun 1545 ketika Istanbul masih menjadi bagian dari Konstantinopel. Namun tempat itu masih belum layak dikunjungi selama puluhan tahun berikutnya karena dipenuhi sampah, mayat, dan lumpur. Setelah upaya pembersihan pada tahun 1980-an, kini Basilica Cistern menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik di Istanbul.

The Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici terletak di barat daya Hagia Sophia, objek wisata dan salah satu landmark Kota Istanbul. Bagi yang pernah menonton film berjudul Inferno yang diangkat dari novel thriller karya Dan Brown (2013) dengan judul yang sama, pasti ingat adegan klimaks di mana si tokoh utama, Robert Langdon yang diperankan Tom Hanks menyusuri satu tempat gelap dengan banyak pilar kokoh dan kolam air di dalamnya, dirilis tahun 2016, itulah keindahan Basilica Cistern di salah satu adegan film tersebut.

Untuk memasuki Basilica, kita harus menuruni 52 anak tangga. Ketika pertama kali memasuki Basilica Cistern, kita akan dibuat takjub dengan barisan tiang-tiang marmer berukuran besar yang memenuhi seluruh ruangan Basilica Cistern. Lampu-lampu temaram serta lembabnya udara di dalam situs tersebut pun semakin menambah suasana misterius di dalamnya. Peringatan juga bagi yang mengunjungi Basilica agar tetap berhati-hati dengan langkah kaki karena hampir seluruh jalan yang berada di dalam situs basah karena tetesan air. Meski dulunya dikenal sebagai tempat penampungan air, namun saat ini praktis hanya dapat ditemukan beberapa tempat dengan kolam yang terisi dengan air.

Panjang situs ini sendiri sekitar 140 meter dengan lebar 70 meter, dan memiliki luas sekitar 9.800 m². Basilica memiliki total 336 pilar yang tingginya masing-masing sembilan meter. Pilar-pilar ini dibangun dengan sangat beraturan, dalam 12 baris dan di tiap barisnya ada 28 pilar yang masing-masing berjarak 4,8 meter. Di bagian langit-langitnya tampak berbentuk melengkung yang menghubungkan puncak pilar satu dengan yang lainnya.

Bagi wisatawan, ada satu spot menarik yang kerap menjadi daya tarik. Spot itu yakni tiang yang di bagian alasnya terdapat pahatan yang membentuk kepala Medusa. Satu dalam posisi terbalik, satunya lagi dalam posisi berbaring atau miring. Tidak jelas dari mana dua kepala Medusa ini berasal dan kapan dibawa masuk dan dipasang di Basilica Cistern. Ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa kepala Medusa ini dibawa hanya untuk difungsikan sebagai alas pilar, karena zaman dulu Medusa dipercaya bisa melindungi tempat yang dianggap penting. Tapi hingga kini belum ada yang bisa memastikan kesahihan teori ini. Jadi, bagaimana dan mengapa kepala Medusa ini dapat berada di sini masih menjadi misteri. Tetapi yang jelas, kepala Medusa yang berwarna kehijauan ini adalah highlight Basilica Cistern yang mengesankan.

Spot Medusa Terbalik

Spot Medusa Miring

Satu spot lainnya yang wajib diabadikan yaitu ‘Pilar Menangis’ atau Crying Pillars. Sebutan itu disematkan karena kondisi pilar yang terus basah dialiri air, sehingga terlihat laiknya seperti pilar yang menangis. Pilar yang dihiasi dengan motif sulur berwarna kehijauan ini, konon dibangun untuk mengenang ratusan pekerja yang tewas saat proses pembangunan situs Basilica Cistern ini. Ada satu mitos menarik pula di Basilica Cistern yang harus kamu ketahui. Bila saat kamu berjalan di dalam situs Basilica dan kepalamu terkena tetesan air, orang lokal percaya itu sebagai pertanda bahwa nantinya kamu akan kembali lagi mengunjungi Turki.

Crying Pillars dengan ukiran sulur

Dolmabahce Palace

Dolmabahce Palace atau dalam bahasa Turkinya Dolmabahçe Sarayı berada di Besiktas. Tepatnya berada di depan stadion Besiktas. Istana ini adalah pusat administrasi Kesultanan Ottoman dari tahun 1856 hingga tahun 1887 dan tahun 1909 hingga tahun 1922. Dolmabahce Palace dibangun pada masa Sultan Abdulmecit I tahun 1843-1856. Sebelumnya keluarga sultan tinggal di Topkapi Palace namun karena gaya, arsitektur, dan kenyamanannya terasa kurang dibanding dengan istana di kerajaan Eropa lainnya, Abdulmecit I memutuskan membangun istana baru yang lebih modern. Pembangunannya menghabiskan biaya 5 juta Lira emas Ottoman, 35 ton emas, atau hampir sama dengan 1.5 juta USD uang masa kini. Pada masa itu, uang sebanyak ini setara dengan 25% pajak tahunan yang diterima oleh Kesultanan Ottoman.

Dolmabahce Palace menempati area seluas 45,000 m2 (11.1 hektar), memiliki 285 ruangan, 46 ruang pertemuan, 6 kamar mandi, dan 68 toilet. Desain arsitekturnya amat bagus. Kalau kamu pergi Turki, Dolmabahce Palace adalah lokasi yang wajib dikunjungi. Lokasinya pun mudah dijangkau. Bila naik trem (Metro Istanbul) kita bisa turun di stasiun Kabatas. Dari stasiun ini tinggal jalan kaki saja selama 10 menit. Istana ini berada persis di depan stadion klub sepakbola Besiktas.

Dolmabahce Palace, Istana Modern yang dibangun pada tahun 1843-1856 M

Benteng Rumelia (Rumeli Hisari)

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel.” (HR Ahmad, Ad Darimi dan Al Hakim)

Demikianlah sejak hadits tersebut disampaikan, perjuangan penaklukan konstatinoperl tidak pernah berhenti, kisah heroik selalu menjadi energi tak berujung juga keyakinan para pejuang Islam sepanjang zaman. Sementara itu patut dicamkan bahwa orang yang hebat bukan hanya saja mengakui kebenaran hadits tersebut, namun ia akan berusaha sangat keras dan gigih untuk menjadi mereka-mereka yang mewujudkan kebenaran tersebut. Oleh karena itu setiap khalifah berambisi untuk menaklukkannya. Mulai dari Utsman bin Affan, Mu’awiyah, Harun Ar-Rasyid, dan Sultan Bayazid Al-Utsmani. Penaklukkan ibu kota kerajaan Romawi Timur itu baru terjadi pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M.

Tapi penaklukkan itu tidaklah mudah. Sang Sultan melakukan persiapan yang matang dan mantap agar kegagalan seperti yang dialami para pendahulunya tidak terulang lagi. Di antara persiapan tersebut adalah mendirikan Rumeli Hisari (Benteng Rumelia). Sejak lama Sultan Al-Fatih menyelidiki Konstantinopel. Setelah menganalisa, ia memutuskan untuk memutus urat  utama Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus yang menjadi jalur utama perdagangan dan transportasi bagi Konstantinopel serta suplai logistiknya melalui pembangunan Rumeli Hisari.

Rumeli Hisari dibangun di tepi Selat Bosphorus, Istanbul-Turki. Benteng yang dibangun Sultan Muhammad II Al-Fatih sebelum menaklukkan Konstantinopel ini memiliki tinggi 82 meter dengan menara citadel yang dibangun oleh 5000 pekerja. Ide untuk membangun benteng ini muncul dalam benak Sultan Al-Fatih pada tahun 1451 atau sekitar dua tahun sebelum penaklukkan Konstantinopel.

Sultan memandang bahwa tidak mungkin dalam posisi yang unggul bila dia tidak mampu menyeberangi sisi Benua Asia menuju sisi Benua Eropa di dekat Konstantinopel dengan aman. Sebab, Laut Dardanella di bawah kendali Angkatan Laut Italia. Memang ketika itu di sisi Benua Asia telah berdiri Anadolu Hisari (Benteng Anatolia) yang dibangun Sultan Bayazid I, ayah Sultan Al-Fatih pada tahun 1394 M. Oleh karena itu, Sultan Al-Fatih perlu menguasai Selat Bosphorus dan memotong pasokan makanan yang dikirimkan koloni-koloni Yunani di wilayah Laut Hitam ke Konstantinopel. Untuk itu, dia segera memerintahkan pendirian Rumeli Hisari.


Benteng yang terletak di Distrik Sanyer ini memiliki tiga menara. Masing-masing menara diberi nama sesuai dengan nama menteri sang sultan yang memimpin pembangunan benteng itu. Benteng pertama disebut “Benteng Sadrazam Candarli Halil Pasya”. Lokasi benteng ini paling dekat dengan pintu gerbang benteng. Benteng kedua, yang terletak di sebelah selatan disebut “Benteng Zaganos Pasya”. Sementara itu, benteng ketiga yang terletak di sebelah utara disebut “Benteng Sanca Pasya”. Benteng itu mulai dibangun pada Sabtu, 15 April 1452. dengan kata lain, benteng yang semula dikenal dengan sebutan “Bogazkesen”, yang berarti “Pemotong Selat”, dibangun hanya dalam waktu sekitar empat bulan.

Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi sultan Dinasti Utsmani, sang ayah sudah terlebih dahulu mendirikan Benteng Anadolu Hisari dengan tujuan juga untuk menaklukkan Konstantinopel. Benteng ini didirikan pada 1393-1394 M di lahan sekitar 7000 meter persegi dan berada di titik tersempit Selat Bosphorus. Benteng setinggi 25 meter ini digunakan sebagai “menara pengintai” yang mengintai lalu lintas kapal-kapal yang hendak menuju Laut Hitam. Menara ini juga didirikan bertujuan memperlemah kekuatan Kekaisaran Byzantium sebab dengan adanya benteng ini, bantuan militer dari koloni Byzantium di wilayah Laut Hitam seperti Caffa, Sinop, dan Amasra, menjadi kesulitan mencapai Konstantinopel karena kapal itu tidak bisa melintasi Selat Bosphorus. Semua kapal yang melintas di Selat Bosphorus diharuskan membayar pajak yang disetor kepada Dinasti Utsmaniyah terlebih dahulu. Benteng Anadolu Hisari terletak berhadapan dengan Rumeli Hisari, benteng yang berada di sisi Eropa Selat Bosphorus didirikan oleh Sultan Al-Fatih pada tahun 1452 M. Kedua benteng ini hanya terpisah selat selebar 500 meter.


Setelah mendirikan Rumeli Hisari, mulailah Sultan Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel. Setelah mengepung Konstantinopel selama beberapa bulan, akhirnya 200.000 pasukan yang dipimpin Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang kokoh. Yang membuat takjub adalah strategi Sultan yang memindahkan 72 kapal perang dari Selat Bosporus ke Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) yang merupakan titik terlemah pertahanan Byzantium, melalui daratan. Sultan Al-Fatih telah mengubah daratan menjadi lautan.


Penaklukkan terjadi pada 29 Mei 1453 M. Penduduk Konstantinopel yang beragama Kristen diperlakukan dengan baik. Mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Sementara itu sang Sultan menuju gereja Hagia Sophia dan meminta azan dikumandangkan sebagai tanda gereja itu telah diubah menjadi masjid. Ia pun mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul yang berarti kota Islam. Sabda Rasulullah yang keluar dari lisan beliau sekitar 800 sebelumnya akhirnya terealisasi. Beliau bersabda, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik panglima adalah panglima yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”

Benteng Rumeli di sisi Eropa 

Benteng Anadolu di sisi Asia

Museum of Turkish and Islamic Art

Islamic art museum Turkey adalah sebuah museum seni dan turki yang terletak dilapangan sultan ahmet tepatnya di dekat Masjid Biru, distrik faith Istanbul turki. Museum ini berdiri di bekas istana Ibrahim pasha yang merupakan vizier agung dari Suleiman yang luar biasa dan suami dari saudari sultan, hatice sultan  bangunan ini menghadap ke hippodrome. Museum ini memiliki 40.000 koleksi yang mengagumkan serta tatanan ruangan yang sangat menakjubkan. Disini setiap ruangan akan difokuskan pada setiap periode yang berbeda atau wilayah dunia islam yang berbeda, jadi saat  berkeliling di museum ini kita dapat merasakan sensasi kehidupan harian bangsa turki mulai dari abad ke 8 sampai abad ke 19.

Museum ini memiliki desain arsitektur yang khas seperti kediaman sultan- sultan dan memiliki taman – taman yang luas sehingga akan membuat kita yang berkunjung kedalamnya akan merasa nyaman. Disini kita dapat melihat berbagai macam peninggalan sejarah islam dari salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di muka bumi yaitu kerajaan ottoman, mulai dari patung, lukisan, kaligrafi sampai peralatan sehari – hari dari dunia islam di masa lampau . Terdapat pula beberapa koleksi bersejarah dari zaman nabi Muhammad serta koleksi karpet antik dan sajadah antik yang dipakai para sultan ottoman juga ada di museum ini.

Di luar gedung museum terdapat Obelisk Theodosius, yaitu monumen tinggi, ramping bersisi empat yang dimahkotai puncak berbentuk piramida. Obelisk purbakala biasanya terbuat dari monolit atau batu tunggal, sedangkan obelisk modern dibangun dari batu dan memiliki ruangan di dalamnya. Obelisk Theodosius adalah sebuah obelisk Mesir Kuno dari Firaun Thutmose III yang didirikan kembali di Hippodrome yang sekarang dikenal sebagai At Meydanı atau Sultanahmet Meydanı, di kota modern Istanbul, Turki oleh kaisar Romawi Theodosius I pada abad ke-4 Masehi.

Obelisk tersebut mula-mula dibangun oleh Thutmose III (1479–1425 BC) di bagian selatan dari pilon ketujuh kuil besar Karnak. Kaisar Romawi Konstantius II (337–361 AD) memindahkan obelisk tersebut dan obelisk lainnya melalui sungai Nil menuju Aleksandria untuk memperingati ventennalia-nya atau 20 tahun tahtanya pada tahun 357. Obelisk lainnya didirikan di spina Sirkus Maximus di Rome pada musim gugur tahun tersebut, dan sekarang dikenal sebagai obelisk Lateran, sementara obelisk tersebut yang menjadi obelisk Theodosius masih berada di Aleksandria sampai 390, ketika Theodosius I (379–395 AD) memindahkan obelisk tersebut ke Konstantinopel dan menempatkannya di spina Hippodrome.

Obelisk Theodosius

Galata Tower

Galata Tower atau Galata Kulesi adalah menara batu dari abad pertengahan. Galata Tower memiliki ketinggian 66.90 meter dan 51.65 m di lantai observasi (lantai yang bisa dikunjungi wisatawan). Galata Tower adalah bangunan tertinggi di Istanbul ketika dibangun pada tahun 1348 M. Menara ini dibangun untuk menggantikan menara lama Megalos Phyrgos. The Galata Tower adalah salah satu ikon paling ikonik di Istanbul, menghadap ke Beyoğlu dan Karaköy dari posisinya yang bertengger, sementara lampu-lampu berwarna-warni menara dapat dilihat pada malam hari dari seluruh kota.

Galata Tower 

Meskipun tidak diketahui kapan Menara Galata dibangun, umumnya disepakati bahwa menara itu hidup selama pemerintahan Kaisar Byzantine Justinian sekitar 507 Masehi. Saat itu, menara itu dikenal sebagai ‘Christea Turris, ‘ atau Menara Kristus, oleh orang Genoa, sementara Bizantium menyebutnya sebagai ‘Megalos Pyrgos, ‘ atau Menara Agung. Tetapi selama periode Genoa, menara itu mengambil bentuknya yang sekarang, ketika lingkungan Galata dihuni oleh koloni-koloni Republik Genoa, yang berfungsi sebagai serangkaian pos ekonomi dan perdagangan di Laut Tengah dan Laut Hitam.

Pada 1509, menara itu rusak berat akibat gempa tetapi dikembalikan oleh arsitek Ottoman yang terkenal, Hayreddin, yang juga membangun kompleks Sultan Bayezid II yang terkenal di Edirne. Selama masa pemerintahan Ottoman Sultan Süleiman yang Agung, menara memiliki tujuan yang sangat berbeda, karena digunakan untuk menahan tahanan yang dihukum untuk bekerja di Galangan Kapal Laut Kasımpaşa. Pada akhir abad ke -16, sebuah observatorium ditambahkan di bagian paling atas oleh sang peramal, Takiyüddin Efendi, tetapi menara itu ditakdirkan untuk menjadi penjara sekali lagi pada masa pemerintahan Sultan Murat III antara tahun 1546 dan 1595.

Ketika abad ke -17, menara itu secara singkat digunakan oleh Mehter Band, sebuah band militer Ottoman, dan kemudian menjadi observatorium api pada tahun 1717 karena pemandangan luasnya dari kota bersejarah. Pada 1794, api menghancurkan menara, tetapi itu dipulihkan pada masa pemerintahan Sultan Selim III, pada saat itu sebuah cumba (ceruk) ditambahkan. Setelah efek merusak dari kebakaran lain pada tahun 1831, menara itu sekali lagi dipugar, bersama dengan penambahan dua lantai lagi dan tip berbentuk kerucut, melalui komisi Sultan Mahmut. Saat ini, menara setinggi 219 kaki (66, 90 meter) berfungsi sebagai daya tarik wisata saja, dengan pengunjung berdiri dalam antrean untuk menuju ke puncak untuk pemandangan spektakuler 360 derajat Istanbul dari balkon. Untungnya, lift membawa pengunjung naik tujuh lantai, tetapi dua lantai terakhir hanya dapat diakses dengan menaiki tangga.

Salah satu kisah seputar Menara Galata adalah peristiwa penerbang Utsmani yang legendaris Hezarfen Ahmet Çelebi. Hezarfen sangat terobsesi untuk menciptakan pesawat terbang karena terinspirasi oleh seorang ilmuwan Muslim sebelumnya yang juga sangat tertarik dengan dunia penerbangan yakni Ismail Cevheri. Tetapi pada masa percobaannya, Ismail mengalami kegagalan. Ismail melakukan uji coba pesawatnya dengan terbang dari sebuah menara pada abad ke-10. Tetapi karena dia kurang memiliki pengetahuan tentang aerodinamika sayap, Ismail terjatuh saat melakukan penerbangan dan menghembuskan nafas terakhirnya seketika itu juga. Oleh karena itu, Herzafen berupaya keras untuk menyempurnakan riset penerbangan Ismail Cevheri bersama saudaranya.

Herzafen terus melakukan riset penerbangan. Setelah melakukan riset studi terhadap burung dan melakukan percobaan penerbangan sebanyak sembilan kali, maka Herzafen memberanikan diri untuk memperagakan penerbangan pesawatnya di depan Sultan Murad ke-IV dan penduduk Istanbul pada 1630. Herzafen akhirnya melakukan penerbangan dari menara Galata yang tingginya 183 kaki dengan pesawat terbangnya yang sederhana terbuat dari kulit binatang yang disangga oleh rangka-rangka kayu. Herzafen berhasil terbang dengan tinggi di atas 150 meter dari permukaan air laut menuju Oskudar.

Selama penerbangan, Herzafen terus berusaha menyeimbangkan arah angin dan arah terbangnya hingga akhirnya mendarat dengan selamat di sebuah padang rumput Doganciar di Oskudar. Jarak terbang yang telah dia tempuh mencapai 3.200 meter.

Hezarfen merupakan orang pertama yang melakukan penerbangan lintas benua dari Eropa menuju Asia. Berkat kehebatannya, Sultan Murad ke-IV yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut memberikan hadiah kepada Herzafen berupa 1.000 keping emas.

Kehebatan Lagari Hasan Celebi tak jauh berbeda dengan saudaranya, Herzafen. Lagari merupakan orang yang sangat giat dalam melakukan penelitian tentang pesawat terbang bertenaga dorong ledakan yang sekarang disebut dengan nama roket. Lagari pertama kali menerbangkan roketnya pada saat kelahiran putri Sultan Murad ke-IV dari Istana Topkapi, Istanbul pada 1633.

Saat akan meluncurkan roketnya, Lagari masuk ke dalam sebuah kerangkeng yang terhubung dengan roket. Kemudian dengan berhati-hati dia menyulut bubuk mesiu yang berada di dalam roket. Lalu percikan bunga api yang disertai asap pun mulai terlihat dan tak berapa lama kemudian roket yang membawa kerangkeng Lagari pun terbang menuju ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu, bubuk mesiu pada roket pun habis terbakar. Dengan sigap Lagari lalu keluar dari kerangkeng dengan menggunakan bajunya yang semacam parasut untuk mendarat ke muka bumi lagi. Akhirnya dia mendarat dengan selamat di tempat peristirahatan Sultan Murad ke-IV di Sinan Pasha.

Peristiwa penerbangan Lagari itu dicatat sebagai peristiwa terbang berawak vertikal pertama yang menggunakan sistem pendorong berupa tujuh buah roket dengan bubuk mesiu sebanyak 300 pound. Menurut catatan sejarah, Lagari berhasil mencapai ketinggian kira-kira 300 meter dalam jangka waktu selama 20 detik.

Karena prestasinya yang gemilang, Sultan Murad ke-IV memberikan penghargaan kepada Lagari dengan mengangkatnya menjadi salah satu pejabat militer terpenting di Angkatan Darat Turki. Berita kehebatan dua ilmuwan penerbangan yang bersaudara ini begitu menghebohkan negara-negara di Eropa. Bahkan berita kesuksesan penerbangan Celebi bersaudara itu menjadi buah bibir publik di Inggris pada 1638, dan dicatat oleh seorang penulis terkenal John Winkins dalam bukunya yang berjudul Discovery of New World.

Namun akibat terjadinya berbagai macam intrik politik di Istana Topkapi yang berusaha menjatuhkan kejayaan Celebi bersaudara, hubungan yang telah terjalin dengan baik antara Celebi bersaudara dengan Sultan Murad IV pun merenggang, bahkan kian memburuk dari waktu ke waktu. Akhirnya Celebi bersaudara yang sangat berjasa terhadap dunia penerbangan modern saat ini dibuang ke negara Afrika, tepatnya di Aljazair dengan status tahanan politik. Setelah itu, mereka berdua dipindahkan dari pengasingan di Aljazair ke pengsingan di Crimea.

Celebi bersaudara yang kepandaiannya mencengangkan dunia, berakhir dengan tragis dengan menghembuskan nafas terakhirnya di pengasingan di Crimea pada sekitar 1640. Crimea pada kemudian hari, menjadi tempat percobaan roket Rusia.

Galata Tower dijadikan tambatan rantai besar diatas Golden Horn yang membentang diatasnya. Rantai ini digunakan untuk menghalangi dan menghambat laju kapal musuh yang ingin menyerbu konstantinopel dengan melewati horn. Karena rintangan rantai besar inilah, Sultan Mehmed II mendapatkan ide memasuki Golden Horn dengan membawa kapal perang melalui daratan Galata kemudian menurunkan kembali ke laut Golden Horn untuk melakukan penyerangan. Sultan Mehmed II menjelaskan secara rinci bagaimana cara memindahkan kapal-kapal itu. Awalnya Sultan Mehmed II memerintahkan pada prajuritnya untuk mengumpulkan kayu gelondongan dan minyak goreng. Kayu-kayu tersebut kemudian diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi licin. Setelah semuanya siap kemudian sang sultan memerintahkan agar kapal-kapal perang mulai ditarik ke daratan dengan menjadikan kayu-kayu gelondongan sebagai rodanya. Para prajurit bekerja keras menjalankan perintah sultannya.

Rantai besar di Golden Horn

Peta Penaklukan Konstatinopel

70 kapal di tarik melewati bukit Galata

Mereka terus bekerja sepanjang malam dengan diterangi bintang gemintang, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai berlayar di daratan. Kapal-kapal tersebut melintasi lembah dan bukit. Sebuah peristiwa yang kelihatannya tidak masuk akal. Akhirnya, berkat kerja keras pasukan Turki Ottoman, ketika pagi telah terbit di ufuk timur, 70 kapal perang Turki Ottoman telah berpindah lokasi, berhasil melintasi Tanjung Emas lewat daratan, melintasi Besiktas ke Galata.

Rakyat Bizantium begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Tapi kenyataan memang kenyataan. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Turki Ottoman pastilah dibantu oleh jin dan setan. Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Mehmed II memerintahkan agar dibuat terowongan untuk menembus benteng Konstantinopel. Maka ketika serangan diputuskan, pasukan Turki Ottoman mulai memasuki terowongan. 27 Mei 1453 sebelum serangan dimulai, Sultan Mehmed II dan pasukannya menjalankan shalat. Seusai shalat mereka kemudian berdoa, meminta kepada Allah swt agar kemenangan yang sudah berada di depan mata itu menjadi kenyataan. Sementara itu, penduduk Konstantinopel juga melakukan hal serupa, mereka menggelar misa di gereja Hagia Sophia.

29 Mei 1453, malam telah melewati ambang. Hanya gemintang yang menemani malam, tak ada secuil pun cahaya purnama. Pada saat inilah pasukan Turki Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Turki Ottoman berusaha memasuki benteng Konstantinopel. Kali ini pasukan Turki Ottoman terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari pasukan yang berasal dari Anatolia, sedangkan lapis kedua dan ketiga merupakan kesatuan Yanisari. Melihat serangan besar-besaran ini, Giustiniani salah satu panglima Bizantium–menyarankan agar Constantine mundur. Akan tetapi, saran tersebut ditolak oleh Constantine. Beberapa ahli sejarah menceritakan bahwa Constantine melepas baju perang dan kemudian bertempur bersama pasukannya. Dan, setelah perang usai jasadnya tidak pernah ditemukan.

Akhirnya, setelah berperang pasukan Turki Ottoman bisa menguasai kota Konstantinopel melalui pintu Edinerne. Begitu memasuki kota Konstantinopel, Sultan Mehmed II dalam pidatonya menyatakan akan melindungi seluruh penduduk kota itu yang menyerahkan diri. Ia juga berjanji melindungi tempat-tempat ibadah, baik milik orang-orang Kristen maupun Yahudi. Rupanya ia mengikuti yang dilakukan Saladin ketika menaklukkan Yerusalem. Pidato yang terkenal ini disampaikan Sultan Mehmed II di pelataran Hagia Sophia, di hadapan penduduk Konstantinopel.

Turki 2015 – Cappadocia

14. Cappadocia

Ketika berada di Cappadocia seolah-olah kita sedang hidup pada jaman Fred Flinstones si manusia gua. Semuanya serba dari batu yang berwarna abu-abu kecokelatan. Selain wisata darat, kita bisa terbang dengan balon udara menikmati keindahan kota rumah batu kuno. Kita akan melihat bangunan yang mayoritas terbuat dari batu yang dipahat dari zaman dulu, yaitu berupa struktur kota bawah tanah (underground city), yang memiliki bangunan sampai dengan tingkat 11 ke bawah. Tidak heran jika Cappadocia termasuk salah satu UNESCO World Heritage Site. Hingga kini masih ada penduduk Cappadocia yang tinggal di dalam gua, dan ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan juga ada hotel di Cappadocia yang membuat kamar-kamarnya mirip gua karena memang inilah yang dicari turis, merasakan menginap di kamar gua.

Selime Cathedral

Hari pertama seharusnya kami naik balon udara, namun karena cuaca tidak bagus maka ditunda esok harinya. Sebagai gantinya kami berkeliling di area Cappadocia, spot pertama berhenti di Selime Cathedral. Cappadocia adalah gudangnya gereja, chappel dan monestary yang cukup unik karena berbentuk gua hasil karya manusia jaman dulu kala. Ada yang diatas gunung dan ada juga yang jauh dibawah tanah. Mulai dari chappel kecil, cathedral besar, ruang kelas berbagai ukuran dan juga tempat tinggal semacam barak asrama. Semua tersebar berdekatan di area yang luasnya sekitar 300 Km persegi. Tidak kurang dari 100 gereja batu besar dan kecil yang dipahat tangan dan 10.000 gua dengan berbagai macam fungsi ada di lokasi ini.  Wilayah ini terkenal sebagai kawah candradimukanya umat kristen dalam hal pendidikan agama sejak lebih dari 1700 tahun lalu dan juga tempat persembunyian dari serangan bangsa Mongols.

Selima Cathedral berupa konstruksi gua kuno buatan manusia yang menyatu dengan alam, khususnya hasil karya umat Kristen Orthodox pertama saat jaman masih susah susahnya menyebarkan agama bisa ditemukan disini. Lokasinya tidak begitu jauh dari Ihlara Valley, atau sekitar satu jam perjalanan darat dengan mobil dari Goreme. Katedral ini cukup terkenal dan per tahun dikunjungi 300.000 turis. Gereja ini diatas gunung dan didalam gua seperti yang disaksikan dalam film cartoon Pak Flinstone. Area Selime Cathedral telah menjadi inspirasi untuk lokasi setting film Star Wars Episode 1, yaitu lokasi ketika aksi Anakin Skywalker’s dalam “pod race”  terjadi.

Ihlara Valley

Ihlara valley termasuk salah satu ngarai terbesar di dunia yang memadukan keindahan alam dan sejarah dalam satu tempat, menarik pengunjung dengan jalan setapak dan pemandangannya yang unik. Lembah Ihlara terletak di antara provinsi Nevsehir dan Aksaray, membawa wisatawan yang datang ke sebuah perjalanan sejarah yang diiringi pemandangan yang menakjubkan. Setiap tahun, sekitar 500.000 wisatawan mengunjungi kawasan ini. Pada musim gugur dan dingin, turis yang datang kebanyakan berasal dari Malaysia, Jepang, Tiongkok dan Thailand. Sementara, pada musim semi dan musim panas, lembah ini lebih banyak dikunjungi wisatawan Eropa, Arab, dan Amerika Selatan.

Untuk menikmati keindahan kawasan wisata ini, pengunjung harus turun 387 anak tangga untuk memasuki lembah yang dipenuhi pohon dan berbagai jenis bunga. Untuk menjelajahi keindahannya, pengunjung bisa memilih satu dari tiga rute jalan yang masing-masing memiliki jarak tiga, lima, tujuh dan 14 kilometer. Ihlara juga merupakan pusat keagamaan pada periode Kristen awal, sehingga terdapat banyak gereja, kapel dan biara yang dibangun di tebing-tebing sekitarnya. Dalam perjalanan, pengunjung juga bisa menikmati makan siang di tenda-tenda di atas sungai Melendiz, di desa Belisirma, yang termasuk dalam rute jalan setapak di sini.

Derinkuyu, Underground City

Cappadocia dikenal memiliki banyak kota bawah tanah, tapi yang terdalam adalah Derinkuyu. Kota bawah tanah ini akan membawa kita berada di kedalaman 85 meter dari permukaan. Derinkuyu artinya sumur dalam adalah suatu kota bawah tanah kuno yang bertingkat-tingkat, tepatnya di Provinsi Nevşehir, Turki. Kota bawah tanah tersebut dapat menampung hingga sekitar 20.000 orang beserta hewan ternak dan bahan makanan mereka. Ini adalah kota bawah tanah terbesar yang telah digali, selain dari beberapa kompleks bawah tanah lainnya yang tersebar di seantero wilayah Kapadokia di Turki.

Situs kota bawah tanah Derinkuyu mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969, dan 10%-15% dari keseluruhan situs saat ini dapat diakses oleh para wisatawan. Derinkuyu berjarak 29 km sebelah selatan kota Nevşehir melalui jalan raya Niğde. Luas kota bawah tanah Derinkuyu yang telah diekskavasi adalah seluas 4 km2. Kota bawah tanah ini tertata dengan baik dan memiliki berbagai fungsi publik tertentu, seperti galeri, ruang tinggal, kakus, ruang pertemuan, dapur umum, kapel, penjara, gudang senjata, lorong akses, sumur, serta cerobong udara khusus yang berguna saat komunitas mengadakan penggalian untuk waktu yang lama. Diperkirakan terdapat ruang sekolah pula, yang bentuknya berupa gundukan tanah memanjang yang dikelilingi parit-parit; sedangkan kandang ternak letaknya selalu berada pada tingkat-tingkat teratas dari kompleks tersebut. Terdapat delapan tingkat yang dibuka untuk umum, dengan 204 jumlah anak tangga yang dapat dituruni dari tingkat teratas hingga terdalam pada kompleks tersebut. Terdapat 18-20 tingkat yang lebih dalam lagi yang tidak dibuka untuk umum. Walaupun demikian, diperkirakan masih banyak lagi bagian tersembunyi kota tersebut yang belum dieksplorasi.

Masih kontroversi mengenai siapakah yang pertama kali membangun kompleks tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahwa bangsa Hittit yang membangun tingkat pertama sebagai gudang; karena cap-cap bangsa Hittit ditemukan penduduk setempat saat membangun pondasi rumah mereka, dan adanya kota Hittit kuno Göllü Dǎgi yang berada 20 km sebelah barat daya. Menurut penelitian Departemen Kebudayaan Turki, gua-gua pertama kemungkinan mulai diperdalam pada batuan vulkanik lunak di wilayah Kapadokia oleh bangsa Frigia, yaitu bagian dari bangsa Indo-Eropa kuno, pada abad ke-7 hingga ke-8 SM. Ketika pemakaian bahasa Frigia punah di zaman Romawi Kuno dan digantikan oleh kerabat dekatnya yaitu bahasa Yunani, para penduduk yang kemudian telah beragama Kristen lalu menambahkan gua-gua bawah tanah mereka dengan bangunan kapel dan prasasti berhuruf Yunani.

Kota di Derinkuyu terbentuk sepenuhnya pada masa Bizantium, yang ketika itu kerap digunakan sebagai perlindungan terhadap Muslim Arab selama peperangan Bizantium-Arab (780-1180). Derinkuyu terhubung dengan kota-kota bawah tanah lainnya melalui terowongan yang panjangnya bermil-mil. Beberapa artefak yang ditemukan di pemukiman bawah tanah tersebut berasal dari Periode Bizantium Tengah, yaitu pada abad ke-5 hingga ke-10. Kota-kota ini tetap dipakai oleh para penduduk asli Kristen sebagai tempat perlindungan terhadap serangan suku-suku Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk pada abad ke-14.

Setelah wilayah ini jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah, kota-kota digunakan sebagai lubang perlindungan terhadap penguasa Muslim Turki. Hingga akhir abad ke-20, penduduk Kapadokia Yunani dari waktu ke waktu masih menggunakan kota bawah tanah untuk melarikan diri dari penindasan oleh pihak Utsmaniyah. R.M. Dawkins, seorang ahli bahasa Cambridge yang meneliti penduduk Yunani Kapadokia antara 1909-1911, mencatat pada tahun 1909: “ketika datang berita terbaru tentang pembantaian di Adana, sebagian besar penduduk Axo berlindung di ruang-ruang bawah tanah ini, dan selama beberapa malam tidak berani tidur di atas permukaan tanah. Ketika penduduk Kristen di wilayah tersebut terusir pada tahun 1923 dalam peristiwa pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki, kompleks bawah tanah tersebut tidak ditempati lagi.

Kompleks tersebut ditemukan kembali pada tahun 1963, setelah warga setempat menemukan sebuah ruangan misterius di balik dinding di rumahnya. Penggalian selanjutnya telah membuka penemuan terhadap jaringan terowongan di kota bawah tanah tersebut.

Naik Balon Udara

Kalau sudah sampai di Cappadocia, harus mencoba naik balon udara untuk bisa menikmati keindahan pemandangan yang menakjubkan. Kami naik balon hari kedua, karena hari pertama cuaca berkabut sehingga diputuskan ditunda esok harinya. Alhamdulillah esok hari cuaca sangat bagus, langit terang tanpa awan dan kabut. Kami dijemput di hotel pukul 5 pagi, kemudian dibawa ke suatu lokasi penerbangan yang terpencil, jauh dari balon-balon udara lainnya. Terus terang inilah pertama kali kami menyaksikan dan menaiki balon udara yang luar biasa besar.

Persiapan balon diisi diisi udara banyak sekali, mereka menggunakan kipas angin besar untuk menggembungkan balon. Setelah kira-kira udaranya cukup, kemudian ditambahkan udara panas dengan membakar gas supaya balonnya bisa mengapung di atas keranjang dan nantinya cukup kuat untuk mengangkat penumpang. Setelah dijelasin beberapa peraturan, kami naik ke keranjang balon udara yang sudah disiapkan. Penumpang ditempatkan ditengah-tengah keranjang, ada area khusus untuk sang pilot. Pilot akan memainkan tuas pengatur api dan tali-tali untuk mengatur kemudi.

Kebetulan kami mendapat pilot asal Australia yang tentunya bahasa inggrisnya sangat baik. Dia sangat professional, ramah dan lucu dalam menjelaskan informasi tentang Cappadocia selama perjalanan. Balon udara yang kami naiki dimuat penuh, namun masih leluasa untuk menikmati pemandangan yang indah. Setelah semua penumpang naik ke dalam keranjang, perlahan lahan diiringi dengan semburan gas yang terbakar, balon kami perlahan-lahan meninggalkan tanah dan mulai mengapung di udara.

Balon dapat mengudara dengan tenang, halus dan lancar. Angin cukup tenang, cuaca sangat terang, langit biru bersih tanpa awan sedikit pun. Cappadocia sulit diungkapkan dengan kata kata, hanya terpana dengan keindahan alam. Hal yang tidak kalah menariknya adalah pemandangan puluhan balon udara terbang bersamaan dengan kami. Sang pilot pun pandai mengarahkan balon udara, jadi kita tidak hanya dibawa jauh tinggi tetapi juga terkadang dibawa terbang rendah sehingga bisa melihat dengan lebih jelas bukit-bukit batu Cappadocia.

Setelah sekitar 1.5 jam kita terbang di udara yang sangat dingin membuat otot kaki pegal, pilot memberitahukan saat untuk mendarat dan mulai mencari lokasi pendaratan. Sambil menunggu lokasi, kami melihat 2 mobil yang membantu mengejar kami di darat. Mereka memacu mobilnya mengikuti arah balon kami terbang rendah. Pilot kami memutuskan untuk mendarat di sebuah tempat yang lapang dan memberitahukan kepada semua penumpangnya untuk bersiap  di ‘landing position’ dan menghentikan semua aktivitas berfoto.

Sebelum terbang kami sudah diinformasikan kalau mau landing tangan berpegangan pada tali di sisi dalam keranjang dan badan bersandar pada papan pemisah keranjang serta memandang ke arah yang berlawanan dengan pilot. Saat sudah dekat dengan tanah, beberapa orang petugas menahan tali yang dilemparkan oleh pilot dan kemudian dibantu oleh beberapa orang lainnya sampai balon diletakkan di atas sebuah mobil. Hanya goncangan kecil akibat benturan, sama sekali tidak mengagetkan. Semua orang bertepuk tangan dan bahagia atas pendaratan ini. Ketika kami keluar dari balon, petugas yang lain menyiapkan meja dengan bunga, champagne, orange juice dan buku tamu. Kami pun bersulang atas pernerbangan yang sukses kemudian masing-masing diberikan medali.

Persiapan mau berangkat
Pemandangan selagi terbang

Pigeon Valley

Disebut Pigeon Valley karena pada saat tertentu banyak burung pigeonnya (merpati).

Uchisar Castle

Uchisar Castle merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh penduduk Cappadocia dari zaman Kekaisaran Byzantium. Tentara Byzantium menggunakan benteng ini untuk mengawasi pergerakan musuhnya dari atas. Benteng yang tingginya 1350 meter dari atas permukaan laut ini memang memiliki posisi strategis sebagai menara pengintai. Konon, tentara Byzantium menggunakan kaca untuk memberikan sinyal bahaya jika pergerakan musuh mulai terlihat. Sinyal bahaya ini kemudian diteruskan sampai mencapai Konstantinopel. Dibawah Uchisar Castle juga terdapat terowongan yang dapat menghubungkan Uchisar dengan tempat-tempat lain di Cappadocia. Namun keberadaan terowongan ini masih belum ditemukan karena banyaknya bangunan atau terowongan yang sudah runtuh dimakan waktu.

Istana sarang tawon

Göreme Open-Air Museum

Göreme Open-Air Museum merupakan tempat yang paling populer di Goreme. Sebenarnya tempat ini adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada disini dibangun dari bukit bebatuan khas Cappadocia dalam jumlah yang lumayan banyak. Taman Nasional sekaligus Museum Terbuka Goreme masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985 yang terdiri dari pilar-pilar batu raksasa hasil erosi vulkanik jutaan tahun lalu. Kita bisa mampir ke permukiman goa batu yang bentuknya mirip sarang semut. Sebagian besar kompleks bangunan tersebut merupakan gereja tua.

Jangan berpikir ini bangunan museum dengan koleksi benda seni di dalamnya. Sesuai namanya, ini museum terbuka, dan terbesar di dunia. Merupakan satu komplek bangunan di dalam gua-gua batu yang sebagian besar adalah gereja yang berasal dari abad ke-10 sampai ke-12. Ada Apple Church, Snake Church, St. Basil Church, Sandal Church, St. Catherine Chapel, dsb. Di dalam langit-langit maupun dinding gereja terdapat fresco (lukisan dinding) yang masih asli. Sayang nggak boleh difoto walaupun tanpa flash karena warnanya memang sudah semakin pudar. Kita bisa mengeksplornya dengan memasuki satu demi satu ruangan maupun gereja-gereja itu. Ada yang harus naik tangga yang cukup tinggi, ada juga yang nggak perlu effort untuk memasukinya. Yang jelas banyak spot Instagenic di sini.

Sekarang gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, sehingga dijadikan museum. Guide bilang kalau dulu disini umat Muslim juga membuat sebuah madrasah. Sejak dulu Muslim dan Katolik hidup damai sampai Perang Dunia pecah yang mengakibatkan semua orang harus mengungsi untuk menyelamatkan diri. Tidak hanya gereja saja di dalam museum tetapi ada juga peti mati yang masih ada kerangka manusia.

Salah satu hal yang menarik lainnya adalah Dark Church atau Karanlik Church. Masuk ke gereja yang satu ini harus membayar 10 Lira. Kata guide, pemerintah sengaja memungut dana untuk masuk ke gereja agar tidak terlalu ramai pengunjungnya. Padahal harganya murah, cuma peraturan yang memungut biaya itu lumayan membentengi pengunjung sih. 

Gereja Kegelapan ini memiliki mosaik bunga-bunga indah yang masih utuh berkat sedikitnya jendela yang ada disini sehingga cahaya matahari tidak memudarkan warna pada mosaik. Burung-burung juga bersarang di gereja ini dan kotorannya menutupi mosaik yang malah melindunginya dari tangan jahil dan gangguan cuaca. Tak heran, jika kita harus membayar lebih untuk masuk ke gereja ini. Walaupun kami memasuki semua gereja, tapi mungkin di dalam museum hanya beberapa menit, lalu berpindah lagi ke museum berikutnya. Kebanyakan yang kita lihat hanya mozaik dan kerangka manusia di peti-peti yang banyak. Memang tidak membosankan karena setiap gereja memiliki mosaik yang berbeda.

St. Barbara Church
Dark Church

Fairy Chimneys (Pasabag Valley)

Di Pasabag Valley kita bisa melihat banyak batu raksasa yang menjulang tinggi dan bentuknya mirip jamur, terkadang menyerupai pilar-pilar bangunan. Gugusan batu ini ada yang berdiri sendiri namun ada juga yang berkelompok dan saling menumpuk. Bahkan dalam batu yang berkelompok memiliki bentuk seperti cerobong asap. Bebatuan ini terbentuk akibat aktivitas letusan gunung api di masa lalu, uniknya, hanya di wilayah Pasabag yang memiliki bentuk batu seperti jamur atau cerobong asap.

Batu-batu ini diyakini merupakan bentuk akhir setelah mengalami evolusi yang sangat panjang. Bila diamati lebih dekat, batu raksasa cerobong asap ini, ternyata merupakan tempat tinggal dan tempat pemujaan pada masa lampau. Di setiap batu ada semacam ruang makan. Di beberapa batu lainnya ada tempat pemujaan arwah leluhur. Sayangnya di lokasi wisata ini nggak ada tempat istirahat buat turis yg datang. Padahal di musim panas tempatnya sangat panas karena gersang. Sebaliknya di musim dingin akan sangat dingin karena lokasinya sangat terbuka. Terkadang kita merasakan seperti berada didalam rumah hobit, ratusan dan bahkan ribuan batu gunung dengan formasi seperti jamur tersebar di kawasan Cappadocia. Sungguh indah dilihat dari atas bukit atau dari balon udara.

Pasabag terletak di jalan menuju Zelve dari Goreme atau Avanos. Pilar bumi yang sangat luar biasa dapat dilihat di sini, di tengah-tengah kebun anggur, oleh karena itu nama tempat itu kerap disebut “Kebun Anggur Pacha“. Situs ini juga sering dikenal dengan sebutan Monks Valley. Nama itu berasal dari beberapa kerucut yang diukir pada batu tuf yang terpisah. Saat ini, ada kebun anggur dan sejumlah tufa berdiri tepat di sebelah jalan.

Devrent Valley

Devrent valley adalah lembah yang penuh bebatuan dengan bentuk yang beragam, namun yang terkenal adalah batuan yang berbentuk onta.

Turki 2015 – Priene, Miletus, dan Didyna

Turki, 2015

Perjalanan satu hari ketiga kota kuno, yaitu Priene, Miletus, dan Didyna. Priene (bahasa Yunani kuno: Πριήνη, Priēnē) adalah reruntuhan kota kuno dari negara Yunani kuno dengan latar pegunungan dan dataran yang dulunya merupakan bagian dari laut Aegea.

Peta perjalan 3 kota kuno

11. Priene

Priene terletak di dasar lereng Mykele, sekitar 6 kilometer sebelah utara sungai Maiandros, 67 kilometer dari Aydin modern, 15 kilometer dari Söke modern dan 25 kilometer dari Miletus kuno. Priene awalnya berada di pesisir laut, dibangun menghadap lautan di lereng yang memanjang dari permukaan laut hingga ketinggian 380 meter di atas permukaan laut di puncak lereng. Pada masa kini, bentang alamnya telah berubah.

Terkurung oleh pemandangan gunung, reruntuhan kota Helenistik Priene benar-benar fotogenik. Pelabuhan kuno ini memiliki masa kejayaan antara 300 SM dan 45 SM, ketika pelabuhannya sibuk dengan perdagangan. Proses pendangkalan Sungai Meander menyebabkan kota ini mati, dan pada abad ke-2 kota ini kehilangan aksesnya ke laut dan alhasil kota ini pun ditinggalkan penduduknya yang pindah ke Miletus. Daya tarik bintang di sini adalah Temple of Athena, dengan desain klasik Ionian, sementara teater 6.500 kursi sangat terawat dengan baik.

Priene terletak di kaki gunung Mycale yang agak terjal, sehingga agak tidak cocok dikunjungi oleh orang tua yang mempunyai masalah dengan lutut. Reruntuhan Priene sebagian besar terletak dalam hutan belantara. Keadaan ini laksana Indiana Jones menemukan reruntuhan kota yang hilang. Reruntuhan bangunan di Priene sulit dikenali lagi wujud aslinya, banyak yang sudah pecah dan berantakan. Namun reruntuhan Kuil Athena masih menakjubkan untuk dilihat. Ke 4 tiang Kuil dengan gaya Ionia ini berdiri menjulang dengan latar Gunung Mycale di belakangnya. Di depan Kuil ini kita dapat melihat fondasi kuil dan sisa reruntuhan kuil. Hamparan tanah pertanian yang subur terlihat di bawah sana. Hamparan tanah ini dulunya merupakan bagian dari laut dan merupakan akses ekonomi Priene di masa lampau.

Kuil Athena, didirikan oleh Aleksander Agung

12. Miletus

Miletus adalah reruntuhan kota Yunani kuno yang mengagumkan dengan arsitektur megah yang mencakup amfiteater besar, benteng Bizantium, dan pemandian Romawi. Miletus berusia lebih dari 2.000 tahun dan berperan penting dalam sejarah dan cerita rakyat. Filsuf ternama seperti Hecataeus dan Thales, yang juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, pernah tinggal di kota ini.

Sebelum menyaksikan reruntuhan Miletus, perlu mengunjungi Museum Miletus yang jaraknya sekitar 500 meter dari pintu masuk Miletus. Museum ini memiliki banyak koleksi patung terbaik yang didapat dari reruntuhan kota Miletus. Beberapa patung tersebut merupakan bagian dari air mancur dan pemandian yang tenar di Miletus.

Miletus pernah dikunjungi oleh Rasul Paulus dalam misi penginjilannya di Asia Kecil. Kota yang juga merupakan kota pelabuhan ini juga terletak jauh dari garis pantai sekarang. Seperti Priene dan juga Efesus, kota ini mengalami kemunduran akibat endapan sungai yang memutus akses ke laut. Hal menarik lainnya terdapat jalan suci (Sacred Way), yaitu jalur prosesi pemuja Apollo yang membentang dari Miletus sampai ke Kuil Apollo di Didyma. Jalur ini dulunya merupakan jalur yang harus dilalui jika ingin menemui sang oracle (peramal) di Didyma.

Saat mendekati reruntuhan ini, pemandangan pertama yang akan dilihat adalah Amfiteater Hellenistic yang berukuran sangat besar. Amfiteater ini dibangun pada abad ke-4 SM, kemudian direnovasi oleh bangsa Romawi untuk menampung 15.000 penonton. Lihat keempat pilar di dua baris pertama tempat duduk, yang menandai area khusus untuk para kaisar. Naikilah anak tangga menuju bagian atas arena setinggi 30 meter ini untuk menikmati pemandangan indah kota.

Di belakang amfiteater, terdapat benteng Bizantium yang memberikan pemandangan lebih luas, sedangkan di bawahnya, terdapat Heroon yang merupakan makam pahlawan Hellenistic, di sebelah timur adalah sisa dari Temple of Apollo, Selanjutnya ada Pemandian Faustina yang dibangun atas perintah istri kaisar Romawi. Saat berada di sini, perhatikan air mancur dan patung singa yang menakjubkan.

Patung dewa air yang dulunya terletak di pemandian Miletus

13. Didyma

Setelah berkendara selama setengah jam dari Miletus, kami tiba di Didyma. Tujuan utama adalah mengunjungi Kuil Apollo yang merupakan kuil terbesar no 3 di jaman kuno setelah Kuil Artemis di Ephesus dan Kuil Hera di Samos. Sepanjang jalan menuju kuil sang dewa matahari ini, kita bisa saksikan pilar-pilarnya. Kuil Apollo masih membanggakan tiang-tiangnya yang menjulang (yang dulu bernomor 122) dan merupakan salah satu contoh terbaik dari kuil-kuil Yunani di Turki. Oracle of Didyma dianggap sangat penting di dunia kuno klasik, hanya yang kedua dalam otoritas untuk Oracle Delphi. Itu hanya di bawah pemerintahan Constantine the Great.

Kuil Apollo ini berukuran besar dengan 122 pilar batu yang menyokong atapnya. Dari 122 pilar tersebut hanya ada 3 pilar yang masih utuh berdiri. Dengan luas 5500 meter persegi, kuil ini berukuran dua kali lipat kuil Parthenon di Athena. Kuil besar ini menampung banyak pemuja Apollo yang biasanya berjalan kaki melalui Jalan Suci (Sacred Way) dari Miletus yang jaraknya 12 km dari Didyma. Jalan Suci ini dulunya di penuhi patung-patung dewa dan monumen di kiri dan kanannya. Kuil besar ini tak pernah selesai dibuat oleh pembangunnya. Beberapa pilar bahkan masih terlihat setengah jadi. Bayangkan kalau Kuil ini benar-benar selesai, pasti akan menjadi salah satu Keajaiban Dunia zaman kuno.

Terowongan menuju kuil
Ruang dalam kuil
Tembok ruang dalam
Kuil Apollo
Medusa Relief

Turki 2015 – Pamukkale

10. Pamukkale

Perjalanan ke Pamukkale menggunakan mobil van seharian penuh pulang pergi dari Tuncay Hostel. Pamukkale adalah objek wisata air panas di Turki. Situs alam yang terletak di Denizli, Turki, ini merupakan salah satu keajaiban alam yang luar biasa. Air hangat kaya mineral yang memiliki suhu 35° C ini jatuh dari puncak gunung ke lereng sehingga menciptakan kontur yang eksotis. Dalam bahasa Turki, Pamukkale berarti “istana kapas” atau “benteng kapas”. Pamukkale ini berisi air panas dan travertine, mineral karbonat yang ditinggalkan oleh air yang mengalir.

Kalau dilihat sekilas, Pamukkale ini tampak seperti istana kapas karena semua berwarna putih, padahal Pamukkale tersusun dari batu-batuan yang berwarna putih. Begitu sampai di Pamukkale, kita akan mengatakan seperti menginjak salju karena begitu lembut. Karena keindahannya, wisata Pamukkale masuk ke dalam “UNESCO World Heritage Site”. Pamukkale berada di kawasan Lereng Travertine dengan tebing setinggi 20 meter di sepanjang dataran bukit pegunungan Cokelez. Lembah air terjun tersebut memiliki ketinggian sekitar 200 meter di atas dataran Curuksu yang meluas 6 kilometer di sekitar desa Karahayit, Pamukalee.

Bagaimana Pamukkale terbentuk? Karena adanya gejala alam yang sangat menakjubkan. Awalnya ribuan tahun lalu, Pamukkale terbentuk karena gempa. Mata air panas yang mengandung kalsium karbonat keluar dan menguap. Akibat kandungan dalam air panas yang selalu meningkat ini, lama-kelamaan lokasi keluarnya air panas ini membentuk lapisan kapur putih dan menyerupai air terjun beku. Akhirnya, membentuk lapisan-lapisan kapur yang tampak seperti tumpukan kapas berwarna putih. Pamukkale, yang berjarak sekitar 19 kilometer dari utara Denzil, memiliki pemandangan alam yang mata airnya memiliki serat dari bumi. Pamukkale telah dijadikan air Spa sejak Romawi membangun air Spa suci hangat berupa Hierapolis pada saat musim semi. Kolam air Spa tersebut dipenuhi dengan banyak marmer yang diambil dari kuil Apollo, Roma.

Ada beberapa tujuan Wisata Pamukkale yang bisa dinikmati, yakni;

  1. Hierapolis Pamukkale
  2. Travertines
  3. Antique Pool

Hierapolis Pamukkale adalah kota tua yang berdiri pada masa roman empire dan byzantine empire. Dinamakan Hierapolis karena dulunya di sini terdapat kuil hiera (salah satu dewa yunani). Di sini kita bisa menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan, katedral, kuil, tembok-tembok, pilar, amphiteather, dan kuburan-kuburan tua (necropolis). Hierapolis ini begitu luas, butuh waktu selama lebih dari 2 jam untuk menjelajahi tempat bersejarah ini.

Hierapolis Amphiteater

Tempat wisata kedua, yakni Travertines Pamukkale. Travertines adalah batuan kapur atau gunung kapur yang terbentuk dari deposit kalsium karbonat. Batuan putih ini terbentuk secara alami sejak ribuan tahun yang lalu. Dari kejauhan Travertines terlihat seperti kolam bertingkat dengan air panas di dalamnya. Keindahan travertines membuat tempat ini selalu dipadati oleh pengunjung. Keindahan Pamukkale Turki terletak pada kolam travertine putih di sekelilingnya, pemandangan hijau subur di bawah, dan pegunungan yang tertutup salju. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik utama di tempat ini. Keindahannya lainnya adalah bahwa Anda dapat mengalami kehidupan yang sama seperti yang pernah dilakukan orang Romawi sebelumnya saat mengunjungi Hierapolis. Formasi travertine kapur Pamukkale telah ada selama lebih dari satu milenium. Perbedaan antara Pamukkale dan mata air panas lainnya di seluruh dunia bukan hanya Anda bisa berenang di dalamnya, tapi Anda bisa mengunjungi jalan-jalan, melihat kuil, rumah mandi, nekropolis, dan teater sisa-sisa Hierapolis.

Travertine Pamukkale
Istana Kapas “Pamukkale”

Tempat wisata lain yang tak kalah indah untuk dikunjungi adalah Antique Pool/ Kolam Cleopatra Turki.  Antique pool ini adalah kolam pemandian air hangat yang kabarnya telah digunakan sejak zaman dulunya. Rumornya Cleopatra pun pernah berenang disini. Hingga kini, wisatawan masih bisa berenang menikmati Antique Pool ini. Aturannya wajib mengenakan pakaian renang. Untuk sekedar masuk ke kolam ini dan melihat-lihat tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun jika ingin berenang, harus membayar sekitar 30 lira. Kolamnya tidak terlalu luas, sekitar 15 x 15 meter. Mungkin mirip telaga di Indonesia. Dasarnya tidak disemen, dibiarkan tetap alami. Kedalamannya ditaksir 1-1.5 meter. Beberapa batuan besar bertumpuk di tengah dan di pojok. Tanaman kecil tumbuh di tengah kolam. Beberapa pengunjung tampak sedang berendam, beberapa bermain air, beberapa berkejar-kejaran. Konon mitosnya, siapa yang berendam di kolam ini akan awet muda.

Di Pamukkale aliran air panas secara alami mengalami proses mengkristal menjadi putih. Sangat menarik melihat kolam-kolam dengan air berwarna kebiruan di Pamukkale, dengan kolam-kolam dan batuan putihnya bagaikan pegunungan salju bila dilihat dari kejauhan. Kolam-kolam air panas alami ini sejak ribuan tahun lalu konon dipercaya mempunyai efek bisa menyembuhkan penyakit. Dengan suhu berkisar antara 35-100 derajat Celsius dan mengandung air mineral di dalamnya sering dimanfaatkan para wisatawan untuk berendam dan melakukan terapi yang dipercaya mengobati berbagai macam penyakit. Uniknya lagi, saat musim dingin pun air ini tidak membeku. Saat musim dingin kawah-kawah air di kolam tersebut sebagian manjadi beku, namun airnya tetap hangat sehingga kawasan di sini seperti terlihat banyak diselimuti kabut putih.

Pemandian Antique Pool Pamukkale yang sangat eksotis

Turki 2015 – Ephesus (part II)

3. Gua Ashabul Kahfi (The Cave of Seven Sleepers)

Sebenarnya masih menjadi perdebatan di mana sebenarnya Goa tempat cerita Tujuh orang Ashabul Kahfi yang tertidur lebih dari 300 tahun itu berada. Para ahli sejauh ini memprediksi beberapa lokasi yang dipercaya sebagai lokasi goa tersebut seperti di Yordania, Suriah, Tunisia, Palestina, dan salah satunya di Turki ini yaitu di Ephesus, Selcuk. Dipercayanya lokasi di dekat Ephesus ini karena berdasarkan sejarah Ephesus itu sendiri yang merupakan kota kuno Romawi. Dalam sejarah Kristen dan Islam keduanya memiliki keterkaitan untuk menyimpulkan goa tersebut berada di Selcuk ini.

Terlepas dari perdebatan itu, tak ada salahnya juga kalau sudah berada di Selcuk untuk mencoba menyambangi Goa tempat tidurnya Ashabul Kahfi ini. Lokasinya juga berada di kaki Pegunungan Bulbul dagi dan cukup terpencil. Untuk menuju lokasi ini dari pusat kota Selcuk memang harus menggunakan taksi atau kendaraan pribadi karena belum adanya angkutan umum yang khusus menuju jalur ini. Di dekat area masuk, terdapat sebuah restoran perkebunan. Di sanalah titik yang bisa dikatakan cukup hidup karena selama perjalanan ke lokasi ini saja kita akan melalui jalanan lengang dan sepi, apalagi untuk menuju gua nya, maka jalanan tanah tanpa fasilitas wisata.

4. Ephesus Museum, Selçuk, Turkey

Museum modern Ephesus berada di kota Selçuk, memiliki koleksi benda-benda arkeologi yang digali di Ephesus seperti artefak Kuil Artemis Ephesus yang besar, artefak dari periode Hellenistic dan Romawi kuno,  artefak dari Basilika St John serta benteng di dekatnya Belevi Mausoleum. Museum ini memiliki dua bagian utama: arkeologi dan etnografi. Berbagai artefak dari Prasejarah, Mycenaean, Archaic, Classical, Helenistik, Romawi, Bizantium, Seljuk dan periode Ottoman dipajang di 8 ruang pameran yang berbeda dan dalam sebuah halaman yang besar.

Sebelum ruang pameran di pintu masuk di sebelah kiri, para tamu dapat menonton video yang menjelaskan Museum Ephesus dengan banyak gambar animasi. Proyektor film video dalam 3 bahasa yang berbeda: Turki, Inggris dan Jerman, masing-masing 10 menit.

Ditutup untuk renovasi selama beberapa tahun, pekerjaan selesai pada awal 2015 dan museum ini kembali dibuka untuk pengunjung. Bangunan baru ini dikerjakan dengan mengagumkan, pamerannya diperhalus dan ditampilkan dengan baik, dengan penjelasan dalam bahasa Turki dan Inggris. Museum yang telah direnovasi ini memiliki lebih banyak ruang pameran, tetapi sekitar 40% dari keseluruhan ruang sekarang didedikasikan untuk toko suvenir dan kafe.

5. Temple of Artemis

Kuil ini dulu sebagai tempat pemujaan terhadap Dewi Artemis sang dewi bulan dan perburuan yang juga merupakan saudari kembar dewa Apollo. Sulit membayangkan kemegahan kuil ini sekarang, namun kuil ini dulunya memiliki 127 pilar untuk menyokong bangunan ini. Ketika sampai di Artemision, jangan heran kalau kita hanya melihat sebuah tiang di tengah tanah lapang dengan rerumputan dan fondasi bangunan yang kadang tertutup oleh air. Yah, inilah reruntuhan yang dulunya adalah salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Zaman Kuno.

Kuil yang dibangun oleh penduduk Ephesus ini berkali-kali dibangun ulang karena terkena banjir, dibakar orang yang tak bertanggung jawab, dan terakhir dijarah dan dihancurkan oleh Suku Goth. Kuil ini pun akhirnya tidak terawat dan pilar-pilar serta bahan bangunannya diambil untuk mendirikan bangunan lain seperti Basilica St. John dan Hagia Sophia. Sekarang yang tersisa hanyalah sebuah pilar hasil rekonstruksi para arkeolog dengan sarang bangau di atasnya.

Ilustrasi Kuil Artemis saat masih utuh
Sisa-sisa Reruntuhan Kuil Artemis

6. St. John Basilica

St. John Basilica merupakan salah satu gereja atau tepatnya reruntuhan gereja tertua di Selcuk. Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit dengan sedikit menaiki bukit, basilika yang sudah menjadi museum ini sudah tampak di depan mata. Dengan membayar tiket 5 Lira, kita dapat masuk ke kompleks basilika yang sekarang memang tinggal puing-puing saja. Hanya ada beberapa bagian dinding dan tiang-tiangnya yang masih utuh. Selain itu, di tempat ini juga ada makam St. John atau Yohanes Pembaptis atau Nabi Yahya A.S.

Sebuah papan keterangan dalam bahasa Turki dan Inggris menjelaskan sejarah basilika ini. Uniknya dalam bahasa Turki St. John atau Santo Yohanes disebut sebagai Aziz Yahya. Menurut papan keterangan, basilika yang berisi makam St. John  ini dibangun pada abad ke-6 oleh Kaisar Justinian dan Ratu Theodora menggantikan gereja tua beratapkan kayu yang sudah dalam kondisi rusak pada saat itu. Basilika ini dibangun dengan enam buah kubah megah dan berbentuk salib dengan ukuran sangat besar, yaitu 130×65 meter.

Karena kemegahannya maka basilika ini pun menjadi salah satu pusat ziarah umat kristiani pada waktu itu dan merupakan bangunan termegah yang dibangun setelah Temple of Arthemis di Efesus. Pada saat Selcuk jatuh ke tangan orang Turki yang beragama Islam pada awal abad ke-14, sebagian basilika diubah menjadi masjid. Namun, sebuah gempa bumi yang dashyat pada tahun 1365 membuat bangunan ini runtuh. Penggalian baru dimulai lagi apada awal abad ke-20 dan sampai saat ini hanya sebagian dinding dan tiang yang dapat kita saksikan.

Reruntuhan St. John Basilica

7. Isa Bey Mosque

Masjid Isa Bey adalah salah satu destinasi wisata di Turki yang menarik dikunjungi karena sejarah, bentuk arsitekturnya yang unik serta letaknya yang berada di antara gereja dan kuil. Masjid Isa Bey dibangun pada tahun 1374-1375, merupakan salah satu karya seni arsitektur tertua dan paling mengesankan yang tersisa dari beyliks Anatolia. Masjid ini terletak di pinggiran Bukit Ayaslug di Selcuk, Izmir. Masjid Isa Bey terletak di sisi barat kota Selçuk, di persimpangan St. Jean Caddesi dan 2040 Sokak. Berdiri hanya 300 meter dari reruntuhan Kuil Artemis dan 250 meter dari pintu masuk ke Basilika St. Saint John.

Masjid Isa Bey Turki

Masjid ini dinamai setelah pendiri eponymous – Isa Bey – anggota keluarga penguasa setempat. Dia berasal dari dinasti Aydinid (tr. Aydinogullari), yang memerintah atas apa yang disebut beylik (semacam kerajaan distrik Turki) di daerah pantai Aegean Asia Asia Kecil. Ibu kota mereka adalah yang pertama di Birgi, dan kemudian – di Selcuk. Di kedua kota tersebut, sejumlah monumen arsitektur dari periode sejarah ini telah dilestarikan, dan Masjid Isa Bey adalah salah satu perwakilan terbaiknya. Menurut prasasti yang ditempatkan pada bangunan, pembangunannya selesai pada 1375. Arsitek yang bertanggung jawab untuk pembangunan masjid adalah Şamlı Dımışklıoğlu Ali. Asal-usul Seljuk bangunan terlihat dalam arab ornamen, mosaik faience, portal barat tinggi monumental, dan dekorasi mewah.

Sebagai akibat dari gempa bumi yang menghantam wilayah Selçuk pada 1653 dan 1668, masjid tersebut rusak parah. Salah satu dari dua menara runtuh sepenuhnya, dan yang kedua runtuh di ketinggian balkonnya. Juga, pilar-pilar yang mengelilingi halaman dihancurkan. Pada abad ke-19, masjid yang hancur digunakan sebagai karavan. Dengan dana yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Yayasan, renovasi menyeluruh masjid dilakukan pada tahun 1975. Sejak itu terbuka untuk Muslim yang setia dan para wisatawan. Renovasi bangunan lainnya terjadi pada tahun 2005.

Arsitektur Indah Masjid Isa Bey

Masjid Isa Bey memiliki dua pintu masuk utama, ke timur dan ke barat dan berisi lapangan air mancur. Dinding barat memiliki tulisan dan bentuk geometris terukir. Dinding-dinding ini ditutupi dengan marmer, sedangkan fasad di sisi-sisinya yang tersisa terbuat dari batu potong. Dibangun secara asimetris di atas dasar 48-kali-56-meter (157 kali 184 kaki). Pelek kubahnya, dengan diameter 9,4 meter (31 kaki) dan 8,1 meter (27 kaki), didekorasi dengan ubin Iznik (Nicaea). Dua belas tiang bundar berdiri di dalam halamannya yang dikelilingi beranda. Menara bata dibangun di atas dasar segi delapan, dan bagian atas dari balkon hancur. Masjid itu memiliki menara lain di barat, yang benar-benar hancur sekarang. Mihrab (ceruk atau altar) dipindahkan ke masjid lain, karena pintu dibuka di sana. Ada Seljuk turbe segi delapan yang terbuat dari batu dan batu bata, dengan atap berbentuk limas, tepat di sebelah masjid.

Interior Masjid Isa Bey

Apa yang membuat Masjid Isa Bey unik adalah desainnya yang asimetris. Tidak seperti masjid yang dibangun dengan gaya tradisional, lokasi jendelanya, pintu, dan kubahnya tidak seragam. Menariknya, kolom-kolom di dalam masjid ini bukan dari konstruksi aslinya. Mereka dari reruntuhan sebelumnya di Ephesus dan Kuil Artemis yang dimasukkan ke dalam bangunan. Ada dua belas kolom ini di sekitar halaman. Marmer diukir dengan desain geometris dan tulisan kaligrafi. Kubah yang dihiasi oleh pirus dan fayans biru, mengungkapkan karakteristik gaya Ottoman.

Arsitektur Indah Masjid Isa Bey

Beberapa hal menarik dari Masjid Isa Bey

  • Masjid ini terletak tepat di bawah benteng di Selcuk dekat Basilika St. John dengan ukuran 51m x 57m termasuk halaman besar.
  • Masjid itu sendiri terdiri dari dua lorong lateral yang ditutupi dengan dua kubah di tengahnya. Menara bata yang masih hidup di sisi utara memiliki basis segi delapan. Fasad barat ditutupi marmer, diukir dengan desain geometris yang indah dan tulisan kaligrafi.
  • Di dalamnya ada mihrab dan mimbar, keduanya terbuat dari marmer, dan dicat ubin pirus di kubah. Kolom interiornya Klasik, dari reruntuhan lokal.
  • Masjid sekarang memiliki satu menara, dibangun dari batu bata pada rencana segi delapan. Setelah itu dihiasi dengan menara kedua, yang tidak dibangun kembali setelah gempa bumi di abad ke-17. Di sekitar masjid berdiri sebuah makam Seljuk segi delapan yang dibangun dengan batu dan batu bata, dengan atap berbentuk limas.
  • Halaman dalam dengan air mancur dikelilingi oleh 12 kolom. Tiang-tiang itu dibawa ke sini dari reruntuhan Efesus kuno. Dinding barat dihiasi dengan prasasti berukir dan bentuk geometris. Dindingnya dilapisi dengan marmer, sedangkan fasad di sisi yang tersisa terbuat dari batu yang dipotong.

8. House of Virgin Mary

Sebenarnya lokasi dari House of Virgin Mary atau Rumah Bunda Maria tidaklah berada di kawasan kota kuno Ephesus. Kita harus keluar dari kawasan wisata itu dan berkendara sekitar 7 km, tepatnya di gunung Nightingale, wilayah Bulbul dagi. Rumah Bunda Maria (Maryam) ini cocok untuk wisata rohani kristen/ katolik di Turki.

Rumah ini ditemukan pada abad ke 19 dan dianggap sebagai rumah terakhir bagi Bunda Maria/ Maryam dalam sebuah buku dari seorang biarawati. Meskipun tidak ada bukti yang secara kuat membenarkan hal tersebut, tetapi kepercayaan ini tetap terjaga terbukti dengan banyaknya peziarah yang datang termasuk beberapa tokoh Paus.

Bangunan ini merupakan sebuah gereja era Bizantium yang sampai sekarang masih berperan sebagai sebuah gereja. Setiap minggu tetap diadakan misa disana sebagai mana gereja umumnya. Misa khusus juga dilakukan yaitu di tanggal 15 Agustus setiap tahunnya. Pada tanggal ini dipercaya sebagai hari terangkatnya Bunda Maria ke Surga.

Kawasan wisata ini mematok tarif tiket sebesar 15 Lira bagi wisatawan. Kunjungan wisata sendiri bisa dilakukan sejak jam 8:00 sampai 19:00. Gereja ini sendiri bukanlah sebuah bangunan besar. Dibangun pada abad ke 6, strukturnya berupa bata ekspose. Memasuki bagian dalam, terdapat altar khusus Bunda Maria yang menarik mata karena patung Bunda Maria dengan berlatar tembok batanya. Tak hanya umat Kristiani, umat Islam pun boleh masuk dan berziarah. Namun sayangnya, tidak diizinkan mengambil gambar di bagian dalam ini. Untuk keluar dari bangunan, kita bisa menuruni anak tangga dan menuju ke sebuah sumber air. Air ini dipercaya memiliki manfaat untuk kesehatan sehingga banyak pula pengunjung yang mengambil dan menyimpannya di botol untuk dibawa pulang.

9. Sirince Village

Sirince (baca: shi ren jay) adalah desa mungil yang cantik di Turki, perpaduan keindahan alam dan budayanya. Dalam bahasa Yunani, kata “sirince” berarti nyaman atau cantik. Sirince adalah desa dengan 600 penduduk di Provinsi Izmir, Turki, yang terletak sekitar 8 kilometer timur kota Selcuk. Desa ini merupakan desa Orthodox yang cukup tua berjarak 12 km dari Ephesus dan 30 km dari Kusadasi. Meskipun Desa Sirince mengembangkan pariwisata dengan sangat cepat dan mampu mempertahankan keaslian dan arti namanya.

Sirince merupakan desa yang tersembunyi di balik pegunungan dan dikelilingi perkebunan yang membentang hijau. Daerah ini pada awalnya dihuni oleh orang Turki keturunan Yunani. Dulunya desa ini bernama “Cirkince” yang artinya “buruk rupa”. Nama yang sungguh kontras dengan keindahan desa tersebut. Penduduk desa pada masa itu sengaja memberi nama demikian supaya orang asing tidak datang berkunjung. Akan tetapi, seluruh penduduk Yunani keturunan Turki dimigrasikan ke Turki dan seluruh penduduk Turki keturunan Yunani dimigrasikan ke Yunani, setelah perang kemerdekaan Turki. Kisah tentang pertukaran penduduk inilah yang kemudian melatarbelakangi Dido Soutiriou menulis novel ‘’Farewell Anatolia’’. Dido menggambarkan desa itu sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi.

Jika ada pemandangan Bar dan toko yang menjual wine, salah satu jenis minuman beralkohol tepat berada di depan sebuah masjid dengan jarak beberapa belas meter saja, maka kita sudah berada di Sirince. Jalanan di Sirince hampir semuanya merupakan jalur setapak sempit yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Di sekitar tempat parkir bus-bus wisata, ada area bazaar kecil yang menjual aneka pakaian, buah kering, kerajinan tangan dan tentu saja wine. Dengan ramahnya para penjual akan mempersilahkan para wisatawan untuk mencicipi dagangan mereka. Tak ada keharusan membeli setelah mencicipi wine mereka secara gratis. Ternyata wine tidak hanya bisa dibuat dari anggur. Rupanya, wine bisa dibuat dari hampir semua jenis buah-buahan. Terbukti di Sirince, ada macam-macam jenis wine yang diperjual-belikan. Mulai wine dari buah strawberry, cherry, apricot, bahkan pisang.

Mengunjungi Sirince, maka akan terlihat kesederhanaan Turki. Penduduknya sangat ramah. Mereka akan menyapa dengan kata ‘’merhaba’’ yang dalam bahasa Indonesia berarti : hai/halo. Anda bisa berjalan menyusuri jalan berbatu ke bagian lebih dalam dari desa ini. Tampak di kiri dan kanan jalan berdiri rumah-rumah khas Yunani. Rumah-rumah itu, kini telah beralih fungsi menjadi toko atau kafe yang ramai dikunjungi turis. Suasana asri masih terasa, kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk. Susunan rumah-rumah tradisional di sini cukup rapi. Fasad bangunannya mengingatkan pada bangunan di Mediterania, bersusun-susun dengan bentuk yang seragam. Seluruh rumah di Sirince berwarna putih. Bentuk rumah ini sebenarnya sudah bertahan sejak era kekhalifahan Usmani dan masih dipertahankan hingga sekarang. Bahkan oleh pemerintah Turki, rumah-rumah tersebut, kini, benar-benar dijaga keasliannya karena menjadi daya tarik wisata.

Lorong-lorong di Sirince hanya selebar kurang lebih dua meter. Lorong tersebut hanya merupakan jalan dengan susunan batu alam yang seolah ditaruh sembarangan, tidak ditata dengan rapi. Terkadang bahkan dirambati tumbuhan liar. Setelah sepuluh menit berjalan di desa ini, pertama kali yang akan kita jumpai adalah Sirince Market. Di sini akan ditemukan barang-barang khas Sirince seperti minyak zaitun, sabun dan body lotion. Penduduk desa ini memang pandai mengolah minyak zaitun. Selain minyak zaitun, produk yang terkenal di sini adalah wine. Di Sirince Market, kita juga bisa membeli pernak pernik khas Turki seperti aksesoris yang berhias mata biru (nazar bocungu).

Selain Sirince Market, di desa ini juga akan menemukan Gereja St John the Baptist yang sekarang hanya menjadi objek wisata. Gereja yang dulunya menjadi tempat ibadah penduduk Sirince ini berarsitektur Yunani dengan mosaik yang sedikit tersisa. Pengunjung dapat masuk dengan bebas dan menikmati keindahan interiornya. Puas menjelajah, bisa mampir ke Say Artemis Restaurant. Dimana restoran dengan arsitektur khas Yunani dan menempati bangunan batu. Di restoran ini kita bisa masuk ke dalam untuk melihat-lihat interior bangunan dan juga memasuki ruang bawah tanahnya yang juga menjadi restoran. Restoran outdoor-nya menawarkan pemandangan indah ke lembah Sirince. Di restoran ini, kita juga bisa menikmati makan siang di bawah teras yang berhiaskan tumbuhan rambat dengan suasana sejuk.

Secara garis besar Sirince dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian bawah yang berisi rumah-rumah yang sudah dialihfungsikan menjadi toko, restoran, dan pension (penginapan kecil). Di bagian ini pula menjadi area yang paling ramai dari Sirince, di sini pula terdapat pasar tradisional yang menjual komoditas perkebunan dan juga buah tangan khas Sirince. Sementara, bagian kedua adalah bagian tengah, kawasan hunian. Rumah-rumah di sini biasanya dimiliki oleh penduduk asli Sirince yang berprofesi sebagai petani. Ciri khasnya pada kandang ternak, lumbung, dan traktor serta alat pertanian yang diletakkan di halaman. Kemudian bagian terakhir ada di bagian yang paling tinggi dari kontur desa ini. Rumah-rumah yang ada berukuran besar, sebagian ada paviliun, sebagian memiliki halaman dan kebun yang luas. Mungkin dulunya adalah rumah para pembesar atau rumah orang kaya. Semakin masuk ke dalam desa, pengunjung akan semakin menemui pemandangan yang berbeda-beda. Pengunjung akan serasa masuk ke labirin, suatu kali akan tiba-tiba bertemu jalan buntu atau beberapa saat kemudian bisa berjumpa pemandangan perbukitan yang membentang di sekitar Sirince.

Artemis Restaurant

Turki 2015 – Ephesus

Perjalanan kami sekeluarga ke Turki 12D bulan Mei 2015 menjadi istimewa karena beberapa hal. Pertama, kami berangkat dengan tim lengkap 6 orang termasuk besan dan mantu. Kedua, perjalanan ini satu-satunya yang perlu persiapan membaca referensi sebelumnya, karena akan banyak mengunjungi situs bersejarah. Ketiga perjalanan ini tidak menggunakan travel agent, tapi itenarary, transportasi dan akomodasi dikelola sendiri, tepat nya oleh putri kami Puti Karina Puar. Keempat, sangat terkesan dengan keindahan alam yang luar biasa serta puing-puing peninggalan sejarah yang mencengangkan seperti kita masuk negeri dongeng.

Ada beberapa alasan kenapa kami tidak menggunakan travel agent, tapi memilih mandiri, atau mengurus perjalanan sendiri.

  • Lebih fleksibel dalam pemilihan tempat yang ingin dikunjungi.
  • Lebih santai untuk pengaturan waktu, tidak perlu buru-buru di satu tempat, dan bisa langsung pergi jika tidak suka suatu tempat.
  • Bepergian antar kota bisa diatur naik pesawat sehingga mengurangi kelelahan transportasi darat.
  • Tidak perlu pergi ke ‘toko’ yang bekerja sama dengan agen tur.
  • Lebih menikmati privasi bersama keluarga.

Kami menggunakan jalur penerbangan international dari Jakarta ke Istanbul, kemudian penerbangan domestik dari Istanbul – Izmir – Kayseri – Istanbul. Berangkat Minggu, 24 Mei 2015 pukul 00:10 dari Bandara Soetta dengan Qatar Airways, transit beberapa jam di DOHA dan sampai di bandara Istanbul pukul 12:20. Kami tidak keluar bandara, karena pukul 16.40 sudah harus melanjutkan penerbangan lagi ke Izmir. Tiba di Izmir Airport sekitar pukul 17.50, kemudian naik taksi ke Tuncay Pension, Selcuk, tempat penginapan kami.

Empat malam di Selcuk cukup puas, siang harinya kami menyewa mobil van Mercedez yang nyaman, berkeliling ke City of Ephesus, Isa Bey Mosque, St John Basillica, Ephesus Museum, Sirince, Pamukkale, Priene, Miletus, dan Didyma. Kamis siang ke Izmir Airport untuk melanjutkan penerbangan ke Kayseri untuk berselancar di daerah Cappadocia yang mengesankan. Kami menginap di Walnut House Gorome selama 3 malam. Setelah selesai di Cappadocia, Minggu pagi kami terbang kembali ke Istanbul dan berselancar lagi another 4 malam. Kamis sore 4 Juni baru bertolak ke Istanbul Airport untuk kembali ke Indonesia.

Jalur penerbangan; Jakarta – Istanbul – Izmir – Kayseri – Istanbul – Jakarta

  1. Tuncay Pension, Selcuk

Belum pernah kami menulis khusus tempat menginap dalam catatan perjalanan, kecuali yang satu ini special, karena kami benar-benar terkesan menginap di sini. Hostelnya sangat homy dan pemiliknya Pak Cunaid (baca: Juned) sangat ramah dan helpful, kami menginap 4 malam dan merasakan suasana seperti di rumah sendiri. Pak Cunaid menemani kami ngobrol pada malam hari, terkadang kami diajak keliling kota Selcuk dan minum kopi di café luar. Hal yang tidak terlupakan, Pak Cunaid memberikan informasi tambahan yang sangat berharga bagi Itenerary kami selanjutnya, terima kasih Pak Cunaid. Hostel ini sangat recommended….

Ini link hostel https://www.booking.com/hotel/tr/tuncaypension.en-gb.html

Tuncay Pension
Putra kami Zaki bersama keponakan pemilik hostel
Mobil Mercedez Van yang membawa kami keliling di provinsi Izmir
  • City of Ephesus

Ephesus merupakan reruntuhan dari sebuah kota kuno, awalnya kota Yunani kuno, namun kemudian direbut dan mengalami kejayaannya pada masa kerajaan Romawi. Oleh karena itu tidak salah kalau Ephesus dikatakan perpaduan peninggalan peradaban Yunani dan Romawi sekaligus. Meskipun reruntuhan, namun keindahan nya masih tampak membekas. Kita bisa membayangkan bagaimana kemegahan kota ini pada masa kejayaan bangsa Romawi dulu, bagaimana masyarakatnya dan apa saja fungsi dari setiap bangunan yang berada di kompleks ini. Imajinasi kami kemudian dilengkapi setelah menonton film rekonstruksi Ephesus di museum Ephesus di kota Selcuk.

Pada satu titik selama periode Romawi, Ephesus adalah salah satu kota terbesar di dunia Mediterania dengan populasi sekitar 250,000 di abad pertama SM.  Sebelum menjadi kota yang dikenal seperti sekarang ini, Ephesus merupakan kota yang sangat berkembang karena perdagangannya. Kota ini pun sangat kaya dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Konon banyak hal terjadi di Ephesus yang pernah menjadi sebuah kota raksasa. Kota Ephesus terkenal dengan kuil yang merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia.

Ilustrasi Ephesus Zaman Dahulu

Video Rekonstruksi Ephesus https://www.youtube.com/watch?v=XohYsFJOBLs&t=201s

Kami berjalan menyusuri setiap sudut reruntuhan di mana terdapat beberapa pilar yang berdiri kokoh serta onggokan batu berserakan dan membayangkan seperti berjalan layaknya di sebuah film kolosal bertemakan sejarah Romawi. Suasana jalan-jalan ini pada zamannya, seperti dalam gambaran film. Jika berkunjung ke sana, kita akan melihat reruntuhan kota namun sarat akan nilai sejarah dan keindahan arsitektur. Walaupun sudah lama dibangun, tapi masih dapat disaksikan betapa kokoh dan berseni tinggi arsitektur pada masa itu. Banyak sekali fakta misterius dan menarik dari Ephesus. Sejak jaman Romawi kuno mereka sudah mengetahui bahwa dunia itu bulat sekitar abad 1 sebelum masehi, hal ini terlihat lingkaran yang berada di bawah kaki patung Raja Trajan.

Sekitar 650 tahun sebelum masehi, Ephesus pernah diserang oleh Cimmerians (masyarakat Indo-Eropa kuno yang mendiami sisi utara Caucacus) yang menjarah Ephesus sampai menghabiskan isi dari kuil dewi Artemis. 560 tahun sebelum masehi, kota Ephesus kembali ditaklukkan oleh Lidia dan berada di bawah pemerintahan raja Croesus, yang memerintah dengan kasar tetapi beliau ikut menyumbang dalam pembangunan kembali kuil dewi Artemis, dan pada waktu yang bersamaan, raja Croesus mengumpulkan penduduk Ephesus yang tersebar menjadi satu dan membangun kota Ephesus.

Ephesus berkembang semakin makmur, tetapi pada saat kota Ephesus tertekan oleh pajak yang memberatkan mereka di 498 tahun sebelum masehi, Ephesus ikut memberontak bersama dengan persatuan pemberontak di Asia kecil melawan kekuasaan Persia. Mereka disebut sebagai lonians, dan tidak lama kemudian, Athena dan Sparta ikut dalam penyerangan mereka melawan Persia di 497 tahun sebelum masehi. Tetapi perang dan penjajahan tidak banyak memberi efek pada kehidupan warga Ephesus, kehidupan di Ephesus malah semakin maju dan warga Ephesus menjadi salah satu kehidupan manusia yang lebih dulu menghargai wanita setelah suku Amazon.

334 tahun sebelum Masehi, ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, kota-kota yang direbut Persia (Asia kecil dan Yunani) dibebaskan dan keluarga kerajaan dirajam sampai mati. Alexander Agung disambut hangat ketika memasuki kota Ephesus dan berniat membiayai pembangunan kuil Artemis yang belum selesai-selesai, tetapi warga Ephesus keberatan akan hal itu. Setelah Alexander Agung mati di 323 tahun sebelum masehi, di 290 tahun sebelum masehi, Ephesus dikuasai oleh Alexander Lysimachus. Ephesus memberontak setelah kematian Agathocles, memberikan raja Helenistik Suriah dan Mesopotamia Seleukus I Nicator kesempatan untuk menghapus dan membunuh Lysimachus, saingan terakhirnya, pada Pertempuran Corupedium di 281 SM. Jadi, Ephesus menjadi bagian dari Kekaisaran Seleukus.

Setelah pembunuhan Raja Antiochus II Theos dan istri nya Mesir, Firaun Ptolemy III menginvasi Kekaisaran Seleukus dan armada Mesir menyapu pantai Asia Kecil. Ephesus berada di bawah kekuasaan Mesir antara 263-197 SM. Ketika Seleukus Antiokhus III Raja Agung mencoba untuk mendapatkan kembali kota-kota Yunani di Asia Kecil, dia datang dalam konflik dengan Roma. Setelah serangkaian pertempuran, dia dikalahkan oleh Asiaticus Scipio pada Pertempuran Magnesia di 190 SM. Akibatnya, Ephesus berada di bawah kekuasaan raja Attalid dari Pergamon Eumenes II (197-133 SM).

Di sekitar 88 tahun sebelum masehi, Ephesus menjadi salah satu kota di Republik Romawi, pajak semakin meningkat dan tekanan hidup warga Ephesus menjadi semakin berat, Ephesus menyambut kedatangan Archealus, jendral dari raja Pontus yang diharapkan membawa perubahan, dan hal ini mengakibatkan pembantaian 80.000 warga Roma di daerah Asia dan setiap orang yang diketahui memakai aksen Latin. Pada 27 tahun sebelum masehi, ketika kaisar Augustus memerintah, dia membuat Ephesus menjadi ibukota menggantikan Pergamus.

Pad era kekaisaran Romawi Timur, Kaisar Constantine 1 membangun Ephesus dan mendirikan pemandian umum yang megah. Ephesus tetap menjadi kota penting pada era Byzantine, hal ini didukung pula dengan adanya pelabuhan di Ephesus yang menjadi pusat perdagangan. Ephesus ditaklukkan pada masa Perang Salib dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Ottoman pada tahun 1390. Di dalam kompleks Ephesus terdapat beberapa bangunan di antaranya Perpustakaan Celcus, Grand Theater, Bath of Varius, State Agora, Temple of Artemis, Temple of Hadrian, Temple of Domitian, Memmius Monument, Hercules Gate. Selain itu, di atas sebuah bukit terdapat House of Virgin Mary yang dipercaya sebagai tempat Bunda Maria menghabiskan hari-hari terakhirnya.

Spot yang dikunjungi

Celsus Library

Perpustakaan Celcus merupakan objek tempat utama dari Ephesus. Perpustakaan Roman Celsus dulunya merupakan perpustakaan terbesar ketiga dengan kapasitas 12.000 gulungan (bentuk buku zaman dahulu berupa gulungan). Perpustakaan ini didedikasikan kepada seorang senator Romawi saat itu, yakni Tiberius Julius Celsus Polemaeanus. Celsus dimakamkan di bawah perpustakaan. Kemudian terkenal dengan Perpustakaan Roman Celsus. Uniknya, walau kondisinya sudah reruntuhan namun pilar depannya masih terlihat. Ornamen patung dewa-dewi menghiasi beberapa dinding bagian luar, sementara bagian dalamnya yang merupakan tempat menyimpan koleksi buku-buku hanya tersisa ruang kosong.

Celcus Library tampak begitu megah meskipun sudah berupa reruntuhan:

Grand Theater

Di dalam kompleks Ephesus terdapat Grand Theater yang merupakan amphitheater terbesar dan paling mengesankan. Grand Theater terletak di punggung sebuah bukit, berbentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk layaknya stadion dan di bagian tengahnya terdapat sebuah tempat panggung pementasan. Dari kejauhan mungkin tidak terasa betapa megahnya teater itu, tetapi begitu kita melangkah ke atas teater dan melihat ke bawah, akan terlihat betapa besarnya Grand Theater ini. Entah bagaimana gegap gempitanya suasana di Grand Theatre pada masa itu, karena saat ini saja kemegahannya masih terasa.

Grand Theater dibangun pada periode Helenistik namun sering direnovasi beberapa kali di periode Romawi, merupakan teater terbesar di Asia Kecil dengan kapasitas 24.000 kursi dan 1000 tempat berdiri. Selain tempat pertunjukan seni dan pementasan drama, teater ini juga merupakan balai pertemuan serta adu gladiator dengan binatang khas dinasti Romawi. Para gladiator di masa itu sebenarnya adalah para budak yang pekerjaannya bertarung atau dipaksa bertarung oleh raja/ pemiliknya untuk menunjukkan kekuatan kerajaan yang dipimpin dan kekuatan panglimanya. Budak pada zaman itu bisa membayar dirinya untuk bebas dengan bertarung dengan binatang buas.

Grand Theater Ephesus:

State Agora

Dulunya, Agora ini merupakan pasar yang memiliki atap dibagian atasnya, tetapi kini yang bisa dilihat hanya tiang-tiangnya saja. Saat perjalanan menuju ke Agora kita bisa berjalan di jalan marmer yang berada tepat di sebelah lahan luas dengan puing-puing tiang dan hamparan sisa bangunan lainnya. Area itu adalah bekas pasar alias Agora. Hamparan puing ini juga tak kalah eksotisnya untuk dijadikan lokasi berfoto. Apalagi ciri khas tanah gersang saat musim panas menjadi pelengkap kesan kuno Romawi bagi latar dari Agora ini. Sebenarnya selain Agora di sisi ini, ada juga pasar lainnya yang disebut Civic Agora. Kondisinya juga hampir sama dengan Agora yang satu ini. Didekatnya ada sebuah batu seperti prasasti yang kabarnya merupakan makam dari Arsinoe IV, saudara tiri dari Cleopatra VII. Monumen berbentuk persegi delapan ini diusulkan menjadi makam Arsinoe setelah dilakukan penelitian disana sekitar tahun 1990.

Gambar rekonstruksi State Agora
State Agora

Terraces House 

Terraces House adalah villa atau rumah tinggal mewah kaum elit Romawi zaman itu. Seperti namanya, bangunan ini terdiri atas tingkatan atau berteras. Setidaknya ada tiga tingkatan rumah ini di mana lantai pertama terdiri atas ruang tamu dan ruang makan. Lantai kedua merupakan kamar tidur dan kamar tamu, sedangkan lantai teratas sudah runtuh. Terdapat mosaik dan lukisan dinding yang ditemukan di dalam rumah yang mulai dilakukan penggalian tahun 1960. Lukisan dan mosaik yang sudah mulai mengelupas ini tetap bisa menggambarkan kemegahan rumah ini dahulunya. Dan untuk menjaga kondisi bahan bangunan agar tidak rusak, sekarang sudah dipasang rangka atap di kawasan ini. Pendingin ruangan khusus juga diberikan untuk menjaga kondisi ini. Tetapi untuk masuk ke Terrace House, ada biaya khusus selain tiket utama masuk ke Ephesus. Biaya tiketnya yaitu sebesar 15 Lira.

Varius Bath

Varius Bath adalah kompleks pemandian umum yang dibangun pada zaman Helenistik sekitar abad ke 2 Masehi. Dulunya kompleks pemandian ini terbilang sangat lengkap termasuk tersedianya ruang mewah untuk bangsawan. Bahan pembangunannya juga menggunakan bahan terbaik dari batuan alami. Dalam sejarahnya, Varius Bath sempat mengalami beberapa kali perubahan. Namun sekarang, kondisi pemandian ini hanya berupa sedikit bagian reruntuhan. Hampir tidak ada struktur yang bisa menggambarkan secara utuh bagaimana pemandian ini dulunya. Di dekat area Varius Bath ini ada bekas taman air mancur yang dikenal dengan nama Nymphaeum. Aliran airnya berasal dari saluran lembah Sungai Caster yang berjarak 40 km.

Heracles Gate

Heracles Gate alias Gerbang Herkules berada tepat di ujung Curetes Street. Gerbang Herkules bukanlah sebuah gerbang besar melainkan hanya dua tiang batu di kanan dan kiri layaknya gerbang. Dinamai Herkules sendiri karena ada patung atau relief Herkules di bagiannya. Nampaknya dulu gerbang ini sebenarnya berukuran cukup besar dan megah. Yang ada saat ini tentunya hanya sisa reruntuhannya saja. Di sekitar dua pilar gerbang ini juga bertebaran sisa-sisa pilar lainnya yang menjadikan nuansanya benar-benar bak kota kuno yang hancur.

Temple of Domithian

Temple of Domithian berada di ujung selatan Domitianus Street, kuil ini dibangun di area seluas 50 x 100 meter. Dinamakan Domitian karena kuil ini dibangun oleh Kaisar Domitian dan agar orang-orang memuja dirinya sendiri pula. Kaisar ini memang dianggap memiliki sifat Megalomania berlebihan, yaitu mengganggap dirinya adalah dewa. Dia mendirikan Kuil untuk dirinya sendiri dan meminta rakyat Romawi untuk menyembahnya. Meskipun memang kondisi reruntuhannya sangat besar, sisa-sisa pilar dan reruntuhan yang tersebar disana terbilang cukup bisa menggambarkan bagaimana sebenarnya besar dan megahnya kuil ini. Konon, pada masa pemerintahan Kaisar Domitian, Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos sehingga para ahli memperkirakan kalau kemungkinan Yohanes diasingkan karena tidak mau menyembah Kaisar.

Odeon

Hampir mirip dengan Grand Theatre, Odeon juga berupa teater terbuka namun berukuran lebih kecil. Fungsinya lebih terkhusus untuk pertemuan para wakil rakyat atau disebut bouleuterion serta sebagai aula untuk pertunjukan berbagai hal seperti konser musik, nyanyian, sampai lomba puisi, dan lainnya. Dibangun di abad ke 2 Masehi, kapasitas dari Odeon ini ialah sebanyak 1.500 penonton. Menariknya di bagian belakang panggung atau yang berhadapan langsung dengan penonton, terhampar luas perbukitan dengan rumput dan pepohonan sehingga terbayang bagaimana menariknya teater ini ketika dilihat saat ada pertunjukan.

Temple of Hadrian

Temple of Hadrian / Kuil Hadrian adalah salah satu bangunan di Ephesus yang paling terawat dan indah dan terletak di sepanjang Jalan Curetes yang didedikasikan untuk Kaisar Hadrian. Kuil ini menjadi gambar di mata uang Turki, uang kertas 20 lira tahun 2005-2009. Dibangun pada awal abad ke-2 Masehi oleh P. Quintilius untuk merayakan kedatangan Hadrianus saat mengunjungi kota tersebut dari Athena. Kaisar Hadrian dianggap salah satu dari Lima Kaisar terbaik. Dan direkonstruksi pada abad ke-4 oleh Theodosius untuk menghormati ayahnya (Jendral Theodosius). Kuil itu terdiri dari sebuah bangunan terluar (façade) dengan empat susun kolom Korintus di bawah pohon pedimen segitiga yang di tengahnya terdapat lengkungan dan patung dewi kota Efesus, Tyche (dewi kemenangan), ditempatkan di tengah lengkungan.

Nama “Temple of Hadrian” kurang tepat. Hal ini dikarenakan dari strukturnya sendiri lebih condong ke monumen daripada sebuah kuil, dan pembangunan ini juga didedikasikan untuk dewi Artemis dan orang-orang Efesus. Bagian depan kuil inilah yang menjadikannya salah satu bangunan paling elegan di kota. Di depan kuil pernah ada patung tembaga kaisar Diokletian, Maximian, Konstantius I, dan Galerius (yang memerintah Kekaisaran selama tahun 293-305). Pilar-pilar untuk patung-patung itu tetap ada, namun patung-patung aslinya belum ditemukan. Ada juga teras dan cella kecil di belakangnya. Relief Kuil Hadrian yang menggambarkan dasar kota dan keluarga Theodoius serta beberapa dewa, saat ini dipajang di Museum Selcuk. Bagian utama kuil disebut Nao. Ini adalah sebuah ruangan kecil yang terbuat dari batu-batu kecil dan pintu masuk yang besar. Balok pintu ini didekorasi dengan gaya elegan dengan gambar mutiara dan telur. Kuil Hadrian baru saja direnovasi. Patung dan friezes telah diganti dengan replika aslinya. Dokumen asli telah dipindahkan dan saat ini dipamerkan di Museum Ephesus.

Kuil Hadrian / Temple of Hadrian