Turki 2015 – Ephesus

Perjalanan kami sekeluarga ke Turki 12D bulan Mei 2015 menjadi istimewa karena beberapa hal. Pertama, kami berangkat dengan tim lengkap 6 orang termasuk besan dan mantu. Kedua, perjalanan ini satu-satunya yang perlu persiapan membaca referensi sebelumnya, karena akan banyak mengunjungi situs bersejarah. Ketiga perjalanan ini tidak menggunakan travel agent, tapi itenarary, transportasi dan akomodasi dikelola sendiri, tepat nya oleh putri kami Puti Karina Puar. Keempat, sangat terkesan dengan keindahan alam yang luar biasa serta puing-puing peninggalan sejarah yang mencengangkan seperti kita masuk negeri dongeng.

Ada beberapa alasan kenapa kami tidak menggunakan travel agent, tapi memilih mandiri, atau mengurus perjalanan sendiri.

  • Lebih fleksibel dalam pemilihan tempat yang ingin dikunjungi.
  • Lebih santai untuk pengaturan waktu, tidak perlu buru-buru di satu tempat, dan bisa langsung pergi jika tidak suka suatu tempat.
  • Bepergian antar kota bisa diatur naik pesawat sehingga mengurangi kelelahan transportasi darat.
  • Tidak perlu pergi ke ‘toko’ yang bekerja sama dengan agen tur.
  • Lebih menikmati privasi bersama keluarga.

Kami menggunakan jalur penerbangan international dari Jakarta ke Istanbul, kemudian penerbangan domestik dari Istanbul – Izmir – Kayseri – Istanbul. Berangkat Minggu, 24 Mei 2015 pukul 00:10 dari Bandara Soetta dengan Qatar Airways, transit beberapa jam di DOHA dan sampai di bandara Istanbul pukul 12:20. Kami tidak keluar bandara, karena pukul 16.40 sudah harus melanjutkan penerbangan lagi ke Izmir. Tiba di Izmir Airport sekitar pukul 17.50, kemudian naik taksi ke Tuncay Pension, Selcuk, tempat penginapan kami.

Empat malam di Selcuk cukup puas, siang harinya kami menyewa mobil van Mercedez yang nyaman, berkeliling ke City of Ephesus, Isa Bey Mosque, St John Basillica, Ephesus Museum, Sirince, Pamukkale, Priene, Miletus, dan Didyma. Kamis siang ke Izmir Airport untuk melanjutkan penerbangan ke Kayseri untuk berselancar di daerah Cappadocia yang mengesankan. Kami menginap di Walnut House Gorome selama 3 malam. Setelah selesai di Cappadocia, Minggu pagi kami terbang kembali ke Istanbul dan berselancar lagi another 4 malam. Kamis sore 4 Juni baru bertolak ke Istanbul Airport untuk kembali ke Indonesia.

Jalur penerbangan; Jakarta – Istanbul – Izmir – Kayseri – Istanbul – Jakarta

  1. Tuncay Pension, Selcuk

Belum pernah kami menulis khusus tempat menginap dalam catatan perjalanan, kecuali yang satu ini special, karena kami benar-benar terkesan menginap di sini. Hostelnya sangat homy dan pemiliknya Pak Cunaid (baca: Juned) sangat ramah dan helpful, kami menginap 4 malam dan merasakan suasana seperti di rumah sendiri. Pak Cunaid menemani kami ngobrol pada malam hari, terkadang kami diajak keliling kota Selcuk dan minum kopi di café luar. Hal yang tidak terlupakan, Pak Cunaid memberikan informasi tambahan yang sangat berharga bagi Itenerary kami selanjutnya, terima kasih Pak Cunaid. Hostel ini sangat recommended….

Ini link hostel https://www.booking.com/hotel/tr/tuncaypension.en-gb.html

Tuncay Pension
Putra kami Zaki bersama keponakan pemilik hostel
Mobil Mercedez Van yang membawa kami keliling di provinsi Izmir
  • City of Ephesus

Ephesus merupakan reruntuhan dari sebuah kota kuno, awalnya kota Yunani kuno, namun kemudian direbut dan mengalami kejayaannya pada masa kerajaan Romawi. Oleh karena itu tidak salah kalau Ephesus dikatakan perpaduan peninggalan peradaban Yunani dan Romawi sekaligus. Meskipun reruntuhan, namun keindahan nya masih tampak membekas. Kita bisa membayangkan bagaimana kemegahan kota ini pada masa kejayaan bangsa Romawi dulu, bagaimana masyarakatnya dan apa saja fungsi dari setiap bangunan yang berada di kompleks ini. Imajinasi kami kemudian dilengkapi setelah menonton film rekonstruksi Ephesus di museum Ephesus di kota Selcuk.

Pada satu titik selama periode Romawi, Ephesus adalah salah satu kota terbesar di dunia Mediterania dengan populasi sekitar 250,000 di abad pertama SM.  Sebelum menjadi kota yang dikenal seperti sekarang ini, Ephesus merupakan kota yang sangat berkembang karena perdagangannya. Kota ini pun sangat kaya dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Konon banyak hal terjadi di Ephesus yang pernah menjadi sebuah kota raksasa. Kota Ephesus terkenal dengan kuil yang merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia.

Ilustrasi Ephesus Zaman Dahulu

Video Rekonstruksi Ephesus https://www.youtube.com/watch?v=XohYsFJOBLs&t=201s

Kami berjalan menyusuri setiap sudut reruntuhan di mana terdapat beberapa pilar yang berdiri kokoh serta onggokan batu berserakan dan membayangkan seperti berjalan layaknya di sebuah film kolosal bertemakan sejarah Romawi. Suasana jalan-jalan ini pada zamannya, seperti dalam gambaran film. Jika berkunjung ke sana, kita akan melihat reruntuhan kota namun sarat akan nilai sejarah dan keindahan arsitektur. Walaupun sudah lama dibangun, tapi masih dapat disaksikan betapa kokoh dan berseni tinggi arsitektur pada masa itu. Banyak sekali fakta misterius dan menarik dari Ephesus. Sejak jaman Romawi kuno mereka sudah mengetahui bahwa dunia itu bulat sekitar abad 1 sebelum masehi, hal ini terlihat lingkaran yang berada di bawah kaki patung Raja Trajan.

Sekitar 650 tahun sebelum masehi, Ephesus pernah diserang oleh Cimmerians (masyarakat Indo-Eropa kuno yang mendiami sisi utara Caucacus) yang menjarah Ephesus sampai menghabiskan isi dari kuil dewi Artemis. 560 tahun sebelum masehi, kota Ephesus kembali ditaklukkan oleh Lidia dan berada di bawah pemerintahan raja Croesus, yang memerintah dengan kasar tetapi beliau ikut menyumbang dalam pembangunan kembali kuil dewi Artemis, dan pada waktu yang bersamaan, raja Croesus mengumpulkan penduduk Ephesus yang tersebar menjadi satu dan membangun kota Ephesus.

Ephesus berkembang semakin makmur, tetapi pada saat kota Ephesus tertekan oleh pajak yang memberatkan mereka di 498 tahun sebelum masehi, Ephesus ikut memberontak bersama dengan persatuan pemberontak di Asia kecil melawan kekuasaan Persia. Mereka disebut sebagai lonians, dan tidak lama kemudian, Athena dan Sparta ikut dalam penyerangan mereka melawan Persia di 497 tahun sebelum masehi. Tetapi perang dan penjajahan tidak banyak memberi efek pada kehidupan warga Ephesus, kehidupan di Ephesus malah semakin maju dan warga Ephesus menjadi salah satu kehidupan manusia yang lebih dulu menghargai wanita setelah suku Amazon.

334 tahun sebelum Masehi, ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, kota-kota yang direbut Persia (Asia kecil dan Yunani) dibebaskan dan keluarga kerajaan dirajam sampai mati. Alexander Agung disambut hangat ketika memasuki kota Ephesus dan berniat membiayai pembangunan kuil Artemis yang belum selesai-selesai, tetapi warga Ephesus keberatan akan hal itu. Setelah Alexander Agung mati di 323 tahun sebelum masehi, di 290 tahun sebelum masehi, Ephesus dikuasai oleh Alexander Lysimachus. Ephesus memberontak setelah kematian Agathocles, memberikan raja Helenistik Suriah dan Mesopotamia Seleukus I Nicator kesempatan untuk menghapus dan membunuh Lysimachus, saingan terakhirnya, pada Pertempuran Corupedium di 281 SM. Jadi, Ephesus menjadi bagian dari Kekaisaran Seleukus.

Setelah pembunuhan Raja Antiochus II Theos dan istri nya Mesir, Firaun Ptolemy III menginvasi Kekaisaran Seleukus dan armada Mesir menyapu pantai Asia Kecil. Ephesus berada di bawah kekuasaan Mesir antara 263-197 SM. Ketika Seleukus Antiokhus III Raja Agung mencoba untuk mendapatkan kembali kota-kota Yunani di Asia Kecil, dia datang dalam konflik dengan Roma. Setelah serangkaian pertempuran, dia dikalahkan oleh Asiaticus Scipio pada Pertempuran Magnesia di 190 SM. Akibatnya, Ephesus berada di bawah kekuasaan raja Attalid dari Pergamon Eumenes II (197-133 SM).

Di sekitar 88 tahun sebelum masehi, Ephesus menjadi salah satu kota di Republik Romawi, pajak semakin meningkat dan tekanan hidup warga Ephesus menjadi semakin berat, Ephesus menyambut kedatangan Archealus, jendral dari raja Pontus yang diharapkan membawa perubahan, dan hal ini mengakibatkan pembantaian 80.000 warga Roma di daerah Asia dan setiap orang yang diketahui memakai aksen Latin. Pada 27 tahun sebelum masehi, ketika kaisar Augustus memerintah, dia membuat Ephesus menjadi ibukota menggantikan Pergamus.

Pad era kekaisaran Romawi Timur, Kaisar Constantine 1 membangun Ephesus dan mendirikan pemandian umum yang megah. Ephesus tetap menjadi kota penting pada era Byzantine, hal ini didukung pula dengan adanya pelabuhan di Ephesus yang menjadi pusat perdagangan. Ephesus ditaklukkan pada masa Perang Salib dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Ottoman pada tahun 1390. Di dalam kompleks Ephesus terdapat beberapa bangunan di antaranya Perpustakaan Celcus, Grand Theater, Bath of Varius, State Agora, Temple of Artemis, Temple of Hadrian, Temple of Domitian, Memmius Monument, Hercules Gate. Selain itu, di atas sebuah bukit terdapat House of Virgin Mary yang dipercaya sebagai tempat Bunda Maria menghabiskan hari-hari terakhirnya.

Spot yang dikunjungi

Celsus Library

Perpustakaan Celcus merupakan objek tempat utama dari Ephesus. Perpustakaan Roman Celsus dulunya merupakan perpustakaan terbesar ketiga dengan kapasitas 12.000 gulungan (bentuk buku zaman dahulu berupa gulungan). Perpustakaan ini didedikasikan kepada seorang senator Romawi saat itu, yakni Tiberius Julius Celsus Polemaeanus. Celsus dimakamkan di bawah perpustakaan. Kemudian terkenal dengan Perpustakaan Roman Celsus. Uniknya, walau kondisinya sudah reruntuhan namun pilar depannya masih terlihat. Ornamen patung dewa-dewi menghiasi beberapa dinding bagian luar, sementara bagian dalamnya yang merupakan tempat menyimpan koleksi buku-buku hanya tersisa ruang kosong.

Celcus Library tampak begitu megah meskipun sudah berupa reruntuhan:

Grand Theater

Di dalam kompleks Ephesus terdapat Grand Theater yang merupakan amphitheater terbesar dan paling mengesankan. Grand Theater terletak di punggung sebuah bukit, berbentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk layaknya stadion dan di bagian tengahnya terdapat sebuah tempat panggung pementasan. Dari kejauhan mungkin tidak terasa betapa megahnya teater itu, tetapi begitu kita melangkah ke atas teater dan melihat ke bawah, akan terlihat betapa besarnya Grand Theater ini. Entah bagaimana gegap gempitanya suasana di Grand Theatre pada masa itu, karena saat ini saja kemegahannya masih terasa.

Grand Theater dibangun pada periode Helenistik namun sering direnovasi beberapa kali di periode Romawi, merupakan teater terbesar di Asia Kecil dengan kapasitas 24.000 kursi dan 1000 tempat berdiri. Selain tempat pertunjukan seni dan pementasan drama, teater ini juga merupakan balai pertemuan serta adu gladiator dengan binatang khas dinasti Romawi. Para gladiator di masa itu sebenarnya adalah para budak yang pekerjaannya bertarung atau dipaksa bertarung oleh raja/ pemiliknya untuk menunjukkan kekuatan kerajaan yang dipimpin dan kekuatan panglimanya. Budak pada zaman itu bisa membayar dirinya untuk bebas dengan bertarung dengan binatang buas.

Grand Theater Ephesus:

State Agora

Dulunya, Agora ini merupakan pasar yang memiliki atap dibagian atasnya, tetapi kini yang bisa dilihat hanya tiang-tiangnya saja. Saat perjalanan menuju ke Agora kita bisa berjalan di jalan marmer yang berada tepat di sebelah lahan luas dengan puing-puing tiang dan hamparan sisa bangunan lainnya. Area itu adalah bekas pasar alias Agora. Hamparan puing ini juga tak kalah eksotisnya untuk dijadikan lokasi berfoto. Apalagi ciri khas tanah gersang saat musim panas menjadi pelengkap kesan kuno Romawi bagi latar dari Agora ini. Sebenarnya selain Agora di sisi ini, ada juga pasar lainnya yang disebut Civic Agora. Kondisinya juga hampir sama dengan Agora yang satu ini. Didekatnya ada sebuah batu seperti prasasti yang kabarnya merupakan makam dari Arsinoe IV, saudara tiri dari Cleopatra VII. Monumen berbentuk persegi delapan ini diusulkan menjadi makam Arsinoe setelah dilakukan penelitian disana sekitar tahun 1990.

Gambar rekonstruksi State Agora
State Agora

Terraces House 

Terraces House adalah villa atau rumah tinggal mewah kaum elit Romawi zaman itu. Seperti namanya, bangunan ini terdiri atas tingkatan atau berteras. Setidaknya ada tiga tingkatan rumah ini di mana lantai pertama terdiri atas ruang tamu dan ruang makan. Lantai kedua merupakan kamar tidur dan kamar tamu, sedangkan lantai teratas sudah runtuh. Terdapat mosaik dan lukisan dinding yang ditemukan di dalam rumah yang mulai dilakukan penggalian tahun 1960. Lukisan dan mosaik yang sudah mulai mengelupas ini tetap bisa menggambarkan kemegahan rumah ini dahulunya. Dan untuk menjaga kondisi bahan bangunan agar tidak rusak, sekarang sudah dipasang rangka atap di kawasan ini. Pendingin ruangan khusus juga diberikan untuk menjaga kondisi ini. Tetapi untuk masuk ke Terrace House, ada biaya khusus selain tiket utama masuk ke Ephesus. Biaya tiketnya yaitu sebesar 15 Lira.

Varius Bath

Varius Bath adalah kompleks pemandian umum yang dibangun pada zaman Helenistik sekitar abad ke 2 Masehi. Dulunya kompleks pemandian ini terbilang sangat lengkap termasuk tersedianya ruang mewah untuk bangsawan. Bahan pembangunannya juga menggunakan bahan terbaik dari batuan alami. Dalam sejarahnya, Varius Bath sempat mengalami beberapa kali perubahan. Namun sekarang, kondisi pemandian ini hanya berupa sedikit bagian reruntuhan. Hampir tidak ada struktur yang bisa menggambarkan secara utuh bagaimana pemandian ini dulunya. Di dekat area Varius Bath ini ada bekas taman air mancur yang dikenal dengan nama Nymphaeum. Aliran airnya berasal dari saluran lembah Sungai Caster yang berjarak 40 km.

Heracles Gate

Heracles Gate alias Gerbang Herkules berada tepat di ujung Curetes Street. Gerbang Herkules bukanlah sebuah gerbang besar melainkan hanya dua tiang batu di kanan dan kiri layaknya gerbang. Dinamai Herkules sendiri karena ada patung atau relief Herkules di bagiannya. Nampaknya dulu gerbang ini sebenarnya berukuran cukup besar dan megah. Yang ada saat ini tentunya hanya sisa reruntuhannya saja. Di sekitar dua pilar gerbang ini juga bertebaran sisa-sisa pilar lainnya yang menjadikan nuansanya benar-benar bak kota kuno yang hancur.

Temple of Domithian

Temple of Domithian berada di ujung selatan Domitianus Street, kuil ini dibangun di area seluas 50 x 100 meter. Dinamakan Domitian karena kuil ini dibangun oleh Kaisar Domitian dan agar orang-orang memuja dirinya sendiri pula. Kaisar ini memang dianggap memiliki sifat Megalomania berlebihan, yaitu mengganggap dirinya adalah dewa. Dia mendirikan Kuil untuk dirinya sendiri dan meminta rakyat Romawi untuk menyembahnya. Meskipun memang kondisi reruntuhannya sangat besar, sisa-sisa pilar dan reruntuhan yang tersebar disana terbilang cukup bisa menggambarkan bagaimana sebenarnya besar dan megahnya kuil ini. Konon, pada masa pemerintahan Kaisar Domitian, Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos sehingga para ahli memperkirakan kalau kemungkinan Yohanes diasingkan karena tidak mau menyembah Kaisar.

Odeon

Hampir mirip dengan Grand Theatre, Odeon juga berupa teater terbuka namun berukuran lebih kecil. Fungsinya lebih terkhusus untuk pertemuan para wakil rakyat atau disebut bouleuterion serta sebagai aula untuk pertunjukan berbagai hal seperti konser musik, nyanyian, sampai lomba puisi, dan lainnya. Dibangun di abad ke 2 Masehi, kapasitas dari Odeon ini ialah sebanyak 1.500 penonton. Menariknya di bagian belakang panggung atau yang berhadapan langsung dengan penonton, terhampar luas perbukitan dengan rumput dan pepohonan sehingga terbayang bagaimana menariknya teater ini ketika dilihat saat ada pertunjukan.

Temple of Hadrian

Temple of Hadrian / Kuil Hadrian adalah salah satu bangunan di Ephesus yang paling terawat dan indah dan terletak di sepanjang Jalan Curetes yang didedikasikan untuk Kaisar Hadrian. Kuil ini menjadi gambar di mata uang Turki, uang kertas 20 lira tahun 2005-2009. Dibangun pada awal abad ke-2 Masehi oleh P. Quintilius untuk merayakan kedatangan Hadrianus saat mengunjungi kota tersebut dari Athena. Kaisar Hadrian dianggap salah satu dari Lima Kaisar terbaik. Dan direkonstruksi pada abad ke-4 oleh Theodosius untuk menghormati ayahnya (Jendral Theodosius). Kuil itu terdiri dari sebuah bangunan terluar (façade) dengan empat susun kolom Korintus di bawah pohon pedimen segitiga yang di tengahnya terdapat lengkungan dan patung dewi kota Efesus, Tyche (dewi kemenangan), ditempatkan di tengah lengkungan.

Nama “Temple of Hadrian” kurang tepat. Hal ini dikarenakan dari strukturnya sendiri lebih condong ke monumen daripada sebuah kuil, dan pembangunan ini juga didedikasikan untuk dewi Artemis dan orang-orang Efesus. Bagian depan kuil inilah yang menjadikannya salah satu bangunan paling elegan di kota. Di depan kuil pernah ada patung tembaga kaisar Diokletian, Maximian, Konstantius I, dan Galerius (yang memerintah Kekaisaran selama tahun 293-305). Pilar-pilar untuk patung-patung itu tetap ada, namun patung-patung aslinya belum ditemukan. Ada juga teras dan cella kecil di belakangnya. Relief Kuil Hadrian yang menggambarkan dasar kota dan keluarga Theodoius serta beberapa dewa, saat ini dipajang di Museum Selcuk. Bagian utama kuil disebut Nao. Ini adalah sebuah ruangan kecil yang terbuat dari batu-batu kecil dan pintu masuk yang besar. Balok pintu ini didekorasi dengan gaya elegan dengan gambar mutiara dan telur. Kuil Hadrian baru saja direnovasi. Patung dan friezes telah diganti dengan replika aslinya. Dokumen asli telah dipindahkan dan saat ini dipamerkan di Museum Ephesus.

Kuil Hadrian / Temple of Hadrian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *