Jepang 2019 – Kyoto – Osaka

11. Kiyomizu Temple Kyoto

Setelah melepas kekaguman pada Gassho Village yang terdaftar sebagai UNESCO Heritage, kami melanjutkan perjalanan ke Kyoto. Kyoto sama terkenalnya dengan Tokyo. Sebelum ibukota Jepang pindah ke Tokyo, kota Kyoto-lah yang lebih dari 10 abad menjadi ibukotanya Negeri Matahari Terbit ini. Tentu tak hanya pemandangan alamnya yang bagus, sebagai bekas ibukota, Kyoto menyimpan banyak warisan budaya dan peninggalan sejarah. Salah satu situs yang masih bisa dinikmati adalah Kiyomizu-dera atau Kuil Kiyomizu. Kuil ini bisa dibilang sebagai kuil paling terkenal di Kyoto, bahkan Jepang. Kiyomizu-dera sudah menjadi landmark ikonik bagi kota Kyoto. Letaknya pun cukup strategis, yaitu dalam lingkup pusat kota Kyoto.

Pertama kali kuil kuno ini dibangun pada tahun 798 namun karena di Jepang sering terjadi gempa dan berbagai macam bencana maka kuil ini sempat rusak. Kemudian diadakanlah rekonstruksi, jadi bangunan yang sekarang dinikmati merupakan hasil perbaikan yang dilakukan pada tahun 1633. Kuil Budddha ini merupakan bagian dari ajaran sekolah Buddha Hosso yang bermula di kota Nara. Aula utama kuil ini memiliki beranda yang cukup luas. Beranda ini disokong oleh pilar-pilar besar dan tinggi. Jadi kalau diperhatikan aula utama dari kejauhan maka terlihat kuil ini seperti menggantung di tepian tebing. Di bawah aula terdapat sebuah air terjun yang bernama Otowa-no-taki, di mana para pengunjung meminum air ini karena dipercaya akan memberikan kesehatan dan menjadi awet muda. Jika percaya dengan hal semacam ini, bisa dicoba, meskipun biasanya antrian mengambil air ini cukup panjang.

Di sekitar aula utama terdapat beberapa bangunan lainnya yang juga otentik, yang merupakan aula-aula lainnya serta kuil-kuil untuk berdoa. Terdapat Kuil Jishu (Jishu-jinja) yang terdapat tak jauh di atas aula utama Kiyomizu-dera. Di Kuil Jishu, biasanya para pengunjung mencoba peruntungan dalam hal percintaan. Mereka akan berjalan sambil memejamkan mata di antara dua buah batu yang berjarak 18 meter. Jika Anda melewati batu tersebut maka semangat atau gairah Anda akan cinta tak akan terpenuhi. Anda juga bisa meminta tolong orang untuk memandu Anda ketika berjalan di antara kedua batu tersebut namun itu artinya Anda membutuhkan pemandu untuk menemukan cinta sejati Anda.

Kuil ini biasanya ramai ketika musim semi dan musim gugur tiba. Kalau sempat berkunjung ke kuil ini saat malam di musim gugur akan dapat disaksikan illumination atau atraksi pencahayaan namun lagi-lagi harap dipertimbangkan juga antrian yang sangat panjang. Untuk mencapai tempat ini kita dapat berjalan dari kawasan Kawaramachi dan juga Gion. Jika berangkat dari Stasiun JR Kyoto, bisa menaiki bus bernomor 206 dan berhenti di halte Kiyomizu-michi atau Gojo-zaka. Kemudian dari situ bisa juga berjalan melewati dua buah jalan paling atraktif di Kyoto, yaitu Ninen-zaka dan Sannen-zaka. Untuk masuk ke Kiyomizu-dera, diwajibkan membeli tiket masuk seharga ¥300. Buka dari jam 6 pagi hingga 6 sore.

12. Shinkansen

Sudah lama kita di Indonesia mendengar ‘kehebatan’ Shinkansen, kali ini kami punya kesempatan mencoba kehebatan kereta yang kerap disebut “Bullet Train”. Kami mencoba Shinkansen sebentar saja 15 menit, yakni dari Kyoto ke Osaka yang jarak sekitar 60 KM. Kesimpulannya, Shinkansen memang hebat. Shinkansen (新幹線 adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways. Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang, kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.

Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut. Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu miliar penumpang pada 1976.

Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (615 km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru ‘Nozomi’ yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/jam telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.

Dari segi keamanan sangat mencengangkan, tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.

Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, namun tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.

Dari aspek ketepatan waktu, pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.

Shinkansen

Setelah sampai di stasiun  Osaka, kami masih menggunakan kereta MRT untuk bisa sampai di Shinsaibashi, pusat belanja teramai, kemudian menginap di Kansai Bellevue Garden Hotel. Disalah satu sudut Shinsaibashi berdiri replica patung Liberty. Esok pagi sudah bersiap-siap ke Bandara Kansai untuk kembali ke Indonesia dengan tetap menggunakan Singapore Airline. Minggu malam pukul 20:00 sudah tiba di Terminal 3 Bandara Soetta, Indonesia.

TAMAT

Jepang 2019 – Takayama – Shirakawa Go

9. Takayama Old Town

Dari Matsumoto, kami bertolak menuju Takayama Old Town atau Sanmachi Suji yang terkenal dengan nuansa budayanya yang kental. Takayama dikenal sebagai rumah bagi salah satu kota bersejarah terbaik yang ada di Jepang, mereka mempertahankan sentuhan tradisional khas kota tua yang terawat dan indah, yang terletak di Pegunungan Hida Prefektur Gifu, sejak Periode Edo (1603–1868). Lokasi pegunungan Takayama yang terpencil telah membantu mempertahankan pesona dan suasana tradisionalnya yang luar biasa, dan kini menjadikannya sebagai permata tersembunyi.

Takayama merupakan rumah bagi kuil bersejarah yang mengesankan, yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan-jalan di sekitar area kota tua. Area Kuil Higashiyama dibuka ketika peguasa feodal Takayama, Kanamori Nagachika, membangun sejumlah besar kuil di daerah perbukitan yang letaknya sedikit lebih tinggi di atas kota. Keindahan daerah ini meningkat ketika musim dingin tiba, di mana rumah-rumah pedagang Sanmachi yang terletak di distrik tua tertutup salju yang turun dengan sangat lembut. Air dari salju yang meleleh juga mengalir di bawah atap dan jendela-jendela kisi-kisi rumah-rumah tua, sementara suhu yang hangat memancar dari api dari dalam rumah.

Kota tua Takayama, yang disebut Sanmachi, adalah salah satu tempat wisata yang tak boleh dilewatkan ketika datang ke Gifu. Wisatawan dapat berjalan-jalan sembari menikmati arsitektur tua dari Periode Edo. Ada pula toko kerajinan yang menjual kerajinan tradisional karya masyarakat lokal, restoran yang menyajikan makanan khas setempat dan pabrik sake yang menawarkan sake terbaik di Takayama.

Sebagai kota kecil yang yang dikelilingi oleh alam yang indah, dari gunung dan sungai hingga hutan dan sungai, Takayama adalah tempat yang sempurna untuk menikmati pemandangan Jepang yang indah dan bersantai dengan damai dan tenang. Terlebih jika ditambah dengan menikmati hidangan daging sapi Hida dan sushi berkualitas baik, dapat menambah kesan liburan yang menyenangkan.

Salah satu hal terbaik ketika mengunjungi kota ini adalah dengan melakukan perjalanan kereta api yang menakjubkan dengan menggunakan Hida Wide View Express. Kereta tersebut mengelilingi tempat-tempat yang indah dan juga pegunungan di Prefektur Gifu. Perjalanan ini sama menakjubkannya di musim dingin, dengan pemandangan luar biasa putih dan pegunungan berselimut salju yang sangat indah.

10. Shirakawago dan Gassho-Zukuri

Perjalanan dilanjutkan menuju Gassho Village di kota Shirakawago yang terdaftar sebagai budaya warisan UNESCO. Desa bersejarah yang memiliki banyak rumah Gassho-zukuri, yaitu rumah bergaya arsitektur rumah Jepang, di mana rumah dibangun dengan bentuk yang menyerupai tangan yang sedang berdoa dan menggunakan atap jerami yang dibangun meruncing. Gassho-zukuri adalah warisan budaya yang sangat berharga yang hanya bisa dilihat di Shirakawago dan Distrik Gokayama.

Pada tahun 1995, UNESCO menetapkan rumah gassho-zukuri di Shirakawa-go dan Gokayama sebagai bagian dari Situs Kebudayaan Dunia. Shirakawa-go memiliki jumlah rumah bergaya gassho-zukuri terbanyak dibanding dengan dua desa bersejarah lainnya. Hingga saat ini, rumah-rumah gassho-zukuri ini masih digunakan sebagai tempat tinggal. Kuil Buddha, gubuk, itakura (gudang), Kuil Shinto, dan saluran air, adalah beberapa objek lain yang wajib dijaga dan dipertahankan. Melihat rumah-rumah yang berdampingan dengan alam seperti melihat pemandangan daerah yang belum terjamah.

Di desa ini, ada beberapa bangunan yang dibuka untuk umum, seperti Bekas Museum Keluarga Toyama dan Museum Myozenji. Di desa ini, pengunjung bisa mengenal dan mempelajari sejarah dan kebudayaan Shirakawa-go sambil melihat-lihat bagian rumah gassho-zukuri. Bangunan bergaya gassho-zukuri menggunakan atap dari jerami yang sangat mudah terbakar. Pengunjung diharapkan untuk tidak merokok di area desa dan jangan membuang sisa rokok ke sembarang tempat. Selain itu, pengunjung diharapkan untuk tidak keluar masuk ke rumah-rumah yang ada di desa ini tanpa izin, karena sebagian bangunan masih berpenghuni. Harap berhati-hati saat berkeliling desa, karena tidak ada pagar yang membatasi desa.

Setiap pertengahan Januari hingga pertengahan Februari, setiap hari Sabtu dan Minggu, rumah-rumah gassho-zukuri di Shirakawa-go akan diterangi dengan lampu-lampu yang dipasang dibubungan rumah. Hal yang sama dilakukan di rumah-rumah yang berada di sekitar Wada, Kuil Myozenji, daerah sebelah barat dan Kan-machi, serta area Shitagoso. Penerangan ini hanya dilakukan pada waktu tertentu dan pengunjung diharapkan untuk datang lebih awal untuk menghindari kemacetan. Selain itu, Hida adalah distrik terdingin di Jepang, sehingga pengunjung diharapkan untuk menggunakan pakaian yang sesuai. Pengunjung juga diharapkan untuk menyediakan payung dan senter untuk berjaga-jaga. Jika Anda berkunjung dengan menggunakan kendaraan pribadi, pastikan ban kendaraan Anda sudah sesuai untuk perjalanan di musim dingin.

Ada hal unik yang kami temukan di desa ini, tradisi UKAI, yaitu tradisi menangkap ikan dengan bantuan burung Kormoran sejenis burung laut. Burung-burung itu akan dilepas ke tengah laut atau tepi sungai untuk menangkap ikan. Burung laut itu akan menyelam tepat di bawah air dan mendorong sayap mereka dan menangkap ikan dengan paruh mereka. 

Dalam tradisi kuno Jepang, nelayan telah belajar bagaimana melatih burung laut untuk membantu mereka menangkap ikan di sungai. Tradisi ini masih dipraktekkan di beberapa tempat di Jepang, khususnya di Sungai Nagara di Prefektur Gifu, di mana seni kuno memiliki sejarah lebih dari 1.300 tahun. Dengan menaiki perahu kayu panjang, para nelayan akan memancing di bawah kegelapan. Untuk mencegah kormoran menelan ikan tangkapan mereka, nelayan akan mengikat pangkal tenggorokan mereka dengan senar, yang memungkinkan burung hanya menelan ikan kecil saja. Seekor burung dapat menyimpan sampai enam ikan di tenggorokannya dalam satu waktu.

Teknik memancing ini tidak semudah yang dibayangkan. Nelayan membutuhkan keterampilan khusus yang umumnya diwariskan dari bapak ke anaknya. Meski teknik memancing ini sudah tergerus zaman, para nelayan di kota Gifu masih melakukannya hingga sekarang dan itu menjadi salah satu atraksi yang berhasil menarik wisatawan dari seluruh dunia.

Miyako Hotel, Nagarafukumitsu, Gifu

Bersambung…..

Jepang 2019 – Matsumoto

8.  Matsumoto

Setelah puas berkeliling di Iyashinosato “the ancient Japanese village” sore hari kami bertolak menuju Matsumoto, malam hari sudah sampai di Matsumoto Marunouchi Hotel. Dari jendela kamar hotel terhampar pemandangan indah sekali dengan Matsumoto Castle yang tampak berdiri gagah dimalam hari. Esok paginya, rombongan berjalan kaki 5 menit sampai lah di Matsumoto Castle(松本城 Matsumoto-jō) salah satu kastil tertua di Jepang dengan usia  500 tahun, lokasi di kota MatsumotoPrefektur NaganoJepang. Kastil Matsumoto kerap dijuluki Kastil Gagak karena warna hitam yang mendominasi seluruh dinding kastil enam lantai tersebut. Selain itu, bentuk atap juga layaknya sayap burung yang mengembang.


Hotel Matsumoto Marunouchi, Nagano

Kastil Matsumoto kini berubah fungsi menjadi museum memamerkan berbagai benda sejarah di dalamnya. Kastil terlihat indah karena dikelilingi taman nan asri. Meski masih tampak kokoh, jika dilihat dari kejauhan, Kastil Matsumoto ternyata tidak lagi berdiri tegak. Bangunan ini terlihat agak miring. Kabar berhembus, konon, itu karena kutukan Tada Kasuke. Siapa dia? Tada Kasuke merupakan seorang petani kaya di abad ke-17. Bersama 27 petani lainnya di wilayah ini, dia menggugat kenaikan pajak ke Daimyo (penguasa lokal) di Kastil Matsumoto.

Namun protes berujung kerusuhan, insiden membuat Daimyo mengalah dan berjanji akan mengirimkan dokumen kepada para petani yang menyatakan pajak akan diturunkan. Tapi kemudian, mereka malah menangkap dan mengksekusi mati Tada Kasuke dan 27 petani tanpa proses pengadilan. Sebelum dieksekusi, Tada Kasuke sempat mengutuk keluarga Mizuna dan bangunan kastil yang mereka tinggali. Cerita ini ramai tersebar di internet. Namun, seperti apa kebenarannya? “Saya baru mendengar cerita itu,” kata Sekretaris Eksekutif Asosiasi Turis Hakuba, Bunsei Sato, sambil tertawa. “Sepanjang kastil ini berdiri, ada banyak generasi penguasa yang menempatinya sehingga kebenarannya perlu ditelusuri lagi,” lanjut Sato.

Kastil ini dibangun sebagai benteng pertahanan selama masa perang. Pada tahun 1550, daerah Matsumoto di bawah aturan klan Takeda dan Tokugawa Leyasu, ketika Toyotomi Hideyoshi memindah Leyasu ke wilayah Kanto. Kastil Matsumoto adalah istana tertua di Jepang, dibangun pada periode Bunroku (1593-1594) memiliki lima lapis menara utama dengan enam tingkat, menara utama ini ditetapkan sebagai harta nasional dan situs kastil sebagai tempat bersejarah nasional. Ini adalah salah satu dari empat istana harta nasional bersama-sama dengan Kastil Himeji, Kastil Hikone, dan Kastil Inuyama. Kastil ini masih ada sampai hari ini setelah semua kesulitan dihadapi selama masa 400 tahun masa perang provinsi sejak era Sengoku.

Penampilan kastil ini yang berdiri megah di depan Utara Alpen sangatlah indah, menunjukkan penampilan yang berbeda dari musim ke musim. Sejumlah biaya dibebankan untuk tur menara utama tersebut. Pemandangan indah Alpen Utara dan jalan Matsumoto dari lantai paling atas (lantai enam) sangat layak untuk dilihat. Menara utama lima lapis dan enam tingkat ini memiliki sekitar 140 pijakan dengan pijakan tajam sekitar 61 derajat, sehingga sulit untuk naik bagi mereka yang memiliki masalah dengan berjalan. Bagian dalam kastil tetap terawat dengan baik seperti bentuk saat sebelum di bangun kembali. Tangganya dibuat curam dan sempit dengan tujuan defensif selama era Sengoku. Harquebuses (senapan api isi ulang) dan armor (baju zirah) juga dipamerkan. Kastil ini sangat populer selama musim bunga Sakura. Ketika cahaya dinyalakan di malam hari, hanya untuk jangka waktu terbatas selama musim bunga Sakura, kastil ini akan menjadi sangat ramai. Anda dapat menikmati berjalan-jalan di Kota sekitar kastil yang menciptakan suasana pada era Edo terutama di jalan Nawate dan jalan Nakamachi. Dan juga dianjurkan untuk mampir di jalan di mana toko-toko suvenir dan restoran berdiri berdampingan. Museum Seni Kota Matsumoto (Matsumoto City Museum of Art) dan bekas sekolah Kaichi, ditunjuk sebagai aset budaya nasional yang penting, dan juga merupakan tempat yang wajib dikunjungi.

Matsumoto juga merupakan tempat kelahiran Kusama Yayoi, duta seniman kontemporer di Jepang. Oleh karea itu, banyak karya Kusama Yayoi yang dipindahkan ke Museum Seni Matsumoto City. Berbicara tentang seni, Matsumoto juga mengadakan acara festival musik yang dipimpin oleh konduktor kelas dunia Seiji Ozawa. Festival musik tersebut diadakan setiap tahun antara bulan Agustus dan September dan banyak musisi terkenal dari seluruh dunia berkumpul di sini. Selepas di Matsumoto Castle, kita bebas berkeliling kota dan taman kota Matsumoto, spesialnya kita dapat hanya berjalan kaki karena lokasi nya berdekatan.

Yayoi Kusama

Sore harinya rombongan bertolak menuju Takayama Old Town, dalam perjalanan tersebut kami menyaksikan pemandangan yang indah serta hujan salju yang semestinya sudah tidak ada pada bulan April. Suatu anomali musim yang membawa keberuntungan bagi kami.

Bersambung…..

Jepang 2019 – Kawaguchi – Iya No Sato

5.  Gotemba Premium Outlet

Perjalanan dilanjutkan dari area Shibuya menuju Gotemba Premium Outlet , yaitu outlet mall terbesar dan terpopuler di kota Tokyo, Yokohama, dan Chiba, juga merupakan shopping center terluas (44.600 meter persegi ) terkenal di kalangan wisatawan orang Indonesia. Gotemba Premium Outlet terletak di Kota Gotemba, Prefektur Shizuoka, yang menyediakan lebih dari 200 toko dengan brand premium. Pusat perbelanjaan ini berlokasi 80 km barat daya pusat kota Tokyo, dekat dengan Gunung Fuji. Gotemba Premium Outlets ini dibuka sejak 13 Juli 2000.

Area Gotemba Premium Outlets terbagi menjadi dua karena terpisah oleh sungai yang berada di bawah tebing. Satu jembatan panjang menjadi penghubung kawasan barat dan timur serta menjadi obyek foto para pengunjung. Mereka yang melintasi jembatan ini tidak lupa untuk berfoto ataupun selfie di tengah ataupun di ujung jembatan. Sebab, pemandangan belakang yang ada di jembatan ini adalah gunung Fuji. Waktu kami sampai di lokasi ini cuaca tidak bersahabat, hujan cukup lebat dan lama sehingga gunung Fuji tidak kelihatan.

Selain itu, Gotemba Premium Outlet juga memiliki kurang lebih 7 sampai 8 taman luas. Para pengunjung pun tak hanya berbelanja tetapi juga memasuki taman untuk sekadar duduk di taman, membaca buku atau bahkan hanya membawa anjing mereka untuk jalan-jalan. Namun jika hewan peliharaan tersebut tidak diizinkan masuk toko, maka majikannya menunggu teman atau pasangannya yang sedang berbelanja di depan pintu.

Butuh waktu sekitar 1-2 jam untuk memutari seluruh kompleks Gotemba dengan santai. Tentu untuk yang asyik belanja, waktu tersebut akan terasa sangat singkat bahkan kurang. Jika lelah berkeliling, bisa juga mencari hotel terdekat dari Gotemba Premium Outlets. Gotemba juga menyediakan tempat makan yang cukup luas dan nyaman. Berbagai pilihan makanan khas Jepang maupun internasional tersedia di sini. Restoran waralaba McDonalds juga membuka gerainya di Gotemba.

Zakki berpose di depan Gotemba

6.  Resort Kawaguchi

Sore hari menuju Koryu Hotel, Asagawa, Kawaguchiko berlokasi dipinggir danau Kawaguchi yang indah. Kita dapat bersantai di pemandian air panas dalam ruangan umum yang luas dan pemandian luar ruangan dengan pemandangan gunung dan danau yang indah, atau menyewa pemandian air panas untuk penggunaan pribadi. Kamar-kamar bergaya Jepang memiliki lantai tatami (anyaman jerami), perabot rendah, dan jendela besar. Kita akan tidur menggunakan tempat tidur futon tradisional. Kamar-kamar bergaya barat menawarkan tempat tidur twin dan furnitur kayu, sementara semua kamar menyediakan TV LCD, perlengkapan mandi, dan jubah yukata.

Hotel Koryu dapat dicapai dalam 5 menit berkendara dari Stasiun Kereta Kawaguchiko di Jalur Fujikyuko dan dalam 10 menit berkendara dari taman hiburan Fujikyu Highland. Gunung Fuji dapat dicapai dalam 50 menit berkendara. Suasana terasa berbeda ketika kami bersantap makan malam sambil mengenakan pakaian Yukata. Selepas makan malam, kami pun mencoba Onsen, yaitu mandi air panas ala orang Jepang.

Bersantap malam dengan pakaian khas Yukata
Koryu Hotel, Kawaguchiko

7.  Iyashi No Sato

Malam hari di hotel Koryu masih sangat dingin suhu 2.5 derajat Celcius dan masih tampak hujan salju. Jadi malam itu kegiatan dilakukan di dalam hotel seperti makan malam dengan kostum Yukata, mandi air panas (Onsen). Esok pagi nya Alhamdulillah cuaca sangat bagus, langit terang dan bersih, gunung Fuji terlihat jelas dan indah sekali. Pagi nya kami bergerak kurang lebih 1 KM dari hotel untuk mendapatkan spot bagus berfoto dengan latar belakang gunung Fuji yang sangat jelas.

Perjalanan dilanjutkan menuju Iyashi No Sato, sebuah desa wisata yang terletak di sebelah barat Danau Saiko, salah satu danau yang mengelilingi gunung Fuji, atau lebih tepatnya terletak di Saiko, Fujikawaguchiko-machi, Minamitsuru-gun, Yamanashi. Kerap juga disebut Nenba Hama akan dijumpai lebih dari 20 rumah atau bangunan tradisional Jepang dengan dinding dan atap terbuat dari anyaman bambu dan jerami. Bentuk atapnya menggambarkan penutup kepala yang biasa dipakai oleh para samurai atau helm samurai. Sedangkan arsitekturnya mengikuti gaya Kabuto-zukuri. Saat ini, rumah – rumah di Iyashi no Sato difungsikan sebagai museum, restoran, toko serta galeri yang menampilkan kerajinan dan kesenian khas Jepang. Karena sudah tidak dihuni lagi, rumah-rumah ini berjajar, semakin masuk ke dalam semakin tinggi bangunannya, dilengkapi juga dengan adanya gunung Fuji di belakangnya..

Iyashi no Sato yang kadang dijuluki Healing Village No Sato adalah desa yang masih mempertahankan arsitektur zaman dulu dengan suasana sekitarnyapun masih terjaga keasliannya. Tenang dan damai akan dirasakan jika kita memasuki desa ini seolah bisa merasakan hidup di masa lalu. Dengan latar belakang gunung Fuji juga dialiri sungai Honsawa ditambah lagi dengan pepohonan hijau serta segarnya air danau, menambah keasrian desa ini. Desa ini sungguh menyuguhkan pemandangan alam yang masih asli dan alami. Saat kita menikmati udara di pegunungan dan udara sekitar yang menyentuh kulit tentunya akan terasa sejuk dan lembut. Tak heran, jika Iyashi no Sato termasuk dalam kategori desa tradisonal di Jepang yang bersaing dengan dengan Desa Shirakawago di Gifu dan Desa Boso No Mura di Chiba. Wisatawan pun lebih menyukai tempat ini untuk mengasingkan diri agar mendapatkan kedamaian dari hingar bingar padatnya kota.

Pada mulanya desa ini banyak penghuninya dan sudah dikenal dengan rumah tradisional dari zaman Edo. Namun pada tahun 1966, Iyashi no Sato mengalami bencana yaitu dilanda badai topan dan tanah longsor. Sehingga meluluh-lantakan desa ini sehingga para penduduk pun pergi meninggalkan desa ini. Empat puluh tahun kemudian, tempat ini dibangun kembali untuk menghidupkan kembali rumah tradisonal Jepang beratap jerami. Dengan fungsi yang berbeda, sudah tidak dihuni lagi, akan tetapi alih fungsikan sebagai museum, galeri kerajinan tradisioanal Jepang, juga diadakannya acara seperti zaman dahulu yang disesuaikan dengan musim. Tempat ini dibuka kembali pada tahun 2006.

Ada banyak tempat menarik di dalam desa Iyashi No Sato. Ada kolam ikan dengan air yang jernih berada di sisi kiri gerbang masuk ke Iyashi no Sato. Terdapat sebuah tong yang dialiri air dan berisi botol-botol minuman dengan tulisan Jepang menggantung, tidak jauh dari kolam. Aliran air itu digunakan untuk mendinginkan minuman atau dijadikan kulkas. Dari gerbang masuk ini sudah terdapat toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk khas Jepang seperti, udon basah, teh, miso, beras, serta kerajianan tangan. Kerajinan tangan yang dijual ada arang, tembikar, kain tenun, pot hingga dupa. Untuk makanan biasanya yang terkenal dan menarik adalah udon. Terdapat juga toko yang menawarkan teh gratis. Selain itu ada Museum Pengendalian Erosi dan Sedimen terletak tepat di area pintu masuk. Museum ini menjelaskan tentang bencana yang memporak-porandakan desa Iyashi no Sato juga cara mencegah agar bencana tersebut tidak terjadi lagi.

Bangunan lainnya adalah Rumah Seseragiya, dekat pintu biasanya terpajang instalasi seni yang bentuknya sesuai dengan tahun imlek, karena biasanya digunakan untuk penyambutan tahun imlek. Rumah yang menghadap timur ini memiliki dinding yang dipenuhi gambar yang indah, kebanyakan bentuk potret orang sendiri ataupun bersama-sama. Di sini kita bisa mencoba membuat kartu. Atau melihat pertunjukan perajin lokal membuat keranjang pengeringan bambu selama akhir pekan.

Bangunan berikutnya Rumah Miharashiya, rumah dengan dua lantai. Di lantai pertama dipenuhi dengan dengan hasil seni yang telah mendapatkan penghargaan, jadi hampir mirip dengan galeri. Sedangkan di lantai kedua difungsikan sebagai menara pandang. Untuk memasuki lantai dua, wisatawan harus melepas alas kakinya dan berganti dengan skital yang sudah disediakan. Menara pandang tersebut terletak di ujung tangga yang terdapat jendela besar sebelah kiri. Dari menara pandang ini, gunung Fuji semakin terlihat mempesona.

Kami bersyukur sekali, di lokasi ini kami menemukan salju serta pemandangan gunung Fuji yang sangat jelas tanpa terhalang apapun. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan dengan cuaca yang terang benderang, kami semua nya menyewa pakaian khas Jepang baik kostum Shogun maupun Samurai lengkap dengan pedang untuk berfoto ria.

Selanjutnya ada bangunan Rumah galeri kerja tembikar Fuji Roman-gama. Di dalam rumah ini tentu terdapat beragam tembikar. Ada dudukan sumpit berbentuk kucing yang dijual muali 200 Yen. Ada juga mangkok kecil khas Jepang dipenuhi motif indah mulai dari 400 Yen. Pajangan kecil berbentuk Gunung Fuji seharga 500 Yen. Selain itu, masih banyak tembikar lainnya. Disini, kita juga bisa mencoba membuat hiasan berbentuk burung hantu dan mewarnai tembikar.

Ada juga Watanabe House yang akan menyuguhkan barang-barang pameran yang menggambarkan keseharian para petani di zaman dulu. Terdapat tempat yang kita bisa mencoba kimono ataupun baju besi samurai dengan harga sewa 500 Yen, rumah ini bernama Hinomi-ya. Di ujung desa, terdapat tempat galeri yang memajang aneka patung dan pajangan dinding yang berasal dari kayu, boneka Tsurushi Kazari, senjata samurai, ada juga pakaian kimono atau yoroi tradisional. Di Iyashi no Sato juga terdapat jembatan yang bernama jembatan Fujimi. Biasanya digunakan orang-orang untuk berfoto dengan menggunakan kimono. Iyashi No Sato juga menyediakan gazebo dan tempat khusus yang dipenuhi aneka mainan tradisional bagi anak-anak.

Pintu masuk Iyashi No Sato

Bersambung…

Jepang 2019 – Tokyo

Jepang, 8-14 April 2019

Tour ke Jepang tahun ini memberi insight yang berbeda bagi kami sekeluarga, saya, Esther dan putra kami Zaki, tergabung dalam group Bayu Buana sekitar 28 orang. Rombongan berangkat dari bandara Soetta dengan Singapore Airline hari Senin sore ke Singapore dulu, transit 3 jam, lalu terbang lagi sekitar 8 jam sampailah di Bandara Haneda Selasa pagi. Dari bandara Haneda, mulai lah tour berlangsung dengan bus yang sangat nyaman, menyusuri sebagian dari pulau Honshu dari Tokyo ke arah barat daya (south-west) menyambangi spot-spot di Tokyo, Kawaguchi, Matsumoto, Takayama, Shirakawago dan Kyoto. Dari Kyoto kami mencoba ‘kehebatan’ Shinkansen atau bullet train yang membawa kami dari Kyoto menuju destinasi terakhir Osaka, esok harinya sudah jadwal pulang ke Indonesia melalui bandara Kansai. Berikut adalah catatan beberapa spot yang kami alami atau singgahi.

  1. Ueno Park, Tokyo

Ueno Park adalah taman umum yang berada di kawasan Ueno, distrik Taito-ku, Tokyo, Jepang. Nama resminya adalah Taman Ueno Pemberian Kaisar (Ueno onshi koen). Ueno Park juga merupakan taman paling populer di Jepang yang menarik lebih dari empat belas juta pengunjung di setiap tahunnya. Baik siang ataupun malam, taman ini selalu ramai pengunjung. Taman dengan luas sekitar 530 ribu meter persegi ini dikelola Dinas Pekerjaan Umum Tokyo.

Salah satu destinasi wisata yang paling terkenal dikalangan turis dengan tempat untuk berekreasi dan melihat mekarnya bunga sakura. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum yang tentunya dapat dinikmati publik, seperti Tokyo National Museum, National Museum of Nature and Science, National Museum of Western Art dan beberapa lainnya. Rimbunan pepohonan sebagai paru-paru kota dan suasana yang asri semakin menambah keindahan taman ini.

Ueno Park

Patung Berkuda Istana Pangeran Komatsu Akihito.

Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Mekarnya bunga sakura juga sudah dinanti-nanti oleh warga Jepang bahkan warga asing. Karena banyak dari mereka akan melakukan hanami, yaitu semacam piknik dengan menggelar tikar bersama keluarga dan teman-teman untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura. Taman Ueno memiliki 10.000 pohon, termasuk 1.200 pohon sakura, mulai dari Pohon Ceri Jepang (yang bunganya merupakan bunga khas Jepang “Sakura”), Ginko Biloba, dan masih banyak lagi. Pada akhir Maret dan awal April, Ueno Park menyediakan lokasi untuk menikmati bunga sakura yang paling ditunggu-tunggu oleh dua juta pengunjung untuk menjalankan tradisi hanami. Di sepanjang jalur sakura sudah berjejer pengunjung yang menikmati Hanami. Mulai dari keluarga, anak sekolahan, mahasiswa hingga pegawai kantoran. Lahan khusus yang disediakan dibatasi oleh tali pembatas, sehingga tidak ada penikmat hanami yang duduk melewati batas tersebut, sangat teratur. Pada pukul 17.00 hingga malam hari kita bisa menyaksikan yozakura, yaitu melihat bunga sakura di malam hari. Bunga Sakura biasanya mekar puncaknya hanya dua minggu dan pasti hilang perlahan-lahan. Jika sudah lewat dari dua minggu, akan pindah menuju daerah utara, daerah Tohoku dan terakhir di Hokkaido.


Hanami di Ueno Park

Taman Ueno ini bermula dari sebuah kuil Kan’ei-ji yang dibangun pada zaman Edo oleh shogun ke-3 Tokugawa lemitsu. Kuil Kan’ei-ji dibangun untuk menyegel kekuatan jahat dari timur laut yang dipercaya sebagai mata angin sial. Semasa Perang Boshin pada tahun 1868, bangunan Kan’ei-ji habis terbakar setelah dipakai sebagai benteng pertahanan kelompok prajurit pendukung keshogunan yang disebut Shogitai. Pada tahun 1870, dokter Belanda Anthonius Bauduin datang untuk memeriksa bekas kuil Kan’ei-ji. Rencananya, lokasi ini akan didirikan sekolah kedokteran dan rumah sakit. Sang dokter juga menyarankan untuk mempertahankan kawasan Ueno sebagai sebuah taman kepada pemerintah. Selanjutnya di tahun 1873, lokasi Taman Ueno sudah ditetapkan berdasarkan perintah Dajokan (menteri dalam negeri).

Pada tahun 1876, Taman Ueno sudah selesai dibangun dan mulai dibuka untuk umum. Selanjutnya dimulailah pembangunan Kebun Binatang Ueno dan Museum Nasional Tokyo di tahun 1882. Tahun 1890, tanah kawasan taman berada di bawah yurisdiksi Bagian Tumah Tangga Kekaisaran dan menjadi hak miliknya. Pada tahun 1924, taman secara resmi diberi nama Taman Ueno Pemberian Kaisar (Ueno Onshi Koen) karena Bagian Rumah Tangga Kekaisaran menghibahkan taman kepada pemerintah Tokyo. Lalu, dibangun stasiun kereta api baru antara Stasiun Nippori dan Stasiun Keisei Ueno di Jalur Utama Keisei. Stasiun ini selesai dibangun dan diberi nama Stasiun Hakubutsukan-Doubutsuen pada tahun 1933. Sebelum dihapus pada tahun 2004 Stasiun Hakubutsukan-Doubutsuen sudah berhenti beroperasi di tahun 1997. Kemudian di buatlah patung Anthonius Bauduin untuk memperingati 100 tahun berdirinya Taman Ueno pada tahun 1973.

Kita bisa menikmati taman ueno ini sepanjang tahun atau merasakan empat musim di Taman Ueno. Jadi kapanpun kita bisa datang ke Taman Ueno, karena taman ini selalu menyajikan hal yang berbeda di setiap musimnya. Tak hanya di musim semi dengan bunga sakura yang indah, musim yang lainnya pun tak kalah indah dan menarik.

Selain tempat berekreasi, ada banyak spot yang menarik untuk dikunjungi di Taman Ueno.

  • Museum Nasional Tokyo (Tokyo National Museum) merupakan museum tertua dan terbesar di Jepang. Museum ini terdiri dari lima bangunan yang terpisah. Bangunan ini dibuat terpisah karena masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
Museum Nasional Tokyo
  • Museum Seni Metropolitan Tokyo (Tokyo Metropolitan Art Museum) dibuka pada bulan April 2012. Museum ini menampilkan banyak seni dan galeri. Namun, tidak banyak koleksi permanen yang bisa ditemui dalam bangunan ini, taman ini terbuka untuk umum.
Tokyo Metropolitan Art Museum
  • Museum Sains Nasional merupakan museum ketiga yang ada di Ueno park dan paling banyak dikunjungi oleh pelajar dan wisatawan mancanegara. Di dalam museum ini terdapat 100.000 benda seni dan sejarah tentang awal berdirinya negara Jepang.
Museum Sains Nasional
  • Museum Nasional Seni Barat (National Museum of Western Art) adalah museum yang khusus menampilkan seni barat.
National Museum of Western Art
  • Museum Shitamachi (Shitamachi Museum) memamerkan nostalgia dan rekontruksi tentang kehidupan Tokyo sebelum masa restorasi Meiji.
Shitamachi Museum
  • Monumen Penanaman Presiden Grant, adalah monumen kenangan Presiden Amerika Serikat abad 18-19 yaitu Ulysses S. Grant ketika beliau datang ke Jepang pada tahun 1987. Pada saat itu Presiden Grant menanam pohon cemara lawson dan istrinya menaman pohon magnolia.
Monumen Penanaman Presiden Grant
  • Kebun Binatang Ueno, adalah kebun binatang tertua dan terkenal di Jepang. Kebun binatang ini dibuka pada tanggal 20 maret 1882. Untuk mencapai tempat ini, sahabat cukup berjalan kaki selama kurang lebih lima menit dari pintu keluar Stasiun Ueno. Ada pula sebuah taman rekreasi kecil di sekitar, untuk anak-anak. Kebun binatang nya cukup luas dan tersedia monorel untuk mengantar pengunjung dari satu ujung ke ujung lainnya. Di sini kita bisa menjumpai hewan-hewan dari seluruh wilayah Asia dan Eropa, dengan koleksi paling bervariasi di Jepang dengan lebih dari 400 spesies dan 3.000 hewan. Yang paling terkenal adalah harimau, beruang, singa, gorila, dan biasanya yang menjadi favorit, adalah panda merah. Kita juga akan menjumpai 2 ekor panda primadona Kebun Binatang Ueno.
Kebun Binatang Ueno
  • Kuil Yushima Tenjin, Inilah kuil yang sangat terkenal di Ueno Park, yaitu Yushima Tenjin Shrine. Kuil ini terletak di dekat stasiun Okacimahi. Yushima Tenjin Shrine didirikan pada tahun 1355 yang dikhususkan bagi para pemeluk agama Shinto. Selain itu, tempat ini juga sangat populer bagi para pelajar untuk berdoa dan meminta agar disukseskan dalam ujian sekolah mereka. Wajar jika sebagian orang juga menyebut kuil ini dengan sebutan ”Kuil Pelajar”.
Kuil Yushima Tenjin
  • Kuil Toshogu, dibangun pada tahun 1617 dan terkenal dengan sejarah bangunan arsitekturnya.
Kuil Toshogu
  • Kuil Bentendo, berada di tengah-tengah Danau Shinobazu, untuk ke kuil ini kita bisa melewati jembatan batu.
Kuil Bentendo
  • Kuil Shimizu Kannon-do, temanya sama dengan Kuil Kiyomizu-dera di Kyoto.
Kuil Shimizu Kannon-do
  • Kuil Hanazono Inari (Shinobuoka Inari), kuil ini identik dengan beberapa torii (gerbang merah yang umumnya ada di Kuil Shinto), jadi bisa dirasakan betapa fantastiknya melewati gerbang torii.
Kuil Hanazono Inari
  • Asakusa Kannon Temple, Tokyo

Asakusa Kannon Temple merupakan kuil tertua di Jepang yang terletak di Asakusa Tokyo, dibangun tahun 628 dan selesai tahun 645. Kuil Budha yang satu ini memiliki desain eksentrik dibandingkan dengan kuil-kuil pada umumnya. Dengan Khas warna merah menyala membuat Kuil ini mudah dikenali. Asakusa Kannon Temple atau Kuil Sensoji terkenal dengan gerbangnya yang dikenal dengan nama Kaminarimon (Gerbang Halilintar) yang ditengahnya tergantung lentera raksasa berwarna merah. Dan gerbang ini yang menyambut kedatangan para wisatawan di Asakusa. Setelah melewati Kaminarimon, kita akan melihat Jalan Nakamise-dori atau Nakamise Street. Jika kita terus menyusuri Jalan Nakamise-dori ini, kita akan sampai di bangunan Kuil Sensoji yang megah. Dengan warna merah yang mencolok diantara gedung-gedung lainnya, Kuil Sensoji tetap berdiri tegak. Bangunan merahnya begitu unik dan di sinilah kita dapat menikmati pemandangan khas Jepang nan istimewa. Kita akan terkesan dengan arsitektur Buddha dan patung-patung yang ada di bagian dalam bangunan. Kompleks ini tetap menjadi kuil Buddha yang aktif digunakan dengan pendeta dan biarawan yang menerapkan gaya hidup kerohanian Buddha.

Asakusa Kannon Temple

Di aula Komagatado terdapat Bodhisattva Bato-kannon (patung Kannon), yang dapat kita lihat pada tanggal 19 setiap bulan dan selama festival besar setiap tahun pada tanggal 19 April. Berbagai acara digelar sepanjang tahun di kawasan Kuil Sensoji. Yang terbesar dari mereka adalah Sanja Matsuri, festival tahunan Kuil Asakusa yang diadakan pada bulan Mei. Acara lainnya adalah Karnaval Asakusa Samba pada bulan Agustus dan Hagoita-ichi (Pasar Hagoita) dimana dayung kayu yang dihias dalam permainan tradisional hanetsuki dijual. Sebaiknya datang pagi-pagi atau pada malam hari saat pengunjung tidak terlalu banyak. Dan tentunya tidak akan menyesal karena pemandangan Sensoji di waktu malam sangat impresif.

Orang Jepang biasanya berdoa di bangunan utama pada Kuil Sensoji. Kuil ini biasanya dipenuhi oleh penduduk Tokyo yang berharap berkah sebelum berangkat bekerja, selain menjadi tempat favorit turis. Orang-orang naik ke atas tangga untuk berdoa kepada Kannon, Dewi Kemurahan Hati (Goddess of Mercy). Keadaan sedikit remang-remang di dalam kuil yang indah ini. Di dekat altar ada tempat di mana orang-orang melemparkan batangan kayu untuk mengetahui peruntungan mereka. Setelah mendepositkan sejumlah koin, para umat akan mengocok wadah yang berisi batangan kayu hingga keluar batangan kayu. Kayu tersebut memiliki angka setelah itu orang tersebut akan pergi ke sebuah lemari untuk mencari potongan kertas yang sesuai dengan angka yang tertera di batangan kayu tersebut. Potongan kertas ini berisi ramalan masa depan yang biasa dikenal dengan istilah “omikuji”.

Kuil Sensoji ini dibangun dan didedikasikan kepada Bodhisattva Kannon (Avalokitesvara), yang dikenal sebagai Guan Yi, Dewi Welas ASih. Menurut legenda yang ada, patung Kannon ditemukan di Sungai Sumida pada tahun 628 oleh dua nelayan yang bersaudara yaitu, Hinokuma Hamanari dan Hinokuma Takenari. Dan setiap kali mereka bermaksud untuk mengembalikan patung tersebut ke dalam sungai, patung tersebut kembali ke permukaan. Kemudian kepala desa Asakusa, Hajino Nakamoto, mengakui kesucian patung tersebut dan mengabadikannya denagn merenovasi rumahnya sendiri menjadi sebuah kuil kecil di Asakusa, sehingga penduduk desa bisa menyembah Kannon. Asakusa pun makin padat dengan kunjungan peziarah yang akan berdoa. Kemudian, Ennin, seorang petinggi dalam agama Budha menciptakan sebuah status di kuil yang kini dikenal dengan Kuil Sensoji. Kuil ini selesai dibangun pada tahun 654 dengan nama Asakusa Kannon Temple, yang menjadikannya kuil tertua di Tokyo.

Gerbang Kaminarimon adalah pintu masuk Kuil Sensoji dan dianggap sebagai salah satu landmark Asakusa yang paling terkenal. Di dalam pintu gerbang di kedua sisinya terdapat dewa Buddha pelindung dalam bentuk patung kayu besar, dari mana gerbang ini mendapatkan namanya: Fujin (dewa angin) dan Raijin (dewa guntur). Dibalik kedua patung tersebut, terdapat patung Kinryou atau dewa naga emas dan Tenryou atau dewa naga langit. Gerbang Kaminarimon ini, dipasangi lentera berukuran raksasa. Beratnya sekitar 670 kilogram yang digantung di tengah-tengah gerbang bertuliskan Kaminarimon (“gerbang guntur”), dan di bawahnya adalah calving kayu dari naga tradisional Jepang. Lentera merah yang menggantung diganti secara berkala. Untuk yang sekarang, dipasang sejak tahun 2003, pada saat perayaan ulang tahun ke-400 periode Edo. Yang perlu diketahui, setiap bulan Mei di Asakusa diselenggarakan acara Sanja Matsuri. Saat acara dilangsungkan, kertas dari lentera merah akan dilipat agar tertabkrak oleh mikoshi atau tandu dewa. Jadi, jika kita melancong saat periode tersebut, tidak akan melihat lampion tersebut secara utuh.

Gerbang ini dibangun pertama kali tahun 941 oleh Taira no Kinmasa, seorang komandan militer Jepang. Furaijinmon menjadi nama awal dari gerbang ini. Pada awalnya terletak di dekat Komagata, kemudian pada tahun 1635 direkonstruksi di lokasi saat ini, Asakusa. Gerbang ini mengalami banyak pembakaran. Empat tahun setelah dipindahkan ke Asakusa, Kaminarimon habis terbakar. Tokugawa Iemitsu, Shogun ketiga dari dinasti Tokugawa kembali membangun gerbang ini dengan beberapa bangunan lain disekitarnya hingga akhirnya kembali terbakar pada tahun 1757 dan 1865. Kaminarimon dibangun kembali pada tahun 1960 dengan hasil sumbangan dari seorang pengusaha bernama Konosuki Matsushita. Sejak saat itu, gerbang ini seakan melupakan masa lalunya yang kelam, dan menjelma menjadi salah satu landmark paling penting di ibukota yang selalu setia menyambut kedatangan para wisatawan.

Nakamise-dori (Nakamise Shopping Street) adalah shopping street yang membentang dari Gerbang Kaminarimon sampai aula utama Kuil Sensoji. Dijuluki pusat perbelanjaan tertua di Jepang, karena sudah ada lebih dari 130 tahun. Dengan panjang sekitar 200 meter, Nakamise-dori tersusun lebih dari 80 toko. Dari dulu Nakamise-dori terkenal sebagai tempat belanja oleh-oleh khas Jepang yang lucu dan unik-unik. Mulai dari masker, lucky cats, figure little sumo wrestler, kipas Jepang, jimat-jimat sebagai pajangan, gantungan kunci, cangkir-cangkir lucu, dan deretan pernak-pernik tradisional khas Jepang dijual di sini atau juga Yukata dan kimono. Tak hanya souvenir saja yang dijual disini, tetapi Nakamise-dori ini juga merupakan tempat yang paling cocok untuk berbelanja kue-kue tradisional Jepang karena toko-toko tersebut sudah berdiri dan dikenal sejak lama. Kue-kue di Nakamise-dori ini rasanya enak dan harganya pun terjangkau. Pas untuk dijadikan oleh-oleh atau dijadikan camilan saat sedang jalan berkeliling di Nakamise-dori. Satu hal yang mesti dicoba di Nakamise-dori adalah sembei atau kerupuk beras yang rasanya unik.

Keramaian di Nakamise Street

Di sepanjang Nakamise-dori terdapat kios kuliner yang bisa dinikmati sambil berjalan-jalan seperti wagashi (camilan khas Jepang) dan juga toko aneka macam oleh-oleh yang berhubungan dengan Jepang. Sekitar Nakamise-dori terdapat banyak lorong dengan tampilan khas Jepang. Lorong yang kecil dan padat bangunan namun penuh tulisan dan gaya bangunan Jepang. Seperti di film drama Jepang dengan adegan orang yang sedang mabuk karena sake melewati lorong-lorong jalan yang agak sempit dan khas Jepang. Warga setempat maupun wisatawan asing pun melebur menjadi satu di tempat ini. Tempat belanja ini pun memiliki suasana yang berbeda tidak seperti tempat lainnya di Jepang. Ciri khas Nakamise Street ini memang agak tradisional tetapi cocok untuk merasakan suasana asli  Jepang. Terlebih lagi, harga barang yang ada di sini jauh lebih murah daripada tempat belanja lain di Jepang.

Pada siang hari, kuil ini selalu penuh sesak oleh para pengunjung. Tapi, bagaimanakah keadaan kuil ini di malam hari? Kuil Sensoji di malam hari tak kalah menarik dengan di siang hari. Pesona dan keindahan Kuil Sensoji di malam hari sungguh sayang untuk dilewatkan. Misalkan saja, dalam rangka memperingati 400 tahun peristiwa Edo Kaifu, setiap hari dimulai dari terbenamnya matahari hingga pukul 23.00, aula utama kuil Sensoji,  gerbang Hozomon, pagoda Gojunoto, dan gerbang Kaminarimon akan dihiasi dengan lampu penerangan yang indah dan akan terlihat menawan. Ada dua patung penjaga pada gerbang Hozomon. Pada malam hari, gerbang Hozomon yang diterangi cahaya lampu remang akan memancarkan keramahan sekaligus kegarangan. Selain itu, ada Pagoda Gojunoto yang terlihat megah bercahaya namun terkesan teduh dengan pencahayaan lampu dari arah bawah. Tetapi, jika kita berkunjung di malam hari, kita tidak bisa melihat bagian dalam aula utama. Karena pintu aula pertama ditutup akan tetapi kita masih bisa melihat altar persembahannya. Atau kita masih bisat melihat bagian dalamnya pada siang hari sampai pukul 17.00. Karena Suasana malam di sini sangat tenang bila dibandingkan saat siang hari yang penuh sesak oleh pengunjung.  Dan ornamen-ornamen pada pintu masuk aula utama yang tertutup semakin bersinar tertimpa cahaya lampu.

Berikut ini adalah ringkasan untuk mengenal setiap sudut di area Kuil Sensoji

Kaminarimon adalah gerbang paling depan yang menyambut para wisatawan di Asakusa.

Nakamise Street adalah jalan tempat perbelanjaan tertua di Jepang.

Hozomon adalah gerbang yang menyambut wisatawan yang sudah puas berbelanja di Nakamise-dori. Di gerbang tergantung sebuah waraji (sandal jerami) yang melambangkan kekuatan Nio-sama (dewa pelindung) dan merupakan salah satu alat untuk menangkal kekuatan jahat dan terbuat dari 2500 kg jerami. Lalu, di bagian atas gerbang terpasang dan tersimpan berbagai peralatan untuk mengantisipasi kebakaran serta benda-benda budaya yang berharga.

Omikuji adalah kertas ramalan setelah melewati Hozomon

Osuisha adalah tempat untuk menyucikan diri sebelum memasuki aula utama Kuil Senso-ji. Banyak orang berkumpul di sini untuk membasuh tangan dan berkumur dengan air yang keluar dari mulut patung naga.

Gerbang Hozomon
Osuisha

Patung batu yang menghiasi bagian tengah tempat air ini adalah ryushinzo (patung naga) yang mengeluarkan air.

Jokoro adalah tempat dupa yang berada di depan aula utama kuil dan banyak orang melumuri tubuh mereka dengan asap dari dupa. Ada kepercayaan jika melumuri asap dupa pada bagian tubuh yang sakit maka akan cepat diberikan kesembuhan.

Aula Utama Kuil Senso-ji adalah tempat orang-orang akan memasukkan uang ke dalam kotak dan berdoa kepada Kannon-sama yang berada di altar di belakang kotak. Satukan kedua tangan di depan dada dan lafalkanlah Namukanze-onbosatsu, pada saat berdoa di Kuil Senso-ji.

Jokoro
Aula Utama Kuil Sensoji

Yokodo adalah tempat tempat mencap ziarah, setelah turun dari tangga sebelah barat aula utama kuil, dapatkanlah goshuin (kertas bertuliskan nama kuil dan hari berziarah yang dicap dengan beberapa stempel) dan mari menuju ke Yokodo. Di Yokodo ini disediakan 2 jenis goshuin untuk Kannon-sama dan  Daikokuten-sama (salah seorang dewa keberuntungan). Goshuin yang sudah dibubuhi cap “sudah berziarah” bisa dijadikan kenang-kenangan perjalanan kita.

Yakushido terletak di belakang Yokodo yang berdiri sejak 345 tahun yang lalu dan merupakan salah satu bangunan tertua di dalam area Kuil Sensoji. Di sini ada 3 figur yang dipuja, yaitu Ju-o yang mengadili manusia di alam baka, Yakushi-nyorai, dan 12 generasi apoteker Juni-shinsho.

Yokodo
Yakushido

Awashimado adalah tempat penyimpanan patung Amida-nyorai dan Awashima-myojin, jika diteruskan perjalanan ke belakang Yakushido ditemukan Awashimado dimana tersimpan patung Amida-nyorai dan Awashima-myojin. Ada Upacara yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum yang bengkok pada tahu atau konnyaku (sejenis agar-agar) bernama upacara Harikuyo yang diadakan setiap tahun pada tanggal 8 Februari.

Zenizuka Jizodo terletak di sebelah utara Awashimado. Alasan aula ini dinamai Zenizuka karena di bawah menara batu terkubur mata uang pada zaman Edo yang disebut kanei-tsuho. Terdapat juga patung batu yang disebut Kankan Jizo yang namanya berasal dari bunyi yang dihasilkan saat pengunjung mengetukkan batu kecil yang diletakkan di samping patung batu ke patung jizo-zama (patung Buddha). Patung ini berada di depan sebelah kanan dari Zenizuka Jizodo. Aula ini banyak dikunjungi orang-orang untuk memohon kelancaran usaha. Taman Berbukit di Belakang Aula Utama Kuil Senso-ji, Selanjutnya jika kita meneruskan perjalanan ke timur Zenizuka Jizodo maka akan terbentang ruang terbuka seperti taman di sekitarnya. Kita bisa bersantai di bawah rimbunnya pepohonan di area taman ini. Kita juga akan menemukan berbagai monumen dan patung batu saat berjalan-jalan mengelilingi tempat ini.

Sensoji Awashimado
Zenizuka Jizodo

Nitenmon. Jika kita berjalan kaki sekitar 10 menit dari taman ke arah aula utama, maka di sebelah kiri akan terlihat gerbang yang megah. Gerbang yang ditetapkan sebagai properti budaya penting Jepang. Dan gerbang ini bernama Nitenmon yang merupakan gerbang untuk mengabadikan 2 dari 4 dewa penjaga Buddha yaitu Jikokuten dan Zochoten.

Sensoji Nitenmon
Kuil Sensoji di Malam Hari

Shinboku, Langkahkan kaki ke arah kanan dari Nintenmon, di depan pos polisi berdiri sebuah pohon Ginko besar yang berusia 800 tahun. Dikatakan bahwa pohon ini tumbuh dari dahan yang ditancapkan oleh Minamoto Yoritomo saat berkunjung ke Kuil Senso-ji. Kita bisa merasakan kekuatan kehidupan dan alam yang tak terduga dari pohon yang bahkan bisa bertahan dari perang ini.

Bentendo

Bentendo disebut sebagai salah satu dari Kanto Benten dan merupakan aula untuk menyembah Rojo-Benzaiten yang berdiri di sebelah tenggara Bentenyama dari aula utama kuil ini. Di samping Bentendo terdapat menara lonceng yang megah. Kita bisa mendengar bunyi lonceng ini hanya pada setiap pukul 06.00 pagi dan malam pergantian tahun baru. Awalnya Benzaiten dipercaya sebagai dewi musik, kebijaksaan, dan kemakmuran di India. Sementara di Jepang sendiri dikenal sebagai salah seorang dari 7 dewa keberuntungan.

Jalan di Belakang Nakamise-dori, Setelah puas berkeliling area Kuil Sensoji dan ingin kembali, cobalah untuk melewati bagian belakang Nakamise-dori. Yang menarik adalah kita bisa melihat sekilas pemandangan Nakamise-dori dari jalan belakang. Jalan ini lebih tenang jika dibandingkan dengan jalan utama dan banyak berderet toko oleh-oleh yang unik dan kedai makanan.

Festival Musim Panas Sanja Matsuri yang berpusat di Kuil Sensoji

Festival Sanja Matsuri adalah matsuri setiap bulan Mei di Kuil Asakusa, Tokyo, Jepang. Pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu di minggu ketiga bulan Mei, selama tiga hari festival ini berlangsung. Perayaan dilakukan pada akhir pekan untuk memudahkan pengaturan lalu lintas. Nama resmi festival ini adalah Asakusa Jinja Reitaisai (Festival Besar Kuil Asakusa). Sanja Matsuri ditonton lebih dari satu setengah juta penonton, sekaligus dianggap festival terliar dari semua festival di Tokyo.

Festival ini di adakan untuk menghormati pendiri dari kuil sensoji yaitu Hinokuma Hamanari, Hinokuma Takenari dan Hajino Nakatomo dimana ketiga orang tersebut sudah di Tuhankan di kuil Asakusa yang berdekatan dengan kuil sensoji. Pada festival sanja matsuri ini sekitar 100 Mikoshi (dipercaya tempat bersemayam Kami, roh atau leluhur yang dihormati dalam kepercayaan Shinto) diparadekan dari kuil sensoji di jalanan Tokyo konon dipercaya untuk membawa keberuntungan. Festival ini juga diikuti oleh yakuza yang mengusung mikoshi dan mempertontonkan rajah di seluruh tubuh mereka. Kita bisa menikmati beragam pameran budaya Jepang, melihat orang-orang yang menari dan memainkan taiko (drum tradisional Jepang), mencoba makanan khas Jepang di stand-stand makanan, dan mencoba permainan tradisional. Selain itu, kita juga bisa melihat para Geisha yang melakukan pertunjukan dalam Sanja Matsuri. Biasanya para Geisha ini kana muncul dari lantai kedua Asakusa Kenban pada sabtu sore.

Festival Musim Panas Sanja Matsuri 
Para Geisha Memakai Hakama
  • Tokyo Skytree

Tokyo Skytree (東京スカイツリー Tōkyō Sukai Tsurī, Pohon Langit Tokyo), sebelumnya disebut New Tokyo Tower (新東京タワー, Menara Tokyo Baru) adalah menara siaran, observasi, dan rumah makan di Sumida, Tokyo, Jepang. Menara ini telah menjadi struktur tertinggi di Jepang sejak tahun 2010, dan mencapai ketinggian akhir 634 m pada bulan Maret 2011, sekaligus menjadikannya sebagai menara tertinggi di dunia, melampaui Menara Canton di Guangzhou, dan merupakan struktur tertinggi nomor dua di dunia setelah Burj Khalifa 829,84 m.

Pembangunan menara ini dipimpin oleh Tobu Railway dibantu oleh konsorsium enam stasiun penyiaran terestrial yang dikepalai oleh NHK. Menara ini berada di tengah-tengah proyek pengembangan kawasan di antara Stasiun Tokyo Skytree dan Stasiun Oshiage, sekitar 7 km timur laut Stasiun Tokyo. Salah satu dari fungsi utama menara ini untuk merelai sinyal siaran radio dan televisi. Fasilitas yang ada sekarang ini di Menara Tokyo (tinggi 333 m) tidak cukup tinggi untuk menyiarkan televisi terrestrial digital karena dikelilingi oleh banyak bangunan-bangunan tinggi. Proyek pembangunan menara ini selesai pada 29 Februari 2012, dan dibuka untuk umum pada 22 Mei 2012.

Tokyo Sky Tree Tower
  • Istana Kekaisaran Jepang di Tokyo

Meskipun kami hanya berkeliling di luar istana kekaisaran, namun catatan nya cukup menarik untuk di tulis. Istana Kekaisaran Tokyo (皇居 Kōkyo, artinya, “Tempat Tinggal Kekaisaran”) adalah tempat tinggal utama dari Kaisar Jepang. Istana ini terletak di pusat Tokyo, di sebuah lahan seluas 3,4 km persegi. Dari stasiun Tokyo, jaraknya cuma beberapa menit. Stasiun Otemachi adalah stasiun yang terdekat ke East Garden, sedangkan Kudanshita adalah yang terdekat ke Budokan. Tempat ini adalah sebuah area seperti taman besar yang terletak di wilayah tertutup Chiyoda, Tokyo sampai Stasiun Tokyo dan berisi beberapa bangunan termasuk istana utama (宮殿 (Kyūden), tempat tinggal pribadi keluarga kekaisaran, tempat pengarsipan, museum dan kantor administratif.

Istana ini dulunya merupakan tempat kediaman shogun, dan kemudian menjadi istana kaisar Jepang. Sempat dihancurkan di masa Perang Dunia II, istana ini kemudian dibangun kembali sebagaimana kemegahannya dulu. Istana Kekaisaran Tokyo senantiasa menjadi kediaman utama bagi keluarga kaisar Jepang. Seperti juga kediaman pemimpin negara lainnya, area bangunan dan taman tidak terbuka untuk umum. Namun, 2 tahun sekali (setiap tanggal 23 Desember dan 2 Januari), kita bisa memasuki area taman dalam untuk melihat keluarga kaisar memberi salam dari balkon.

Dulunya Tokyo bernama Edo. Dari tahun 1600an hingga 1867, shogun yang menguasai Edo menempati situs di pusat Tokyo ini dan mendiami Istana Edo. Pada tahun 1868, saat shogun ditaklukkan, Jepang memindahkan ibukotanya dari Kyoto ke Tokyo dan kemudian menempati situs Istana Edo. Setelah sebuah kebakaran menghancurkan sebagian besar kompleks istana ini, pemerintahan Jepang membangunnya kembali pada tahun 1888.

Di kompleks istana ini, terlihat dinding-dinding batu, menara yang menjulang, serta jembaran Nijubashi yang menghubungkan antara halaman dalam dan luar istana. Di kompleks ini juga akan ditemukan parit lebar yang dulunya memang diperlukan sebagai pelindung istana dari serangan luar. Di sisi timur istana, terletak Imperial Palace East Garden, yang buka setiap hari bagi masyarakat umum, kecuali pada hari Senin dan Jumat. Di taman ini Anda bisa menikmati ruang hijau yang tenang dengan kolam ikan dan taman khas Jepang yang tertata baik. Relik-relik dari dinding zaman Istana Edo juga masih tampak. Di dekatnya terletak National Museum of Modern Art Tokyo, MOMAT Kogeikan Crafts Gallery, dan Science Museum. 

Di utara istana ini adalah Taman Kitanomaru, lokasi dari Budokan Hall. Budokan adalah pusat bagi pertandingan beladiri, gulat, serta konser musik, mulai dari The Beatles hingga Taylor Swift. Kuil Yasukuni juga bisa dicapai dengan berjalan singkat dari Istana Tokyo, di sebelah barat lautnya. Istana Kekaisaran Tokyo ditutup untuk umum begitu juga dengan kompleks tamannya. Namun sejak tahun 1949, area kompleks Taman Istana Kaisar (The Imperial Palace Park) atau Kokyo Gaien dalam bahasa Jepang ini dibuka untuk umum. Kita bisa berkeliling taman dengan gratis! Di area taman Istana Kaisar Jepang, kita bisa jogging ringan atau bersepeda mengitari jalan sekeliling taman. Pada hari Minggu atau hari libur disediakan 150 sepeda yang dipinjamkan gratis untuk para wisatawan yang ingin melihat keindahan taman.

Luas taman Kekaisaran Jepang ini sekitar 1,15 km2. Dengan taman sebesar itu di ibukota Tokyo, merupakan incaran bagi pihak2 bisnis untuk menggarap daerah itu sebagai property, bahkan dari Amerika. Dan tentu saja, pihak kekaisaran tidak berkenan! Setelah kapitulasi Keshogunan dan Restorasi Meiji, penduduk, termasuk Shgun Tokugawa Yoshinobu, diminta untuk mengosongkan tempat dari Kastil Edo. Meninggalkan Istana Kekaisaran Kyoto pada 26 November 1868, Kaisar tiba di Kastil Edo, menuju kediaman barunya dan menamainya menjadi Tkei Castle. Pada saat ini, Tky juga disebut Tkei. Dia pergi ke Kyto lagi, dan setelah kembali pada 9 Mei 1869, namanya diubah menjadi Imperial Castle.

Taman kekaisaran Jepang ini, dibagi dengan beberapa area taman. Ada taman buah2an, taman bunga2an atau ‘hutan kota” dengan pepohonan besar. Masing2 area taman mempuyai desainer sendiri, arsitek2 taman Jepang. Oya, Jepang adalah salah satu Negara yang sangat bangga dengan sumber dayanya. Bahasanya. Bahkan desainer2nya. Itu lah yang membuat Jepang dikenal dengan sebuah Negara yang “sombong” karena mereka sekana2 tidak mau tahu dengan kesulitan wisatawan2 manca negaraa yang tidak bisa mengerti bahasa Jepang. Begitu juga desainer2 jepang yang dengan bangga untuk mendesain negaranya dengan keahlian mereka masing2. Dan sekarang ini, justru Jepang sangat bangga dengan datangnya banyak orang kesana untuk belajar tentang banyak hal dari Jepang.

Istana Kaisar di Tokyo

Sore hari kami sudah letih, karena kurang tidur atau lebih tepatnya di pesawat tidak bisa tidur senyaman di rumah. Oleh karena itu sore hari setelah mengitari istana kekaisaran Jepang, kami menuju Keihan Tsukiji Ginza Hotel untuk beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk perjalanan esok hari.

  • Shibuya dan Patung Hachiko

Hari kedua di Jepang pagi-pagi sudah meluncur ke area Shibuya dengan dua simbol utama, yaitu Shibuya Crossing dan Hachiko. Shibuya merupakan pusat belanja yang dikenal dengan penyeberangan jalan teramai di dunia. Apa spesialnya penyeberangan ini? Semua kendaraan dihentikan pada waktu yang bersamaan sehingga orang yang ingin menyeberang bisa jalan ke arah mana pun. Dalam satu kali lampu hijau bisa dilewati sampai 3000 orang atau satu hari mencapai 500.000 orang yang menyeberang. Karena Shibuya merupakan destinasi untuk shopping, pastinya kunjungan ke Shibuya tidak lengkap kalau tidak masuk ke pusat perbelanjaan yang ada. Mulai dari Shibuya 109, department store ikonik Shibuya, hingga Disney Store dan Don Quijote, pusat perbelanjaan serba ada dan murah, semuanya tersedia di Shibuya.

Nama “Hachiko Mae Hiroba” berasal dari patung “Hachiko si anjing setia” yang terletak di Hachiko Mae Hiroba. “Hachiko si anjing setia” adalah anjing bernama Hachi yang dipelihara oleh dosen Ueno Eizaburo yang memberi dampak besar pada perkembangan pertanian, pertanahan, dan kayu di Jepang. Beliau tinggal di Shibuya dan pergi bekerja melalui Shibuya Station. Akan tetapi, beliau meninggal dunia setelah 1 tahun memelihara Hachi. Hachi tidak bisa melupakan majikannya yang telah meninggal dunia dan selalu menunggunya pulang di depan Shibuya Station. Hachi menunggunya selama 7 tahun hingga dimuat di Koran dan menjadi terkenal di Shibuya. Patung “Hachiko si anjing setia” didirikan pada tahun 1934 oleh penduduk yang kagum oleh kisah Hachi. Hachi meninggal 1 tahun setelah patung ini didirikan dan patung ini pun dikelilingi oleh bunga yang sangat banyak.

Shibuya Crossing

bersambung …..