Spanyol, Cordoba Mar 2023

1. Great Umayyad Mosque, Cordoba

Great Umayyad Mosque atau awalnya dikenal dengan nama Mezquita de Córdoba, sekarang sudah diganti menjadi Mezquita-Catedral de Córdoba. Dikenal juga secara resmi dengan nama gerejawinya Catedral de Nuestra Señora de la Asunción (Katedral Bunda Maria Diangkat ke Surga) adalah katedral dari Keuskupan Katolik Roma Córdoba yang didedikasi untuk Maria diangkat ke Surga dan terletak di Kordoba, Andalusia, Spanyol.

Menurut catatan tradisional, awalnya Masjid Raya ini dibangun atas perintah dari Abd Rahman I pada tahun 785, ketika Kordoba merupakan ibu kota dari Wilayah Al-Andalus yang dikuasai Muslim. Masjid ini diperluas beberapa kali setelah itu di bawah penerus Abd Rahman I hingga akhir abad ke-10. Di antara tambahan yang paling menonjol, Abd Rahman III menambahkan minaret, selesai pada 958 dan anaknya, Al-Hakam II, menambahkan mihrab dan maksurah baru, selesai pada 971.

Masjid ini dikonversi menjadi katedral pada tahun 1236 setelah Kordoba direbut oleh pasukan Kristen Kastila pada periode Reconquista. Struktur bangunan hanya mengalami sedikit modifikasi hingga sebuah proyek besar pada abad ke-16, menyisipkan bagian panti umat dan transept katedral Renaisans baru ke tengah bangunan. Bekas minaret, yang telah diubah menjadi menara lonceng, juga direnovasi secara signifikan pada sekitar waktu ini. Dimulai pada abad ke-19, restorasi modern dilaksanakan dan mengarah pada pemulihan dan studi beberapa elemen bangunan pada era Islam. Saat ini, bangunan tersebut terus berfungsi sebagai katedral kota dan Misa dirayakan di dalamnya setiap hari.

Struktur masjid ini dianggap sebagai monumen penting dalam sejarah arsitektur Islam dan dianggap oleh banyak ahli sebagai sangat berpengaruh pada arsitektur “Moor” di wilayah Mediterania barat dari dunia Islam. Bangunan ini juga merupakan salah satu monumen bersejarah dan tempat wisata utama Spanyol, serta Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1984.

Masjid Agung dibangun oleh Keamiran Umayyah baru di Al-Andalus yang didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 756. Abdurrahman ad-Dakhil merupakan seorang buronan dan salah satu anggota terakhir keluarga Umayyah yang tersisa yang sebelumnya pernah memerintah khilafah pertama di Damaskus, Suriah, secara turun temurun. Kekhalifahan Umayyah ini digulingkan selama Revolusi Abbasiyah pada tahun 750.

Dalam prosesnya, keluarga penguasa tersebut hampir semuanya terbunuh atau dieksekusi dalam prosesnya. Abdurrahman ad-Dakhil selamat dengan melarikan diri ke Afrika Utara, kemudian setelah mendapatkan dukungan politik dan militer, mengambil alih pemerintahan Muslim di Semenanjung Iberia dari gubernurnya, Yusuf bin Abdul al-Rahman al-Fihri. Kordoba telah menjadi ibu kota provinsi Muslim Semenanjung Iberia dan diteruskan menjadi ibu kota keamiran independen oleh Abdurrahman ad-Dakhil.

2. Medinat of Azahara

Cordoba didirikan oleh Claudius Marcellus dengan nama Corduba pada zaman Romawi Kuno. Mengunjungi Kota Cordoba di Spanyol kurang lengkap kalau belum mengunjungi Medina Azahara, sebuah situs arkeologi abad pertengahan yang bernilai sejarah tinggi. Obyek wisata yang selalu diincar wisatawan mancanegara ini hanya berjarak sekitar 13 kilometer dari kota Cordoba.

Medina Azahara atau dalam bahasa Arab dikenal sebagai Madinat al-Zahra yang berarti: “kota bersinar”. Memasuki Medina Azahara di barat kota Cordoba dan berada di bawah kaki pegunungan Sierra Morena, terasa seperti memasuki sebuah kota dengan istana megah dengan pemandangan yang sangat indah.

Untuk menuju lokasi diwajibkan menggunakan bus khusus yang ada. Bus tersebut mondar mandir mengangkut wisatawan ke istana kota Medina Azahara dan museum. Walaupun sekarang hanya tersisa reruntuhan dan puing-puingnya saja, namun situs ini masih menyisakan bangunan utama yang mewakili kemegahan bangunan masa lalu. Wisatawan akan menerawang ke masa silam bagaimana makmurnya Cordoba kala itu saat Khalifah Abd Al-Rahman III pada tahun 936 membangun istana kota Medina Azahara tersebut.

Khalifah Abd Al-Rahman III tak hanya membangun istana namun juga sebuah kota yang makmur. Keberadaan bangunan ini pada masa itu benar-benar memperhatikan kontur lahan dan berdiri di atas lebih dari tiga tingkat. Saat membayangkan bangunan secara utuh, situasinya mirip dengan bangunan istana raja di Karangasem, Bali, di mana bangunan istana berada di bagian atas atau puncak, sementara taman-taman dan kolam berada di bagian bawah. Dari istana inilah, sejauh mata memandang akan terhampar pemandangan indah yang menyejukkan mata.

Jalur distribusi makanan, masalah air minum, perumahan warga, arus lalu lalang pasukan sampai keberadaan kandang kuda begitu diperhatikan sangat detail. Tidak kalah menarik adalah pilar-pilar bangunan dengan relief-relief rumit di istana kota Medina Azahara seluas 112 hektar, begitu kokoh dan menjadi ciri khas bangunan peninggalan Islam.

Medina Azahara dibagi menjadi dua kategori, pertama khusus untuk areal pemerintahan dengan bangunannya dan kedua areal untuk tempat tinggal warga dan para pejabat penting. Istana ini memiliki kebun di sekelilingnya dan Masjid Aljama di bagian bawah.

Tempat lalu lalang pasukan berkuda, kandang kuda sampai dimana kuda diikat juga dirancang sedemikian detail. Boleh jadi kita akan menyangka seperti bathtub tapi sesungguhnya itu hanya tempat minum kuda, selanjutnya kita akan melewati taman-taman istana hingga memasuki bangunan paling bawah yakni melihat reruntuhan Masjid Aljama.

Sebelum meninggalkan Medina Azahara, jangan lupa mampir di museum untuk melihat sejarah pembangunan Medina Azahara dan barang-barang yang ada masa itu, seperti keramik, piring sampai cangkir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *