Jepang 2019 – Kyoto – Osaka

11. Kiyomizu Temple Kyoto

Setelah melepas kekaguman pada Gassho Village yang terdaftar sebagai UNESCO Heritage, kami melanjutkan perjalanan ke Kyoto. Kyoto sama terkenalnya dengan Tokyo. Sebelum ibukota Jepang pindah ke Tokyo, kota Kyoto-lah yang lebih dari 10 abad menjadi ibukotanya Negeri Matahari Terbit ini. Tentu tak hanya pemandangan alamnya yang bagus, sebagai bekas ibukota, Kyoto menyimpan banyak warisan budaya dan peninggalan sejarah. Salah satu situs yang masih bisa dinikmati adalah Kiyomizu-dera atau Kuil Kiyomizu. Kuil ini bisa dibilang sebagai kuil paling terkenal di Kyoto, bahkan Jepang. Kiyomizu-dera sudah menjadi landmark ikonik bagi kota Kyoto. Letaknya pun cukup strategis, yaitu dalam lingkup pusat kota Kyoto.

Pertama kali kuil kuno ini dibangun pada tahun 798 namun karena di Jepang sering terjadi gempa dan berbagai macam bencana maka kuil ini sempat rusak. Kemudian diadakanlah rekonstruksi, jadi bangunan yang sekarang dinikmati merupakan hasil perbaikan yang dilakukan pada tahun 1633. Kuil Budddha ini merupakan bagian dari ajaran sekolah Buddha Hosso yang bermula di kota Nara. Aula utama kuil ini memiliki beranda yang cukup luas. Beranda ini disokong oleh pilar-pilar besar dan tinggi. Jadi kalau diperhatikan aula utama dari kejauhan maka terlihat kuil ini seperti menggantung di tepian tebing. Di bawah aula terdapat sebuah air terjun yang bernama Otowa-no-taki, di mana para pengunjung meminum air ini karena dipercaya akan memberikan kesehatan dan menjadi awet muda. Jika percaya dengan hal semacam ini, bisa dicoba, meskipun biasanya antrian mengambil air ini cukup panjang.

Di sekitar aula utama terdapat beberapa bangunan lainnya yang juga otentik, yang merupakan aula-aula lainnya serta kuil-kuil untuk berdoa. Terdapat Kuil Jishu (Jishu-jinja) yang terdapat tak jauh di atas aula utama Kiyomizu-dera. Di Kuil Jishu, biasanya para pengunjung mencoba peruntungan dalam hal percintaan. Mereka akan berjalan sambil memejamkan mata di antara dua buah batu yang berjarak 18 meter. Jika Anda melewati batu tersebut maka semangat atau gairah Anda akan cinta tak akan terpenuhi. Anda juga bisa meminta tolong orang untuk memandu Anda ketika berjalan di antara kedua batu tersebut namun itu artinya Anda membutuhkan pemandu untuk menemukan cinta sejati Anda.

Kuil ini biasanya ramai ketika musim semi dan musim gugur tiba. Kalau sempat berkunjung ke kuil ini saat malam di musim gugur akan dapat disaksikan illumination atau atraksi pencahayaan namun lagi-lagi harap dipertimbangkan juga antrian yang sangat panjang. Untuk mencapai tempat ini kita dapat berjalan dari kawasan Kawaramachi dan juga Gion. Jika berangkat dari Stasiun JR Kyoto, bisa menaiki bus bernomor 206 dan berhenti di halte Kiyomizu-michi atau Gojo-zaka. Kemudian dari situ bisa juga berjalan melewati dua buah jalan paling atraktif di Kyoto, yaitu Ninen-zaka dan Sannen-zaka. Untuk masuk ke Kiyomizu-dera, diwajibkan membeli tiket masuk seharga ¥300. Buka dari jam 6 pagi hingga 6 sore.

12. Shinkansen

Sudah lama kita di Indonesia mendengar ‘kehebatan’ Shinkansen, kali ini kami punya kesempatan mencoba kehebatan kereta yang kerap disebut “Bullet Train”. Kami mencoba Shinkansen sebentar saja 15 menit, yakni dari Kyoto ke Osaka yang jarak sekitar 60 KM. Kesimpulannya, Shinkansen memang hebat. Shinkansen (新幹線 adalah jalur kereta api cepat Jepang yang dioperasikan oleh empat perusahaan dalam grup Japan Railways. Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang, kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.

Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut. Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu miliar penumpang pada 1976.

Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (615 km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru ‘Nozomi’ yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/jam telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.

Dari segi keamanan sangat mencengangkan, tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.

Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, namun tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.

Dari aspek ketepatan waktu, pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.

Shinkansen

Setelah sampai di stasiun  Osaka, kami masih menggunakan kereta MRT untuk bisa sampai di Shinsaibashi, pusat belanja teramai, kemudian menginap di Kansai Bellevue Garden Hotel. Disalah satu sudut Shinsaibashi berdiri replica patung Liberty. Esok pagi sudah bersiap-siap ke Bandara Kansai untuk kembali ke Indonesia dengan tetap menggunakan Singapore Airline. Minggu malam pukul 20:00 sudah tiba di Terminal 3 Bandara Soetta, Indonesia.

TAMAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *