Jepang 2019 – Kawaguchi – Iya No Sato

5.  Gotemba Premium Outlet

Perjalanan dilanjutkan dari area Shibuya menuju Gotemba Premium Outlet , yaitu outlet mall terbesar dan terpopuler di kota Tokyo, Yokohama, dan Chiba, juga merupakan shopping center terluas (44.600 meter persegi ) terkenal di kalangan wisatawan orang Indonesia. Gotemba Premium Outlet terletak di Kota Gotemba, Prefektur Shizuoka, yang menyediakan lebih dari 200 toko dengan brand premium. Pusat perbelanjaan ini berlokasi 80 km barat daya pusat kota Tokyo, dekat dengan Gunung Fuji. Gotemba Premium Outlets ini dibuka sejak 13 Juli 2000.

Area Gotemba Premium Outlets terbagi menjadi dua karena terpisah oleh sungai yang berada di bawah tebing. Satu jembatan panjang menjadi penghubung kawasan barat dan timur serta menjadi obyek foto para pengunjung. Mereka yang melintasi jembatan ini tidak lupa untuk berfoto ataupun selfie di tengah ataupun di ujung jembatan. Sebab, pemandangan belakang yang ada di jembatan ini adalah gunung Fuji. Waktu kami sampai di lokasi ini cuaca tidak bersahabat, hujan cukup lebat dan lama sehingga gunung Fuji tidak kelihatan.

Selain itu, Gotemba Premium Outlet juga memiliki kurang lebih 7 sampai 8 taman luas. Para pengunjung pun tak hanya berbelanja tetapi juga memasuki taman untuk sekadar duduk di taman, membaca buku atau bahkan hanya membawa anjing mereka untuk jalan-jalan. Namun jika hewan peliharaan tersebut tidak diizinkan masuk toko, maka majikannya menunggu teman atau pasangannya yang sedang berbelanja di depan pintu.

Butuh waktu sekitar 1-2 jam untuk memutari seluruh kompleks Gotemba dengan santai. Tentu untuk yang asyik belanja, waktu tersebut akan terasa sangat singkat bahkan kurang. Jika lelah berkeliling, bisa juga mencari hotel terdekat dari Gotemba Premium Outlets. Gotemba juga menyediakan tempat makan yang cukup luas dan nyaman. Berbagai pilihan makanan khas Jepang maupun internasional tersedia di sini. Restoran waralaba McDonalds juga membuka gerainya di Gotemba.

Zakki berpose di depan Gotemba

6.  Resort Kawaguchi

Sore hari menuju Koryu Hotel, Asagawa, Kawaguchiko berlokasi dipinggir danau Kawaguchi yang indah. Kita dapat bersantai di pemandian air panas dalam ruangan umum yang luas dan pemandian luar ruangan dengan pemandangan gunung dan danau yang indah, atau menyewa pemandian air panas untuk penggunaan pribadi. Kamar-kamar bergaya Jepang memiliki lantai tatami (anyaman jerami), perabot rendah, dan jendela besar. Kita akan tidur menggunakan tempat tidur futon tradisional. Kamar-kamar bergaya barat menawarkan tempat tidur twin dan furnitur kayu, sementara semua kamar menyediakan TV LCD, perlengkapan mandi, dan jubah yukata.

Hotel Koryu dapat dicapai dalam 5 menit berkendara dari Stasiun Kereta Kawaguchiko di Jalur Fujikyuko dan dalam 10 menit berkendara dari taman hiburan Fujikyu Highland. Gunung Fuji dapat dicapai dalam 50 menit berkendara. Suasana terasa berbeda ketika kami bersantap makan malam sambil mengenakan pakaian Yukata. Selepas makan malam, kami pun mencoba Onsen, yaitu mandi air panas ala orang Jepang.

Bersantap malam dengan pakaian khas Yukata
Koryu Hotel, Kawaguchiko

7.  Iyashi No Sato

Malam hari di hotel Koryu masih sangat dingin suhu 2.5 derajat Celcius dan masih tampak hujan salju. Jadi malam itu kegiatan dilakukan di dalam hotel seperti makan malam dengan kostum Yukata, mandi air panas (Onsen). Esok pagi nya Alhamdulillah cuaca sangat bagus, langit terang dan bersih, gunung Fuji terlihat jelas dan indah sekali. Pagi nya kami bergerak kurang lebih 1 KM dari hotel untuk mendapatkan spot bagus berfoto dengan latar belakang gunung Fuji yang sangat jelas.

Perjalanan dilanjutkan menuju Iyashi No Sato, sebuah desa wisata yang terletak di sebelah barat Danau Saiko, salah satu danau yang mengelilingi gunung Fuji, atau lebih tepatnya terletak di Saiko, Fujikawaguchiko-machi, Minamitsuru-gun, Yamanashi. Kerap juga disebut Nenba Hama akan dijumpai lebih dari 20 rumah atau bangunan tradisional Jepang dengan dinding dan atap terbuat dari anyaman bambu dan jerami. Bentuk atapnya menggambarkan penutup kepala yang biasa dipakai oleh para samurai atau helm samurai. Sedangkan arsitekturnya mengikuti gaya Kabuto-zukuri. Saat ini, rumah – rumah di Iyashi no Sato difungsikan sebagai museum, restoran, toko serta galeri yang menampilkan kerajinan dan kesenian khas Jepang. Karena sudah tidak dihuni lagi, rumah-rumah ini berjajar, semakin masuk ke dalam semakin tinggi bangunannya, dilengkapi juga dengan adanya gunung Fuji di belakangnya..

Iyashi no Sato yang kadang dijuluki Healing Village No Sato adalah desa yang masih mempertahankan arsitektur zaman dulu dengan suasana sekitarnyapun masih terjaga keasliannya. Tenang dan damai akan dirasakan jika kita memasuki desa ini seolah bisa merasakan hidup di masa lalu. Dengan latar belakang gunung Fuji juga dialiri sungai Honsawa ditambah lagi dengan pepohonan hijau serta segarnya air danau, menambah keasrian desa ini. Desa ini sungguh menyuguhkan pemandangan alam yang masih asli dan alami. Saat kita menikmati udara di pegunungan dan udara sekitar yang menyentuh kulit tentunya akan terasa sejuk dan lembut. Tak heran, jika Iyashi no Sato termasuk dalam kategori desa tradisonal di Jepang yang bersaing dengan dengan Desa Shirakawago di Gifu dan Desa Boso No Mura di Chiba. Wisatawan pun lebih menyukai tempat ini untuk mengasingkan diri agar mendapatkan kedamaian dari hingar bingar padatnya kota.

Pada mulanya desa ini banyak penghuninya dan sudah dikenal dengan rumah tradisional dari zaman Edo. Namun pada tahun 1966, Iyashi no Sato mengalami bencana yaitu dilanda badai topan dan tanah longsor. Sehingga meluluh-lantakan desa ini sehingga para penduduk pun pergi meninggalkan desa ini. Empat puluh tahun kemudian, tempat ini dibangun kembali untuk menghidupkan kembali rumah tradisonal Jepang beratap jerami. Dengan fungsi yang berbeda, sudah tidak dihuni lagi, akan tetapi alih fungsikan sebagai museum, galeri kerajinan tradisioanal Jepang, juga diadakannya acara seperti zaman dahulu yang disesuaikan dengan musim. Tempat ini dibuka kembali pada tahun 2006.

Ada banyak tempat menarik di dalam desa Iyashi No Sato. Ada kolam ikan dengan air yang jernih berada di sisi kiri gerbang masuk ke Iyashi no Sato. Terdapat sebuah tong yang dialiri air dan berisi botol-botol minuman dengan tulisan Jepang menggantung, tidak jauh dari kolam. Aliran air itu digunakan untuk mendinginkan minuman atau dijadikan kulkas. Dari gerbang masuk ini sudah terdapat toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk khas Jepang seperti, udon basah, teh, miso, beras, serta kerajianan tangan. Kerajinan tangan yang dijual ada arang, tembikar, kain tenun, pot hingga dupa. Untuk makanan biasanya yang terkenal dan menarik adalah udon. Terdapat juga toko yang menawarkan teh gratis. Selain itu ada Museum Pengendalian Erosi dan Sedimen terletak tepat di area pintu masuk. Museum ini menjelaskan tentang bencana yang memporak-porandakan desa Iyashi no Sato juga cara mencegah agar bencana tersebut tidak terjadi lagi.

Bangunan lainnya adalah Rumah Seseragiya, dekat pintu biasanya terpajang instalasi seni yang bentuknya sesuai dengan tahun imlek, karena biasanya digunakan untuk penyambutan tahun imlek. Rumah yang menghadap timur ini memiliki dinding yang dipenuhi gambar yang indah, kebanyakan bentuk potret orang sendiri ataupun bersama-sama. Di sini kita bisa mencoba membuat kartu. Atau melihat pertunjukan perajin lokal membuat keranjang pengeringan bambu selama akhir pekan.

Bangunan berikutnya Rumah Miharashiya, rumah dengan dua lantai. Di lantai pertama dipenuhi dengan dengan hasil seni yang telah mendapatkan penghargaan, jadi hampir mirip dengan galeri. Sedangkan di lantai kedua difungsikan sebagai menara pandang. Untuk memasuki lantai dua, wisatawan harus melepas alas kakinya dan berganti dengan skital yang sudah disediakan. Menara pandang tersebut terletak di ujung tangga yang terdapat jendela besar sebelah kiri. Dari menara pandang ini, gunung Fuji semakin terlihat mempesona.

Kami bersyukur sekali, di lokasi ini kami menemukan salju serta pemandangan gunung Fuji yang sangat jelas tanpa terhalang apapun. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan dengan cuaca yang terang benderang, kami semua nya menyewa pakaian khas Jepang baik kostum Shogun maupun Samurai lengkap dengan pedang untuk berfoto ria.

Selanjutnya ada bangunan Rumah galeri kerja tembikar Fuji Roman-gama. Di dalam rumah ini tentu terdapat beragam tembikar. Ada dudukan sumpit berbentuk kucing yang dijual muali 200 Yen. Ada juga mangkok kecil khas Jepang dipenuhi motif indah mulai dari 400 Yen. Pajangan kecil berbentuk Gunung Fuji seharga 500 Yen. Selain itu, masih banyak tembikar lainnya. Disini, kita juga bisa mencoba membuat hiasan berbentuk burung hantu dan mewarnai tembikar.

Ada juga Watanabe House yang akan menyuguhkan barang-barang pameran yang menggambarkan keseharian para petani di zaman dulu. Terdapat tempat yang kita bisa mencoba kimono ataupun baju besi samurai dengan harga sewa 500 Yen, rumah ini bernama Hinomi-ya. Di ujung desa, terdapat tempat galeri yang memajang aneka patung dan pajangan dinding yang berasal dari kayu, boneka Tsurushi Kazari, senjata samurai, ada juga pakaian kimono atau yoroi tradisional. Di Iyashi no Sato juga terdapat jembatan yang bernama jembatan Fujimi. Biasanya digunakan orang-orang untuk berfoto dengan menggunakan kimono. Iyashi No Sato juga menyediakan gazebo dan tempat khusus yang dipenuhi aneka mainan tradisional bagi anak-anak.

Pintu masuk Iyashi No Sato

Bersambung…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *