Perbatasan ini terletak di Lembah Yordan Selatan dan berjarak sekitar 57 km dari Amman. Perbatasan King Huessein dibuka setiap hari dengan waktu operasional Minggu – Kamis mulai dari jam 07:30-22:00 dan Jumat-Sabtu jam 07:30-13:00 waktu setempat. Penyeberangan perbatasan King Hussein Bridge (Allenby Bridge) buka 7 hari seminggu dan hanya ditutup pada hari raya Yom Kippur dan Idul Adha. Perbatasan ini cenderung paling sibuk pada hari Minggu pagi setelah akhir pekan.
Bagi para pelintas di kawasan ini, visa Israel harus dibuat sebelum kedatangan ke perbatasan King Huessein/Allenby Bridge. Bagi warga negara Indonesia, dimana negara kita tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, dapat memperoleh visa Israel di Singapura.
Visa kami berupa visa grup yang mencantumkan data semua peserta yang akan ikut tour seperti nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor paspor dan kebangsaan. Visa berlaku selama 7 hari semenjak kedatangan.
Saat kendaraan mendekati perbatasan, guide kami menyampaikan bahwa tidak boleh ada yang berfoto-foto karena perbatasan dilengkapi oleh CCTV sehingga mudah bagi pihak yang berwenang mengamati perilaku para pelintas batas. Dan kalau ada yang dicurigai, bisa-bisa masuk ruang interogasi lalu ditahan. Maka demi keamanan, dengan terpaksa menahan diri untuk tidak berfoto-foto di lokasi ini.
Di perbatasan, kendaraan pribadi dan bis wisata tidak dapat melintasi perbatasan internasional. Para pelancong harus mengganti kendaraan saat melintasi perbatasan ini. Petugas berseragam Israel mengarahkan pelancong untuk masuk ke bangunan imigrasi dimana di dalamnya banyak orang-orang yang hendak melintas batas.
Pengamanan dan keamanan perbatasan sangat ketat. Ketika memasuki imigrasi Israel pelancong antri dan harus melalui pemindaian x-ray. Begitu juga dengan barang-barang bawaan. Proses ini cukup memakan waktu lama dengan antrian yang cukup panjang.
Terkadang ada beberapa tas dan paspor ditahan, ternyata secara acak, petugas mengambil barang dan paspor lalu melakukan 3 kali pengecekan dengan mesin pemindai. Terlihat ada beberapa conveyor berjejer dan petugas berulang kali memindahkan barang yang sama ke beberapa conveyor di sana.
Pemeriksaan belum selesai, kami harus antri di bagian pengecekan paspor dengan menunjukkan visa masuk Israel. Setelah diperiksa satu per satu kami pun dibolehkan lewat.
Sebagai informasi, petugas imigrasi tampaknya sudah mengerti bahwa paspor kami tidak diberi stempel karena pasti akan dicekal oleh pemerintah negara-negara Arab. Maka paspor kami hanya diberi sticker saja di bagian luarnya.
Pemeriksaan belum berakhir. Kami harus antri lagi di bagian petugas akhir sebelum keluar gedung dengan menunjukkan kartu permit bertuliskan “State Of Israel – Border Control.”
Jika ada satu hal yang mencurigakan, maka sistem keamanan bekerja secara otomatis. Semua sistem di bagian apapun berhenti total dan akan kembali aktif setelah hal-hal yang mencurigakan teratasi. Jika tidak, maka para pelintas seperti kami tidak akan diperbolehkan keluar. Setelah 15 menit, sistem kembali normal dan antrian kembali bergerak.
Setelah keluar dari kantor imigrasi Israel, kami pun menunggu jemputan dan guide yang akan mengajak kami berkeliling mengunjungi Masjidil Aqsa dan sekitarnya.
Kami bersama group Halal Holidays menjalani tour 10 hari 20-29 Nov 2023, menjelajahi petilasan para nabi yang sekarang meliputi tiga negara Yordania, Palestina, dan Mesir. Hari pertama praktis habis untuk perjalanan dengan Qatar Airways Jakarta-Doha 8,5 jam terbang, transit sekitar 6 Jam, kemudian dilanjutkan Doha-Amman 3 jam lagi. Sesampainya di Amman sudah pukul 11 malam waktu setempat, kami langsung check-in di Sulaf Luxury Hotel.
Spot pertama yang kami kunjungi adalah Petra, sebuah kota bersejarah dan arkeologis di Yordania selatan, berbatasan dengan gunung Jabal Al-Madbah, di cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan yang membentuk sisi timur lembah Arabah yang membentang dari Laut Mati ke Teluk Aqaba. Daerah sekitar Petra telah dihuni sejak 7000 tahun SM, orang-orang Nabatea mungkin telah menetap disana sejak awal abad ke-4 SM. Namun bukti arkeologi menyimpulkan kehadiran Nabatea baru pada abad kedua SM. Pada saat itu Petra telah menjadi ibu kota mereka, orang-orang Nabatea adalah orang Arab nomaden yang berinvestasi di Petra yang dekat dengan rute perdagangan dupa dengan menjadikannya sebagai pusat perdagangan regional utama.
Bisnis perdagangan memperoleh pendapatan yang cukup besar bagi orang Nabatea dan Petra menjadi fokus kekayaan mereka. Orang-orang Nabatea terbiasa hidup di gurun tandus, tidak seperti musuh mereka, dan mampu menahan serangan dari siapapun dengan memanfaatkan medan pegunungan di daerah itu. Mereka sangat ahli dalam memanen air hujan, pertanian dan ukiran batu. Petra berkembang pada abad ke-1 M dengan populasinya mencapai sekitar 20.000 jiwa. Ketika itu struktur Al-Khazneh dibangun yang diyakini sebagai makam raja Nabatea Aretas IV.
Petra jatuh ke tangan Romawi pada tahun 106 M dan menamainya sebagai Arabia Petraea. Petra menurun ketika rute perdagangan laut muncul dan setelah gempa bumi pada tahun 363 yang telah menghancurkan banyak bangunan. Di era Bizantium beberapa gereja Kristen dibangun, kota itu terus menurun, dan pada era Islam awal kota itu ditinggalkan kecuali oleh segelintir pengembara. Setelah itu Petra tidak diketahui lagi beritanya sampai ditemukan kembali pada tahun 1812 oleh
Akses ke kota melalui ngarai yang disebut Siq, yang mengarah langsung ke Khazneh. Terkenal dengan arsitektur rock-cut dan sistem saluran airnya. Petra juga disebut “Kota Mawar” karena warna batu yang diukir.
Pada tanggal 6 Desember 1985, Petra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pada tahun 2007, Al-Khazneh terpilih sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia Baru. Petra adalah simbol Yordania, sekaligus objek wisata Yordania yang paling banyak dikunjungi. Jumlah wisatawan mencapai puncaknya 1,1 juta wisatawan pada tahun 2019.
Taman Purbakala Petra (PAP) menjadi badan hukum otonom atas pengelolaan situs ini pada Agustus 2007.
Bidoul milik salah satu suku Badui yang warisan budaya dan keterampilan tradisionalnya diproklamasikan oleh UNESCO dalam Daftar Warisan Budaya bukan benda pada tahun 2005 dan tertulis pada tahun 2008.
Situs ini mengalami sejumlah ancaman, termasuk runtuhnya struktur kuno, erosi dari banjir dan drainase air hujan yang tidak tepat, pelapukan dari upwelling garam, restorasi yang tidak tepat dari struktur kuno dan pariwisata yang tidak berkelanjutan. Dalam upaya untuk mengurangi dampak dari ancaman tersebut, Petra National Trust (PNT) didirikan pada tahun 1989. Ini telah bekerja dengan banyak organisasi lokal dan internasional pada proyek-proyek yang mempromosikan perlindungan, konservasi, dan pelestarian situs Petra. Selain itu, UNESCO dan ICOMOS baru-baru ini berkolaborasi untuk menerbitkan buku pertama mereka tentang ancaman manusia dan alam terhadap situs Warisan Dunia yang sensitif. Mereka memilih Petra sebagai contoh pertama dan paling penting dari lanskap yang terancam.
Sejak Johann Ludwig Burckhardt alias Sheikh Ibrahim menemukan kembali reruntuhan kota di Petra, Yordania, pada tahun 1812, situs warisan budaya telah menarik orang yang berbeda yang berbagi minat dalam sejarah kuno dan budaya Nabatea seperti wisatawan, peziarah, pelukis dan sarjana. Namun, baru pada akhir abad ke-19 reruntuhan itu didekati secara sistematis oleh para peneliti arkeologi. Melalui penggalian di Taman Arkeologi Petra, semakin banyak warisan budaya Nabatea yang terpapar dampak lingkungan. Masalah utama adalah pengelolaan air yang berdampak pada warisan yang dibangun dan fasad batu yang dipahat. Banyaknya penemuan dan paparan struktur dan temuan menuntut tindakan konservasi yang menghormati keterkaitan antara lanskap alam dan warisan budaya, khususnya hubungan ini merupakan tantangan utama di Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sebagian besar pengunjung menginap di banyak hotel berstandar internasional di kota Petra dengan akses jalan kaki yang cukup singkat ke Petra. Ada juga homestay dan penginapan yang lebih tradisional, bahkan kesempatan untuk tinggal di gua. Pengunjung terkadang termasuk mereka yang telah mendaki atau berlari melintasi gurun selatan Yordania untuk sampai ke Petra.
Pada tahun 1979 Marguerite van Geldermalsen dari Selandia Baru menikah dengan Mohammed Abdullah, seorang Badui di Petra. Mereka tinggal di sebuah gua di Petra sampai kematian suaminya. Dia menulis buku Married to a Bedouin.
Seorang wanita Inggris, Joan Ward, menulis Living With Arabs: Nine Years with the Petra Bedouin mendokumentasikan pengalamannya selama tinggal di Umm Sayhoun bersama Petra Badui, selama periode 2004–2013.
Situs ini muncul dalam film-film seperti Indiana Jones and the Last Crusade, Arabian Nights, Passion in the Desert, Mortal Kombat: Annihilation, Sinbad and the Eye of the Tiger, The Mummy Returns, Krrish 3, Transformers: Revenge of the Fallen, Samsara dan Kajraare.
Berbagai upaya dilakukan untuk menguak sejarah Nabi Musa. Bagaimanapun, Musa AS adalah sosok nabi yang mendapat tempat berharga dalam sejarah tiga agama samawi, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Musa diperintahkan berdakwah dan memimpin Bani Israel, bersama saudaranya Harun. Selain itu, Musa AS juga mempunyai misi untuk menegakkan tauhid kepada penguasa Mesir ketika itu, yakni Firaun.
Salah satu jejak Musa adalah 12 mata air, Situs ini terletak di perbatasan Provinsi Suez dan perbukitan Sinai, 165 KM dari ibu kota Mesir, Kairo. Sumber mata air ini adalah peninggalan Musa AS, setelah Allah SWT memerintahkan untuk memukulkan tongkatnya.
Keluarlah 12 mata air dengan volume air melimpah yang menyelamatkan rombongan Bani Israil pimpinan Musa dari bencana kehausan, pascapelarian dari kejaran Fir’aun.”Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.
Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS al-Baqarah [2]: 60). Dari kedua belas mata air itu, saat ini hanya lima saja yang mampu bertahan dan cuma satu sumur saja yang berair dengan kedalaman 40 kaki.
Dari situs Patung Sapi Samiri kami bergerak ke depan papan bertuliskan ” The Tomb of Propet Haroun” (Makam Nabi Haroen). Orang di sana menyebut bukit pemakaman itu sebagai Gunung Hor atau Jabbal Harun. Riwayatnya, Nabi Harun meninggal dan dimakamkan di puncak gunung itu, dan orang-orang yang berkabung untuk dia tiga puluh hari lamanya. Di atas bukit itu pada abad ke-14 dibangun sebuah masjid.
Nabi Harun, adalah Saudara dari Nabi Musa AS yang diutus Allah untuk mengajak Bani Isarel kejalan yang lurus untuk menyembah Allah, bukan yang lain. Banyak rasul yang diutus Allah itu berasal dari Bani Israil.
Nabi Harun dan nabi Musa ini adalah keturunan keempat dari nabi Ya’qub yang tinggal di Mesir sejak nabi Yusuf berkuasa di Mesir. Nabi Harun adalah Muhammad al-Wasfhi disebutkan dalam Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul wa al-Irtibath a-Zamani wa al-’Aqaidi. Kita tahu bahwasanya nabi Harun adalah putra dari Imran ibn Quhat ibn Lawi ibn Ya’qub ibn Ishaq ibn Ibrahim. Sedangkan ibn Harun adalah Yukabid, saudara perempuan Quhat dan bibi dari Imran sendiri. Dari Imran yukabid melahirkan tiga orang anak, yakni satu perempuan yang bernama Maryam, dan dua laki-laki yang bernama Harun dan Musa.
Dari beberapa literatur disebut, makam Nabi Harun dibangun pada abad ke-13 oleh Dinasti Mamluk, yakni oleh Sultan Al Nasir Mohammad. Nabi Harun AS diyakni meninggal pada usianya yang ke-122 tahun. Di dalam Alquran, Nabi Harun AS disebutkan namanya sebanyak 20 kali. Nabi Musa mengakui kemampuan Nabi Harun, yakni mampu berkata-kata dengan baik. Saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataan ku, ujar Nabi Musa dikisahkan dalam Alquran.
Musa dan Harun saling melengkapi. Musa seorang yang tegas dan pemberani. Jiwa kepemimpinan sangat kuat namun kurang fasih berbicara. Saat masih kanak-kanak, Musa mengalami kecelakaan yakni dia memasukkan bara api ke mulutnya. Akibatnya Musa tidak bisa berbicara dengan jelas. Sementara Harun adalah saudaranya yang sangat fasih berkomunikasi dan sangat mudah dipahami. Dan, Nabi Harun adalah Rasul Allah yang sangat piawai dalam berdebat.
Dalam riwayat diceritakan, Nabi Harun dipercaya memimpin Bani Israil selama 40 hari saat itu Nabi Musa harus menjalankan saum selama 30 hari karena Nabi Musa memohon agar kaum Bani Israil diberi kitab untuk petunjuk hidup. Kemudian, Nabi Musa diharuskan menggenapkan saumnya menjadi 40 hari. Dia juga harus ke Bukit Sinai untuk menghadap Allah SWT. Ketika itu dikisahkan, Nabi Musa mengajak 70 orang menyertainya ke Bukit Sinai. Selama kepergiannya Nabi Harun menjadi pemimpin Bani Israil. Tugas utama Nabi Harun adalah jangan sampai kaum Bani Israil terjeremus kembali ke dalam kesesatan.
Tapi apa yang terjadi. Kaum Bani Israil kecewa. Nabi Musa dianggap telah menelantarkan mereka. Kekesalan Bani Israil dimanfaatkan orang munafik seperti Samiri. Memang Bani Isreil adalah kaum pembangkang.
Ketika Nabi Musa kembali, dia kecewa karena Bani Israil sedang mengelilingi patung anak sapi. Dikisahkan, Nabi Musa menjambak Nabi Harun dan dia memberi teguran pada Harun. Harun tidak bisa melawan karena jumlah Bani Israil banyak. Lantas Nabi Musa mendatangi Samiri dan mengusirnya. Umat Bani Israil lantas kembali lagi menyembah Allah.
Kisah Nabi Harun lainnya yakni saat nememani Nabi Musa menghadap Firaun. Mereka mendatangi Firaun untuk menyampaikan Taurat, kitab Suci dari Allah untuk umat Nabi Musa, Bani Israil. Namun Firaun murka dan mengancam Nabi Musa dan Nabi Harun. Keduanya mendapat perintah untuk meninggalkan Mesir.
Firaun dan pasukannya mengejar rombongan Nabi Musa. Nabi Harun tetap setia mendampingi. Langkah mereka dan rombongan terhenti karena adanya laut Merah.
Nabi Harun meyakinkan Bani Israil yang mulai gelisah. Atas kehendak Allah laut terbelah membentuk jalanan. Nabi Musa dan Nabi Harun memerintahkan kaumnya menyeberang. Tidak lama setelah itu Nabi Harun sakit dan meninggal di Bukit Haur. Nabi Musa pun berduka.
Di dalam al-Quran surah Thaahaa ada menyatakan kisah Nabi Musa dan kaumnya yang disesatkan oleh seorang lelaki bernama Samiri semasa Nabi Musa pergi bermunajat kepada Allah swt di Bukit Sinai. Samiri digambarkan dalam al-Quran sebagai lelaki yang bertanggung jawab mengukir patung sapi emas untuk menjadi bahan sembahan kaum Bani Israil. Patung sapi betina yang diukir oleh Samiri memiliki kuasa ajaib sehingga mampu mengeluarkan kata-kata dan suara. Akibat tertarik dengan patung tersebut, hampir seluruh kaum bani Israil lupa terhadap pesan Nabi Musa untuk kekal menyembah Allah yang Esa.
Kesesatan kaum Bani Israil bagaimanapun tidak mampu ditangani oleh adik kandung Nabi Musa yaitu Nabi Harun. Diriwayatkan, sebelum Nabi Musa pergi ke Bukit Sinai, Nabi Harun telah diamanahkan oleh Nabi Musa untuk membimbing kaumnya. Namun keras batunya kaum yang paling banyak diceritakan dalam al-Quran ini tidak mampu dinasihati oleh Nabi Allah Harun. Bahkan, Harun dicerca oleh kaumnya sendiri. Bergitulah hebatnya tipu Samiri yang mampu memorak-porandakan keimanan kaum Bani Israil.
Dalam surah Thaahaa, ada dialog dengan nada agak keras antara Nabi Musa a.s terhadap Samiri. Digambarkan, Samiri adalah lelaki yang cukup berani dan pandai berkata-kata sehingga dialog antara mereka berdua tidak menampakkan kekakuan Samiri. Samiri melontarkan kata-katanya dengan cukup yakin dan obsesi terhadap ilmu sihirnya.
ayat 95. Berkata Musa : “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”
ayat 96. Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.”
ayat 97. Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Surah Thaahaa ayat 95-97
Dalam ayat 95, Nabi Musa telah bertanya kepada Samiri dengan nada yang keras dan bersifat mengancam. Kemudian, pada ayat 96, ahli tafsir muktabar seperti Ibnu Kathir(1301-1373) dan Ath-Tabari (838–923) berpendapat bahawa Samiri telah membuka rahasia ilmu sihirnya. Pada ayat ‘Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Ibnu Kathir dalam tafsir ulungnya telah memberi penjelasan bahwa Samiri telah melihat malaikat jibril datang dengan kuda tunggangannya, Haizum untuk membinasakan Firaun sedangkan kaum Bani Israil tidak melihatnya.
Besar kemungkinan ia terjadi semasa Nabi Musa dan Bani Israil melarikan diri secara besar-besaran dari bumi Mesir. Akibat kekalutan tersebut, kaum Bani Israil yang beribu-ribu orang tidak menyedari kehadiran Jibril yang menyerupai manusia.
Pada ayat “aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya”, Ibnu Kathir memberi penjelasan yang antara lain menerangkan bahwa jejak rasul tersebut adalah jejak kuda tunggangan Malaikat Jibrail. Ia diterima secara umum oleh ahli-ahli tafsir lain selepas Ibnu Kathir.
Apa dimaksudkan dengan segengam dari jejak rasul itu adalah Samiri telah mengambil segenggam tanah yang dipijak oleh kuda Maiaikat Jibril. Menurut ulama tafsir terkemuka Mujahid, segenggam tanah berarti sepenuh telapak tangan. Samiri kemudian menggunakan ilmu sihirnya untuk membentuk sapi emas yang mampu mengeluarkan suara.
Dalam ayat 97, ada ayat yang berbunyi, “Janganlah menyentuh (aku)”. Menurut Ibnu Kathir, Samiri telah diusir dari khalayak ramai ditambah lagi, hukuman di akhirat pasti lebih dashyat dengan siksaan api neraka buat selama-lamanya.
Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab Sirat ar-Rasulullah, meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zhufar.
Dari Qatadah ibnu al-Nu’man, salah seorang sahabat besar Rasulullah saw daripada golongan Ansar telah berkata, “Samiri berasal daripada negeri Samir (Sumaria)
Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur’an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas.
Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin.
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan)…..(QS. Al-A’raaf: 148)
Dalam penaklukan wilayah Andalusia, ada tiga pahlawan Islam yang berjasa memimpin pasukan ke sana, yaitu: Tharif Ibn Abdul Malik Annhaka’i, Tharik Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif Ibn Abdul Malik An-Nhaka’i pada tahun 91 H/710 M di perintah gubernur Musa Ibn Nushair untuk melakukan penjajakan awal memasuki wilayah Andalusia dengan membawa 400 tentara dan 100 pasukan berkuda. Ia dan pasukanya menyebrangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dan mendarat di sebuah tempat yang kemudian di beri nama Tharifa. Ekspedisi ini berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara membawa banyak harta rampasan (ghanimah).
Pada tahun 92 H/711 M, Gubernur Musa Ibn Nushair mengutus Tharik Ibn Ziyad untuk melanjutkan penyerangan ke Andalusia dengan pasuka sebanyak 7000 orang. Ekspedisi kedua ini mendarat di bukit karang Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderich tewas. Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti Cordoba, Archedonia, Malaga, Elvira, Granada dan Toledo sebagai ibu kota kerajaan Visigoth. Pasukan Thariq di tambah 5000 personil sehingga berjumlah 12000 orang Barbar dan Arab ketika akan menaklukan kota Toledo menghadap pasukan Raja Roderick yang berkekuatan 100.000 personel. Sejak saat itu , Islam berkuasa di Andalusia.
Gubernur Musa Ibn Nushair pada tahun 93 H/712 M memimpin sendiri satu pasukan menuju Andalusia melewati pantai barat Semenanjung dan berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Ghotiq, Theodomir di Oriheula. Pasukan Musa Ibn Nushair dan Thariq Ibn Ziyad bergabung di Toledo. Kedua pasukan itu berhasil menguasai seluruh kota penting di Andalusia sampai ke utara seperti Saragosa, Terroofona dan Barcelona.
Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang di angkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Selama masa ini terjadi dua 20 kali pergantian wali. Periode ini, Islam di Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.
Andalusia berada di bawah pemerintahan seorang panglima atau gubernur yang begelar Amir tapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam Abbasiyah di Bagdad. Periode ini sampai periode keempat merupakan zaman Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia hingga tahun 1031, yakni berdirinya dinasti-dinasti kecil (Mulk al-Thawaif). Penguasa pertamanya adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil, keturunan Bani Umayyah yang lolos dari kerajaan Dinasti Abbasiyah yang menggulingkan Dinasti Umayyah di Damaskus. Penguasa selanjutnya Hakam I, Hisam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad Ibn Abdul al-Rahman, Munzir Ibn Muhammad, dan Abdullah Ibn Muhammad. Periode ini, Umat Islam Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban.
Pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar al-Nasir li dinillah (penegak agama Allah) sampai munculnya raja-raja kelompok (kecil) yang dikenal dengan Muluk at-Thawaif masuk dalam periode ketiga. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. Dengan demikian, pada masa ini terdapat dua Khalifah Sunni di dunia Islam, Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah di Spanyol, di samping seorang Khalifah Syi’ah Fatimiyyah di Afrika Utara (Ali, 1996). Pemakaian gelar Khalifah tersebut bermula dari berita bahwa al-Muqtadir, khalifah daulat Bani Abbasiyah Bagdad, tewas dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam ketidakpastian. Oleh sebab itu, momen tersebut dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memakai gelar Khalifah yang telah dirampas dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih (Yatim, 1994). Gelar ini resmi dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada tiga orang, yaitu Abd Rahman al-Nasir (912-961), Hakam II (961-976), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini, umat Islam Spanyol berhasil mencapai puncak kemajuan dan kejayaannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Rahman III merupakan penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Seluruh gerakan pengacau dan konflik politik dapat diselesaikan sehingga situasi negara relatif aman. Penaklukan kota Elvira, Jain, dan Seville merupakan sebagian bukti keberhasilan Abd Rahman III dan kekuatan Kristen juga dipaksa menyerah kepadanya. Setelah sukses mengatasi problem politik dalam negeri, ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Daulah Fatimiyyah untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke negeri Spanyol.
Di bawah pemerintahan Khalifah Abd Rahman III, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, terlebih di bidang Arsitektur. Tercatat tidak kurang dari 300 masjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum berada di Cordova. Kemasyhurannya sebagai penguasa dikenal sampai di negeri Konstantinopel, Jerman, Perancis, hingga Italia. Bahkan, penguasa negeri-negeri tersebut mengirim para dutanya ke Istana Khalifah. Armada laut yang dibentuk berhasil menguasai jalur lautan tengah bersama dengan armada Fatimiyyah. Kebesaran Abd Rahman III dapat disejajarkan dengan Raja Akbar dari India, Umar bin Khattab, dan Harun al-Rasyid. Jadi, Abdurrahman III bukan hanya sebagai penguasa terbaik Spanyol, melainkan juga salah satu penguasa terbaik dunia (Ali,1996). Sayangnya, tidak semua tokoh sejarah mengetahui hal ini (Husain,1996).
Penguasa setelah Abd Rahman II adalah Hakam II, yang merupakan seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Koleksi dalam perpustakaannya tidak kurang dari 400.000 buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota pun berlangsung cepat. Selanjutnya, Hisyam II naik tahta dalam usia sebelas tahun merupakan awal kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Oleh karena itu, kekuasaan de facto berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan dan saingannya. Atas keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Mansur billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah ia wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualifikasi untuk jabatan itu. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau al-Muluk at-Thawaif, yang antara lain berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, dan Toledo (Bosworth, 1993). Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal. Sayangnya, jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Karena menyaksikan kekacauan dan kelemahan yang menimpa keadaan politik Islam, maka orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan
Walaupun terpecah dalam beberapa negara, pada periode kelima ini, Spanyol Islam masih mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235M).
a). Dinasti Murrabithun
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan negerinya dari serangan kaum Nasrani. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja Muslim menyebabkan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia pun berhasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat diteruskan oleh penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah raja-raja yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah Saragosa dapat di kuasai oleh kaum Kristen. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabithun baik di Afrika Utara maupun di Spanyol berakhir. Dinasti Muwahhidun muncul sebagai gantinya.
b). Dinasti Muwahiddun
Tahun 1146 M penguasa Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut Spanyol. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart (w.1128). Ia adalah seorang cerdas, tangkas, dan tak segan-segan mempunyai pemikiran berseberangan. Ia adalah murid Qadi Ibnu Hamdin. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di negara Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd-Al-Mu’min antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan dipegang oleh Abu Yusuf al-Mansur. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian, dinasti Muwahhidun mengalami keruntuhan.
Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam.
Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim Spanyol di bawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Persekutuan antara wilayah Aragon dan Castille melalui perkawinan Ferdinand dan Isabella melahirkan kekuatan besar untuk merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol (Tim, 1994). Namun beberapa kali serangan mereka belum berhasil menembus pertahanan umat Islam. Abu Hasan yang menjabat pada waktu itu mampu mematahkan serangan tersebut. Bahkan ia menolak membayar upeti kepada pemerintahan Castille. Abu Hasan dalam suatu serangan berhasil menduduki kota Zahra.
Untuk membalas dendam, Ferdinand melancarkan serangan mendadak terhadap al-Hamra dan berhasil merebutnya. Banyak wanita dan anak kecil yang berlindung di sana dibantai oleh pasukan Ferdinand. Jatuhnya al-Hamra ini merupakan pertanda kejatuhan pemerintahan Granada. Situasi pemerintahan pusat di Granada semakin kritis dengan terjadinya beberapa kali perselisihan dan perebutan kekuasaan antara Abu l Hasan dengan anaknya yang bernama Abu Abdullah. Serangan pasukan Kristen yang berusaha memanfaatkan situasi ini dapat dipatahkan oleh Zaghal, saudara Abul Hasan. Zaghal menggantikan Abul Hasan sebagai penguasa Granada. Zaghal berusaha mengajak Abu Abdullah menggabungkan kekuatan dalam menghadapi musuh. Tapi ajakan itu ditolaknya. Ketika terjadi pergolakan politik antara Zaghal dan Abu Abdullah, pasukan Kristen melakukan penyerbuan dan berhasil menguasai Alora, Kasr Bonela, Ronda, Malaga, dan Loxa. Pada serangan berikutnya, Zaghal menyerah dan melarikan diri ke Afrika Utara. Satu-satunya kekuatan Muslim berada di kota Granada dipimpin oleh Abu Abdullah yang kemudian dihancurkan oleh Ferdinand. Abu Abdullah dipaksa menyampaikan sumpah setia kepada Ferdinand dan bersedia melepaskan harta kekayaan umat Islam sebagai imbalan dari diberikannya hak hidup dan kebebasan beragama bagi orang Islam. Peralihan kekuasaan yang menyedihkan itu terjadi pada tanggal 3 Januari 1492M (Ali, 1996; Yatim, 1994). Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Akibatnya, pada tahun 1609 M, dapat dikatakan tidak ada lagi umat Islam yang hidup di daerah ini.
Mohammed V Square adalah alun-alun bersejarah yang terletak di pusat Kota Casablanca, Maroko. Alun-alun ini dibuat pada tahun 1916, pada saat periode awal Koloni Perancis berdasarkan disain dari Arsitek Perancis Henri Prost dan Joseph Marrast.Alun-alun ini secara resmi dinamakan Mohammed V Square sebagai penghormatan kepada Raja Maroko Mohammed V, dikenal juga dengan nama “Pigeon Square” disebabkan banyaknya burung merpati di tempat itu. Disini sering dijumpai “Water Man” yaitu laki- laki penjual air yang berpakaian khas Suku Berber.
Tempat ini cukup menyenangkan untuk bersantai, datanglah pagi hari pada saat masih sepi pengunjung.
2. Masjid Hassan II, Casablanca
Masjid Hasan II dibangun tahun 1986-1993, didisain oleh arsitek Prancis Michel Pinseau dan dibangun oleh Bouygues. Masjid ini disebut-sebut sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di Kota Mekkah. Masjid ini memiliki minaret yang paling tinggi di dunia, yaitu 210meter dan memiliki kapasitas 25.000 orang dan ditambah lagi dengan pelataran yang mampu menampung 80 ribu jemaah.
Masjid Hassan II dibangun untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II. Masjid sengaja dibangun menjorok ke Samudra Atlantik membuatnya terlihat seakan akan berada di tengah laut layaknya sebuah masjid terapung. Tak salah bila kemudian masjid ini mendapat julukan sebagai masjid terapung terbesar di dunia dan sekaligus menjadi icon Kota Casablanca.
Teknologi tinggi diaplikasikan di masjid ini dengan memanfaatkan teknologi cahaya Laser untuk pencahayaan dan memberikan keindahan tersendiri di malam hari, penggunaan pemanas lantai untuk mengontrol temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin, penggunaan pintu elektrik, rancangan atap yang bisa di buka tutup dengan teknologi mutakhir dan beberapa bagian lantai masjid menggunakan kaca tebal sehingga memungkinkan jemaah melihat Samudera Atlantik yang menyapu bebatuan di bawah masjid.
Selain itu masjid ini juga secara keseluruhan berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang sholat yang mengagumkan, dengan ukiran tangan para pengukir yang memang profesional di bidangnya ditambah dengan dekorasi hasil cetakan semen. Sebuah tim besar para maestro pengukir dipekerjakan khusus menangani proyek pembangunan masjid ini dengan bahan bahan terpilih berupa kayu kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafroute. Lebih dari 6000 seniman Maroko dipekerjakan dengan biaya proyek mencapai setengah miliar dolar dan sebagian besar dari dana pembangunan tersebut merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri.
Mendengar nama Stadion Camp Nou, hal yang terlintas di benak penggemar sepak bola tentu adalah markas FC Barcelona. Stadion Camp Nou sendiri merupakan salah satu stadion terbesar di Benua Eropa dan dunia. Camp Nou berkapasitas 99.354 penonton.
Sejarah Stadion Camp Nou dilansir dari laman FC Barcelona, pada awal abad ke-20, Barcelona memainkan laga-laga mereka di Stadion Calle de la Industria yang hanya dapat menampung 6000 penonton. Barcelona baru bisa membangun stadion baru bernama Les Corts dengan kapasitas 20.000 penonton yang dibuka pada Mei 1922. Seiring perjalanan waktu, karena suporter Barcelona terus berkembang pihak klub memutuskan untuk membangun stadion baru lagi.
Pihak klub memutuskan untuk membangun stadion baru yang terletak tidak jauh dari markas lama. Pembangunan stadion baru tersebut dimulai pada tahun 1954. Arsitek stadion baru milik Barcelona ini adalah Francesc Mitjans Miro, sepupu Miro-Sans, dan Josep Soteras Mauri, dengan kolaborasi Lorenzo García Barbon. Pembangunan stadion megah milik Barcelona ini membutuhkan tiga setengah tahun. Pada 24 September 1957, stadion baru akhirnya bisa diresmikan. Pada acara peresmian markas baru, Barcelona melakukan laga uji coba melawan klub asal Polandia, Legia Warsawa.
Pesta pembukaan markas baru itu berakhir manis untuk tuan rumah karena menang dengan skor 4-2 kala itu. Saat dibuka, Camp Nou memiliki kapasitas 93.053. Stadion Camp Nou sendiri sempat mengalami beberapa kali renovasi. Tahun 1982, kapasitas Camp Nou diperluas hingga menjadi 115.000 penonton, karena markas Barcelona itu dipercaya menjadi lokasi pembukaan Piala Dunia pada tahun tersebut. Pada tahun 2000-an, Barcelona mengubah seluruh tribun dengan kursi tunggal (single seat) sehingga mengurangi kapasitas stadion menjadi 99.354 penonton.
Seperti diketahui, markas kebesaran FC Barcelona ini dibangun pada tahun 1954 dan diresmikan pada 24 September 1957. Nama awal stadion ini dari awal pembukaan bernama Estadi del FC Barcelona. Namun, pada tahun 2000, pihak klub mengubah nama stadion menjadi Camp Nou. Adapun Stadion Camp Nou juga pernah dipercaya menjadi tuan rumah final Liga Champions tahun 1989 dan 1999 dan Olimpiade tahun 1992. Tak hanya urusan bola, Camp Nou pernah juga menjadi tuan rumah sejumlah konser, seperti konser Lluis Llach, Bruce Springsteen, Michael Jackson, Josep Carreras, Julio Iglesias, dan band U2. Selain itu, stadion ini juga dipakai berdoa oleh ribuan umat Katolik ketika Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Barcelona tanggal 7 November 1982.
2. Olympic city, Barcelona
Desa Olimpiade dibuat di distrik Sant Martí untuk Olimpiade 1992, ketika keputusan diambil untuk membangun seluruh lingkungan di tepi laut untuk menampung para atlet yang akan mengikuti kompetisi olahraga. Proyek perencanaan kota besar ini menghasilkan regenerasi area yang luas di garis pantai kota dan mereklamasi situs industri yang terbengkalai. Arsitek terkemuka saat itu dipilih untuk merancang blok perumahan, dan Barcelona memperoleh distrik perumahan serta pantai baru, area lanskap yang luas, dan fasilitas umum.
Sejumlah cerobong asap masih memenuhi cakrawala, mengingatkan masa lalu industri di lingkungan yang menawarkan peluang rekreasi terbaik di Barcelona. Melihat ke atas, Kita akan melihat dua gedung pencakar langit yang menjulang di atas Olympic Marina, Torre Mapfre, dan Hotel Arts yang mewah, yang tingginya 144 meter. Di bawahnya, seekor ikan mas raksasa, yang dirancang oleh Frank Gehry, menghadap ke laut. Olympic Marina memiliki lebih dari 40 bar dan restoran di mana kita dapat menikmati hidangan lezat setiap saat sepanjang hari. Dan pantai-pantai yang terbentang di kedua sisi pelabuhan mengundang kita untuk berenang atau berjalan-jalan di sepanjang tepi laut. Daerah ini juga menawarkan berbagai olahraga air dan kegiatan berlayar.
3. Sagrada Familia, Barcelona
Basílica i Temple Expiatori de la Sagrada Família (Basilika dan Gereja Pelayanan Keluarga Kudus) adalah sebuah gereja Katolik Roma di Barcelona yang belum selesai dibangun dan dirancang oleh arsitek berkebangsaan Spanyol, Antoni Gaudí (1852–1926). Karya Gaudi pada bagian bangunan merupakan Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO. Pembangunan Sagrada Familia melalui tahapan berikut;
Tahap Awal (1883-1913); Gaudi mengambil alih proyek pada tahun 1883 sejak mundurnya arsitek Francisco Paula de Villar. Gaudi diberikan kepercayaan untuk meneruskan perancangan Sagrada Familia. Tahap pertama yang dilakukan oleh Gaudi ialah membangun crypt, yang selesai pada tahun 1889. Gaudi kemudian berpikir untuk melakukan sebuah pekerjaan baru yang lebih besar, ia membuang ide neo-gothik lama dan mengusulkan konsep yang lebih monumental. Pada tahun 1892 ia mulai bekerja pada dasar-dasar eksterior Nativity. Pada tahun 1894 eksterior kubah selesai dan tahun 1899 pintu roser salah satu pintu masuk ke gereja. Tahun berikutnya, pada tahun 1910, model eksterior Nativity di pamerkan di Grand Palais di Paris pada kesempatan pameran karya gaudi dipromosikan oleh temannya Eusebi Guell.
Tahap Gaudi (1914-1926); Setelah 1914, Gaudi mengabdikan dirinya secara ekslusif untuk membangun Sagrada Familia, yang mana menjadi alasan mengapa tidak ada karya karya besar lainnya dari tahun-tahun terakhir hidupnya. Dia menjadi begitu sibuk di beberapa bulan terakhirnya tepat di sebelah bengkel yang terletak diruang samping kubah yang ia gunakan untuk membuat model skala, melakukan sketsa dan gambar, sebagai studio patung dan ruang untuk karya fotografi, dan lainnya. Pada tahun 1911 ia merencanakan pembangunan dari Passion Eksterior yang merupakan rangkaian dari tiga eksterior dari bangunan Sagrada Familia. Pada tahun tahun 1923 ia menemukan solusi untuk rangkaian atap bangunan Sagrada Familia. Gaudi meninggal dunia tahun 1926 akibat ditabrak kereta api. Sejak itu, sepuluh arsitek melanjutkan pekerjaannya, berdasarkan model dari gipsum buatan Gaudi dan foto-foto dan publikasi dari gambar aslinya. Gambar aslinya hancur dalam kebakaran semasa Revolusi Spanyol.
Tahap Mulai Kembali (1939-1985); Setelah perang saudara Spanyol berakhir, pembangunan Sagrada Familia dikota Barcelona dilanjutkan kembali. Pada tahun 1940, arsitek Francesc de Paula Quintana i Vidal, rekan gaudi sejak tahun 1919, memulihkan crypt bakaran dan mulai merekonstruksi model yang rusak, yang digunakan untuk melanjutkan pembangunan sesuai dengan ide awal Gaudi. Pada tahun 1954, pemasangan pondasi Passion Eksterior telah dimulai, pemasangan ini didasarkan dari banyak penelitian yang dilakukan oleh Gaudi pada tahun 1892 dan 1917. Pembangunan terus berlanjut hingga 1985 mulai dari didirikan nya kolom, kubah, dinding nave dan transept.
Tahap Sekarang (1986-2013); Sejak 1986, Josep Maria Subirachs’ver telah membuat patung untuk Passion Eksterior, yang telah sesuai dengan gayanya selama 25 tahun terakhir. Pada tahun 2000, kubah dari bagian tengah dan transept dibangun dan pekerjaan dimulai pada eksterior Glory. Pada tahun 2001 jendela utama dari eksterior Passion telah selesai dengan pemasangan kaca patri yang didedikasikan untuk kebangkitan Yesus, pengerjaan dilakukan oleh Joan Vila-Grau. Pada tahun 2002, Josep Maria Subirachs melakukan pengerjaan untuk dinding nabi yang terletak di teras eksterior Passion. Dan pada tahun 2005, Patung kenaikan Tuhan di tempatkan di antara menara-menara pada eksterior Passion, di waktu yang sama, dipasangkan juga simbol ekaristi roti dan anggur di jendela dari bagian eksterior Passion oleh pematung asal jepang, Etsuro Grove. Pada tahun 2006 ukiran paduan suara pada eksterior Glory selesai dibangun sesuai dengan model Gaudi yang asli. Lalu pada tahun 2010 menara yang dimahkotai oleh salib didirikan, menara ini didedikasikan untuk Perawan Maria. Menara ini akan dikelilingi oleh empat menara lainnya, yang didedikasikan untuk penginjil. Pengerjaan yang berlangsung hingga tahun 2013 adalah penyelesaian pembangunan menara, yang mana terdiri atas 16 menara dan penyelesaian dari eksterior Glory.
Pada tanggal 19 April 2011, cairan arson menjadi pemantik tragedi kebakaran basilika di area sakristi yang menyebabkan evakuasi wisatawan dan pekerja konstruksi. Sakristi rusak, dan diperlukan kurang lebih 45 menit waktu untuk memadamkan kebakaran
Pembangunan Sagrada Família tidak didanai oleh pemerintah maupun gereja. Tahap awal pembangunannya didanai oleh sumbangan para donatur. Pembangunan selanjutnya didanai oleh hasil penjualan tiket wisata. Sumbangan disalurkan melalui organisasi Friends of the Sagrada Família. Anggaran pembangunan tahun 2009 sebesar €18 juta.
Pada Oktober 2018, 136 tahun setelah peletakan batu pertama, dewan pengawas Sagrada Família membayar €36 juta kepada pemerintah kota untuk memperoleh izin mendirikan bangunan. Sebagian besar uang tersebut akan digunakan untuk memperbaiki akses ke gereja dari kereta bawah tanah Barcelona.
4. Bukit Montjuic : Panoramic View
Bukit Montjuic terletak di daerah Sants, sebelah tenggara pusat kota Barcelona. Bukit Montjuic atau yang lebih dikenal dengan Jewish Mountain adalah tempat yang tepat untuk menikmati keindahan kota Barcelona dari ketinggian. Disebut Jewish Mountain karena konon daerah ini dulu dihuni oleh komunitas Yahudi, tetapi karena terjadi peperangan akhirnya komunitas tersebut mengungsi. Bukit Montjuic juga dikenal sebagai tempat terjadinya pembataian massal dalam sejarah jaman kegelapan Spanyol.
Di puncak bukit Montjuic ini terdapat taman-taman terbuka, areal bekas olimpiade, museum seni dan air mancur buatan yang terkenal. Pengunjung yang datang biasanya sekalian piknik dan bersantai-santai di taman. Selain itu terdapat juga kastil “Castell de Montjuic” yang bisa dicapai dengan menggunakan kereta gantung selama kurang lebih 15 menit dengan membayar return tiket seharga 12 Eur. Sambil naik kereta gantung, kita bisa menikmati panorama kota Barcelona.
Sejak abad ke-8 hingga 12 M, Zaragoza, atau yang juga dikenal dengan sebutan Saragossa, menjadi salah satu pusat kebudayaan Muslim di tanah Spanyol. Kota yang berada di bagian utara-barat Spanyol ini pada mulanya tahun 470 M dikuasai kaum Ghotik, lalu ditaklukkan oleh kaum Muslim pada 712 M. Kota ini tetap berada di bawah penguasa Islam hingga akhirnya jatuh ke tangan Raja Alfonso VI dari Leon pada 1118 M.
Istana Aljafería adalah istana abad pertengahan berbenteng yang dibangun pada paruh kedua abad ke-11 di Taifa Zaragoza di Al-Andalus. Istana ini adalah kediaman dinasti Bani Hud pada era Abu Jaffar Al-Muqtadir yang mencerminkan kemegahan yang dicapai Taifa Zaragoza pada puncaknya. Saat ini menampung Cortes (parlemen regional) dari komunitas otonom Aragon.
Strukturnya adalah satu-satunya contoh besar arsitektur Islam Spanyol yang dilestarikan dari era taifa (kerajaan independen). Aljafería, bersama dengan Masjid-Katedral Córdoba dan Alhambra, adalah tiga contoh terbaik arsitektur Hispano-Muslim dan memiliki perlindungan hukum khusus. Pada tahun 2001, struktur asli Aljafería yang direstorasi dimasukkan ke dalam Mudéjar Architecture of Aragon, sebuah Situs Warisan Dunia.
Gaya ornamen Aljafería, seperti penggunaan lengkungan mixtilinear dan pegas, perluasan arabesques di area yang luas, dan skematisasi dan abstraksi progresif dari yeserias dari sifat tumbuhan, sangat memengaruhi seni Almoravid dan Almohad di Iberia. Pergeseran ragam hias ke arah motif yang lebih geometris menjadi dasar seni rupa Nasrid.
Setelah penaklukan kembali Zaragoza pada tahun 1118 oleh Alfonso I dari Aragón, istana menjadi kediaman raja-raja Kristen Kerajaan Aragón bahkan digunakan sebagai tempat tinggal kerajaan oleh Peter IV dari Aragón (1319–1387), tahun 1492, diubah menjadi istana Raja Katolik. Pada tahun 1593 bangunan mengalami restrukturisasi lain yang akan mengubahnya menjadi benteng militer, pertama menurut desain Renaisans (yang saat ini dapat dilihat di sekitarnya, parit, dan taman) dan kemudian untuk resimen militer. Bangunan mengalami restrukturisasi dan kerusakan lebih lanjut, terutama dengan Pengepungan Zaragoza dari Perang Semenanjung, sampai akhirnya dipulihkan pada abad ke-20.
Istana itu dibangun di luar tembok Romawi Zaragoza, di dataran saría. Dengan ekspansi perkotaan selama berabad-abad, sekarang berada di dalam kota. Komponen tertua Aljafería sekarang dikenal sebagai Menara Troubadour. Menara ini menerima nama ini dari drama romantis tahun 1836 karya Antonio Garcia Gutierrez, The Troubadour, yang sebagian besar berbasis di istana. Drama ini menjadi libretto untuk opera Il trovatore karya Giuseppe Verdi.
Menara ini adalah struktur pertahanan, dengan dasar segi empat dan lima tingkat yang berasal dari akhir abad ke-9, pada masa pemerintahan Banu Tujib pertama, Muhammad Alanqur, yang ditunjuk oleh Muhammad I dari Córdoba, Emir independen Córdoba. Menurut Cabañero Subiza, menara ini dibangun pada paruh kedua abad ke-10. Bagian bawahnya memiliki sisa-sisa awal dinding berat dari batu ikatan ashlar alabaster, dan berlanjut ke atas dengan lapisan papan dari plester sederhana dan beton kapur, bahan yang lebih ringan untuk mencapai ketinggian yang lebih tinggi. Bagian luarnya tidak mencerminkan pembagian lima lantai bagian dalam dan tampak sebagai prisma yang sangat besar, dipatahkan oleh lubang sempit. Akses ke interior melalui pintu kecil yang ditinggikan yang hanya dapat dijangkau dengan tangga portabel.
Tingkat pertama melestarikan struktur bangunan abad ke-9 dengan dua nave terpisah dan enam bagian yang dipisahkan oleh dua pilar salib dan dibagi dengan busur tapal kuda yang diturunkan. Terlepas dari kesederhanaannya, mereka membentuk ruang yang seimbang dan dapat digunakan sebagai pemandian.
Lantai kedua mengulangi skema ruang yang sama seperti yang pertama dan berisi sisa-sisa batu Muslim abad ke-11. Ada bukti bahwa pada abad ke-14 terjadi hal serupa dengan munculnya dua lantai terakhir, gaya Mudéjar, yang pembangunannya disebabkan oleh pembangunan istana Peter IV dari Aragon, yang dihubungkan dengan Menara Troubadour oleh koridor, dan akan digunakan sebagai penjaga. Lengkungan struktur ini sudah mencerminkan struktur Kristennya, karena agak runcing dan menopang atap kayu datar.
Fungsinya pada abad ke-9 dan ke-10 adalah sebagai menara pengawas dan benteng pertahanan yang dikelilingi oleh parit, kemudian diintegrasikan oleh keluarga Banu Hud dalam pembangunan kastil-istana Aljafería, yang merupakan salah satu menara kerangka pertahanan tembok utara luar. Selama Reconquista Spanyol, bangunan terus digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pada tahun 1486 menjadi penjara bawah tanah Inkuisisi. Sebagai menara-penjara itu juga digunakan pada abad ke-18 dan ke-19, seperti yang ditunjukkan oleh banyak grafiti yang ditorehkan oleh para narapidana di sana.
Pembangunan istana, sebagian besar selesai antara 1065 dan 1081, diperintahkan oleh Abu Ja’far Ahmad ibn Sulaymán al-Muqtadir Billah, yang dikenal dengan gelar kehormatannya Al-Muqtadir (yang berkuasa), raja kedua dari Dinasti Banu Hud, sebagai simbol kekuasaan yang diraih oleh Taifa dari Zaragoza pada paruh kedua abad ke-11. Sultan sendiri menyebut istananya “Qasr al-Surur” (Istana Kegembiraan) dan ruang singgasana tempat ia memimpin resepsi dan kedutaan “Maylis al-Dahab” (Golden Hall).
Nama Aljafería pertama kali didokumentasikan dalam sebuah teks oleh Al-Yazzar as-Saraqusti (aktif antara 1085 dan 1100) yang juga memberikan nama arsitek istana Taifal, Slav Al-Halifa Zuhayr dan satu lagi dari Ibn Idari tahun 1109, sebagai turunan dari nama depan Al-Muqtadir, Abu Ya’far, dan “Ya’far”, “Al-Yafariyya”, yang berevolusi menjadi “Aliafaria” dan dari sana menjadi “Aljafería”.
Tata letak umum istana mengikuti pola dasar kastil gurun di Suriah dan Yordania dari paruh pertama abad ke-8 (seperti Qasr al-Hayr al-Sharqi, Msatta, Khirbat al-Mafjar, dan, dari awal era Abbasiyah, Benteng al-Ukhaidir). Kastil-kastil ini berbentuk bujur sangkar dengan menara ultrasemicircular dan ruang tripartit tengah, menciptakan tiga ruang persegi panjang, dengan ruang tengah memiliki halaman dengan kolam, di ujung utara dan selatan, tempat tinggal istana.
Pada tahun 1486, area Halaman San Martín ditetapkan sebagai markas besar Pengadilan Kantor Inkuisisi Suci dan fasilitas dipasang berdekatan dengan halaman untuk menampung para petugas organisasi ini. Ini mungkin penggunaan pertama Tower of the Troubadour sebagai penjara.
Pada tahun 1591, dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perubahan Aragon, sekretaris Raja Philip II yang dianiaya, Antonio Pérez, memanfaatkan Hak Istimewa Manifestasi yang diamati oleh Fuero of Aragon untuk menghindari pasukan kekaisaran. Namun, Pengadilan Inkuisisi memiliki yurisdiksi atas semua fuero kerajaan, jadi dia ditahan di sel markas inkuisitorial Aljafería. Ini memicu pemberontakan populer atas apa yang dianggap sebagai pelanggaran hukum, dan Aljafería diserang untuk menyelamatkannya. Tentara kerajaan dengan paksa memadamkan pemberontakan, dan Philip II memutuskan untuk mengkonsolidasikan Aljafería sebagai benteng di bawah kekuasaannya untuk mencegah pemberontakan serupa.
Desain bangunan militer dipercayakan kepada insinyur militer Italia-Sienese Tiburzio Spannocchi. Dia membangun satu set kamar yang menempel di dinding selatan dan timur yang menyembunyikan menara ultrasemicircular di bagian dalamnya, meskipun tidak mempengaruhi menara yang mengapit pintu masuk di timur. Dinding marlon didirikan di sekeliling bangunan, menyisakan ruang bundar di dalamnya dan berakhir di keempat sudutnya dalam empat benteng pentagonal, yang alasnya dapat dilihat hari ini. Seluruh kompleks dikelilingi oleh parit selebar dua puluh meter yang dilintasi oleh dua jembatan gantung di sisi timur dan utara.
Tidak ada perubahan substansial lebih lanjut yang dilakukan hingga tahun 1705, ketika selama Perang Suksesi Spanyol, dua kompi pasukan Prancis ditempatkan di sana yang mengangkat tembok pembatas tembok bawah parit mengikuti desain oleh insinyur militer Dezveheforz.
Namun, transformasi lengkap struktur menjadi barak terjadi pada tahun 1772 atas prakarsa Charles III dari Spanyol. Semua dinding direnovasi dengan gaya yang masih bisa dilihat di dinding barat, dan ruang interiornya digunakan sebagai tempat tinggal tentara dan perwira. Sebuah lapangan pawai besar didirikan di sepertiga bagian barat istana dengan kamar-kamar dari perusahaan yang berbeda mengelilinginya. Renovasi dilakukan dengan kesederhanaan dan fungsionalitas, mengikuti semangat rasionalis paruh kedua abad ke-18 dan mencerminkan tujuan praktis area tersebut. Satu-satunya perubahan lebih lanjut adalah pada tahun 1862 ketika Isabella II dari Spanyol menambahkan empat menara Kebangkitan Gotik, yang salah satunya terletak di sudut barat laut dan barat daya masih berdiri sampai sekarang.
Pada tahun 1845, Mariano Nougués Secall memperingatkan tentang kemerosotan sisa-sisa istana al-Andalusia dan Mudéjar dalam laporannya berjudul Descripción e historia del castillo de la Aljafería, yang mendesak agar ansambel artistik-sejarah ini dilestarikan. Ratu Isabella II dari Spanyol menyumbangkan dana untuk restorasi, dan sebuah komisi dibentuk pada tahun 1848 untuk melaksanakan proyek tersebut; tetapi pada tahun 1862 Aljafería beralih dari properti Warisan Kerajaan ke Kementerian Perang, yang menghentikan restorasi hingga mengalami kerusakan.
Kerusakan berlanjut hingga tahun 1947, ketika pemugaran dimulai di bawah arsitek Francisco Íñiguez Almech dan diselesaikan pada masa pemerintahan Francisco Franco. Pada 1960-an digunakan sebagai barak militer, dan dekorasinya ditutupi dengan plester untuk perlindungan.
Pada tahun 1984, komisi parlemen daerah yang ditugaskan untuk mencari markas permanen untuk Cortes of Aragon merekomendasikan penempatan parlemen otonom di Istana Aljafería. Dewan Kota Zaragoza, pemilik gedung, setuju untuk memindahkan sebagian gedung ke dewan untuk jangka waktu 99 tahun. Dengan cara ini bagian tersebut diadaptasi dan bangunan tersebut dipugar kembali oleh Ángel Peropadre, arkeolog Juan Antonio Souto, Luis Franco Lahoz, dan Mariano Pemán Gavín. Aljafería dinyatakan sebagai monumen artistik dan bersejarah pada tahun 1998 dalam sebuah acara dengan Pangeran Philip VI.
2. Stone bridge, Zaragoza
Stone Bridge atau Puente de Piedra adalah sebuah jembatan yang melintasi sungai Ebro di Zaragoza, Spanyol. Puente de Piedra juga disebut Jembatan Singa karena sejak tahun 1991 empat singa (simbol kota) telah ditempatkan pada pilar di setiap ujung jembatan. Patung singa tersebut dirancang oleh Francisco Rallo Lahoz.
Mulai abad ke-12 warga Zaragoza mencoba membangun jembatan melintasi Ebro. Pada 1401–1440, Puente de Piedra dibangun di bawah arahan Gil de Menestral. Banjir tahun 1643 menghancurkan dua bentang jembatan pusat. Jembatan itu kemudian tampak seperti dalam lukisan “Pemandangan Zaragoza” oleh Juan Bautista Martínez del Mazo (1647).
Pada 1659 jembatan itu dibangun kembali. Arsitek Felipe de Busignac memulihkan dua menara yang hancur dan memperluas pilar jembatan. Pada 1789, arsitek Agustín Sanz memperkuat tepi sungai Ebro di Biara St. Lazarus untuk mencegah risiko banjir jembatan. Rekonstruksi jembatan itu sangat penting secara ekonomi untuk pembangunan wilayah dan seluruh negeri.
3. Pillar Square, Zaragoza
The Plaza of Our Lady of the Pillar (Plaza de Nuestra Señora del Pilar) adalah salah satu tempat populer tersibuk di Zaragoza, Spanyol. Di dalamnya terdapat Katedral-Basilika Our Lady of the Pillar, tempat doa Maria yang homonim dipuja. Itu dikenal dengan julukan “El salón de la ciudad” (balai kota), karena banyak pesta publik diadakan di sana. Itu juga disebut Plaza de las Catedrales (Plaza of the Cathedrals), karena memiliki dua katedral Zaragoza: Seo dan Pilar.
Di alun-alun ini selain Basilika del Pilar terdapat bangunan seperti balai kota, Air Mancur Hispanisitas, Katedral El Salvador (La Seo), beberapa gedung pengadilan, dan monumen Goya.
Palacio Real de Madrid atau Istana Kerajaan Madrid adalah kediaman resmi keluarga kerajaan Spanyol yang terletak di kota Madrid, tetapi bangunan ini hanya digunakan untuk upacara kenegaraan, sedangkan untuk tempat tinggal digunakan istana lain, yaitu Palacio de la Zarzuela yang lebih sederhana di pinggiran kota Madrid.
Palacio Real de Madrid merupakan kepemilikan Negara Spanyol dan dikelola oleh Patrimonio Nacional. Istana ini terletak di Calle de Bailén di bagian barat pusat kota Madrid dan di sebelah timur Sungai Manzanares. Istana ini dapat dijangkau dari stasiun metro Ópera. Beberapa ruangan di istana ini dibuka untuk umum kecuali saat acara kenegaraan.
Istana Kerajaan Madrid dibangun di atas situs Alcázar (benteng pada masa Muslim) dari abad ke-9 yang dibangun oleh Muhammad I dari Córdoba dan kemudian diwarisi oleh Taifa Toledo setelah tahun 1036. Setelah jatuhnya kota Madrid ke tangan Alfonso VI dari Kastilia pada tahun 1083, bangunan ini jarang digunakan oleh raja-raja Kastilia. Pada tahun 1329, Raja Alfonso XI dari Kastilia menghimpunkan pertemuan cortes Madrid untuk pertama kalinya. Raja Felipe II dari Spanyol kemudian memindahkan istananya ke Madrid pada tahun 1561.
Alcázar lama dibangun di lokasi istana ini pada abad ke-16. Setelah bangunan tersebut hangus terbakar pada 24 Desember 1734, Raja Felipe V dari Spanyol memerintahkan pembangunan istana baru di tempat yang sama. Pembangunan berlangsung dari tahun 1738 hingga 1755. Istana ini mengikuti rancangan Filippo Juvarra dan Giovanni Battista Sacchetti yang bekerja sama dengan Ventura Rodríguez, Francesco Sabatini, dan Martín Sarmiento. Raja Carlo III dari Spanyol untuk pertama kalinya mendiami istana ini pada tahun 1764.
Raja terakhir yang hidup secara terus menerus di istana ini adalah Alfonso XIII, walaupun Presiden Republik Spanyol Kedua Manuel Azaña juga pernah tinggal di istana ini. Pada periode tersebut, istana ini disebut “Palacio Nacional”. Di sebelah Kapel Kerajaan, masih terdapat sebuah ruangan yang dijuluki “Kantor Azaña”.
Istana ini memiliki luas 135.000 m2 dan jumlah ruangan sebanyak 3.418. Bagian dalamnya diperkaya oleh berbagai karya seni, seperti lukisan karya Caravaggio, Francisco de Goya, dan Velázquez, serta lukisan dinding karya Giovanni Battista Tiepolo, Juan de Flandes, Corrado Giaquinto, dan Anton Raphael Mengs. Beberapa koleksi lain yang disimpan dibangunan ini adalah koleksi persenjataan, porselen, jam tangan, furnitur, barang yang terbuat dari perak, dan satu-satunya koleksi lengkap alat musik dawai Stradivarius di dunia.
2. Plaza Mayor Square, Madrid
Casa de la Panaderia, Donoso 1672
Plaza Mayor (Town square) adalah ruang publik utama di jantung kota Madrid, ibu kota Spanyol. Itu pernah menjadi pusat Old Madrid. Pertama kali dibangun (1580–1619) pada masa pemerintahan Philip III. Hanya beberapa blok terdapat alun-alun terkenal lainnya, Puerta del Sol. Plaza Mayor berasal dari abad ke-15 di mana awalnya disebut “Plaza del Arrabal” dan digunakan sebagai pasar utama kota. Pada 1561, alun-alun dipindahkan ke kota Madrid. Raja Philip II menugaskan arsitek Klasik Juan de Herrera untuk merombak daerah tersebut. Konstruksi tidak dimulai sampai pemerintahan Philip III pada tahun 1617. Juan Gómez de Mora melanjutkan renovasi arsitektur, dan selesai dua tahun kemudian pada tahun 1619.
Plaza Mayor telah mengalami tiga kali kebakaran besar dalam sejarahnya. Pertama pada tahun 1631, lalu di rekonstruksi oleh Juan Gómez de Mora. Kebakaran kedua terjadi pada tahun 1670 yang kemudian direkonstruksi oleh arsitek Tomás Román. Kebakaran ketiga tahun 1790 yang menghabiskan sepertiga dari alun-alun. Kemudian ditangani oleh arsitektur Juan de Villanueva. Sebelumnya, bangunan yang mengelilingi alun-alun itu berlantai lima. Juan de Villanueva menurunkan bangunan di sekitar alun-alun menjadi tiga lantai, menutup sudut dan membuat pintu masuk besar ke dalam alun-alun. Konstruksi setelah kematian Juan de Villanueva dilanjutkan oleh Antonio López Aguado dan Custodio Moreno dan selesai pada tahun 1854.
Saat ini, Plaza Mayor berbentuk persegi panjang dan menonjolkan keseragaman arsitekturnya. The Plaza berukuran 129 mx 94 m (423 kaki x 308 kaki). 237 balkon hadir di bangunan tempat tinggal tiga lantai yang menghadap ke dalam menuju Plaza. Untuk masuk atau keluar The Plaza Mayor, ada sepuluh pintu masuk yang bisa dipilih, namun ada sembilan gerbang. Pintu masuknya diberi nama: 7 de Julio, Arco de Triunfo dan Felipe III di Utara; Sal, Zaragoza dan Gerona ke Timur; Botoneras, Toledo dan Cuchilleros di Selatan; Ciudad Rodrigo ke Barat. Di tengah alun-alun berdiri patung Philip III di atas kuda, yang ditempatkan pada tahun 1848. Plaza Mayor telah menjadi tempat berbagai peristiwa antara lain telah menjadi tuan rumah eksekusi dalam sejarah. Hari ini, menjadi lokasi pasar Natal tahunan, jadi tuan rumah adu banteng dan pertandingan sepak bola. Setiap hari Minggu dan hari libur tempat ini mengadakan pasar pengumpulan perangko dan pengumpulan koin di pagi hari.
Disebelah kanan Plaza Mayor terdapat Casa de la Panadería yang dipugar tahun 1880 oleh Joaquín María de la Vega. Casa de la Panadería adalah bagian eksterior yang dibingkai oleh dua menara bersudut dua. Ini telah digunakan untuk berbagai tujuan dalam sejarah. Namanya berasal dari penggunaan aslinya dari toko roti kota utama.
Pada tahun 1960-an, alun-alun ditutup untuk lalu lintas jalan dan menambahkan parkir bawah tanah di bawahnya. Pertunjukan terakhir di Plaza Mayor yang diadakan pada tahun 1992 terdiri atas dekorasi mural karya Carlos Franco dari Casa de la Panadería yang merepresentasikan tokoh mitologis seperti dewi Cibeles. Saat ini, Plaza Mayor adalah tempat wisata utama, tetapi juga dirayakan oleh warga Madrid dan telah menjadi bagian dari budaya Spanyol. Di sebelah Plaza Mayor di Jalan Arco de Cuchilleros terdapat Restaurante Botin, restoran tertua di dunia.
Ada patung perunggu Raja Philip III di tengah alun-alun, dibuat pada 1616 oleh Jean Boulogne dan Pietro Tacca. Patung penunggang kuda Philip III Giambologna berasal dari tahun 1616, tetapi baru ditempatkan di tengah alun-alun pada tahun 1848. Patung itu adalah hadiah dari Duke of Florence pada waktu itu. Ratu Isabel II memerintahkan untuk memindahkannya dari Casa de Campo menjadi pusat Plaza Mayor.
3. Las Ventas Bullring, Madrid
LAS VENTAS BULLRING in Salamanca district in Madrid (Spain). Built in 1931.
Plaza de toros de Las Ventas, yang dikenal sebagai Las Ventas, adalah arena adu banteng terbesar di Spanyol, yang terletak di kawasan Guindalera di distrik Salamanca di Madrid yang diresmikan pada 17 Juni 1931. Kapasitas tempat duduknya 23.798, menjadikannya pertunjukan adu banteng terbesar ketiga di dunia, setelah arena adu banteng di Meksiko dan Venezuela, masing-masing.
Arena adu banteng dirancang oleh arsitek José Espeliú dengan gaya Neo-Mudéjar (Moor) dengan lapisan keramik. Kursi terletak di sepuluh “tendidos”. Harga kursi tergantung pada seberapa dekat mereka dengan arena dan apakah mereka berada di bawah sinar matahari atau di tempat teduh. Musim adu banteng dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Oktober; adu banteng diadakan setiap hari selama San Isidro Fiesta, dan setiap hari Minggu atau hari libur selama musimnya. Adu banteng dimulai pukul 6 atau 7 malam dan berlangsung selama dua hingga tiga jam.
Dari tahun 1913 hingga 1920, adu banteng mendapatkan momentum sedemikian rupa sehingga bekas arena adu banteng utama Madrid di Carretera de Aragón tidak cukup besar. Itu José Gómez Ortega “Joselito” yang mengeluh tentang perlunya arena adu banteng “monumental” baru, untuk membuka bagian dari warisan dan budaya Spanyol ini ke seluruh kota Madrid. Arsitek José Espeliú (teman Joselito) mulai mengerjakan proyek tersebut.
Sebuah keluarga bernama Jardón menyumbangkan tanah tersebut ke Dewan Provinsi Madrid, asalkan mereka dapat menjalankan arena tersebut selama lima puluh tahun. Utusan tersebut menerima lamaran tersebut pada tanggal 12 November 1920. Pada tanggal 19 Maret 1922, tepat di tengah calon arena, batu pertama ditempatkan. Pembangunan arena adu banteng akan menelan biaya 12 juta peseta (4,5 juta melebihi anggaran), dan akan menggantikan arena adu banteng lama, yang berasal dari tahun 1874.
“Las Ventas” selesai pada tahun 1929 dan dua tahun kemudian, 17 Juni 1931, diadakan adu banteng amal dengan penonton berkapasitas penuh untuk meresmikannya. Adu banteng berhenti selama Perang Saudara Spanyol dan tidak dilanjutkan sampai Mei 1939.
“Las Ventas” dibagi menjadi ring atau arena, dan sekelompok zona yang disebut “patios”. Arsitekturnya adalah Neo-Mudéjar, dengan representasi keramik dari lambang heraldik dari berbagai provinsi Spanyol. Arena tersebut memiliki diameter 60meter. Kapasitas tempat duduk dibagi menjadi 10 “tendido” (kelompok 27 baris mengelilingi arena), sebagian di tempat teduh dan sisanya di bawah sinar matahari.
Presiden ‘corrida’ duduk di Tendido ke-10. Royal Box memiliki desain yang luar biasa, dengan arsitektur Mudéjar, kamar mandi lengkap, dan lift. Arena adu banteng memiliki lima gerbang, ditambah tiga lagi yang disebut “torile”, dari mana banteng memasuki arena. Gerbang “cuadrillas”, antara “tendidos” 3 dan 4, memiliki akses ke halaman kuda. Di dalam pintu ini, “paseillo” dimulai dan “picadores” (mereka yang menusuk banteng dengan tombak) keluar dari sini ke arena (“suerte de varas”). Gerbang penyeret, yang mengarah ke ruang skinning, berada di antara “tendidos” 1 dan 2. “Puerta Grande” (Gerbang Besar) yang terkenal, juga disebut Gerbang Madrid, berada di antara “tendidos” 7 dan 8. Keluar melalui pintu ini, terutama selama Pesta San Isidro, adalah ambisi setiap matador.