Ashabul Kahfi termaktub dalam QS Al-Kahf, surah ke-18 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 110 ayat. Dalam surah ini dikisahkan tujuh pemuda sebelum zaman Nabi Muhammad SAW yang tertidur di dalam sebuah gua selama 309 tahun.
Tujuh pemuda tersebut tertidur di dalam sebuah gua dalam waktu yang sangat lama, dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman hukuman mati karena tidak mau menyembah berhala.
Kisah Ashabul Kahfi merupakan salah satu kisah dalam Alquran yang nama tokoh dan lokasi tempat terjadinya juga dapat ditelusuri. Beberapa sumber mengatakan bahwa ada puluhan lokasi di dunia yang diklaim menjadi lokasi sesungguhnya dari gua Ashabul Kahfi. Ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi di wilayah Suriah, ada juga yang bilang di Efesus. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli, lokasi yang paling sesuai dengan yang tertulis di Alquran adalah yang berada di ujung Desa Rajib, Kota Abu Alanda, Yordania.
Hal ini bisa terlihat dari detail gua seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat surat Al Kahfi, yaitu masih dapat kita lihat reruntuhan seperti bekas tempat peribadatan dari tempat di atas gua. Tempat ibadat yang dimaksudkan adalah rumah ibadah penganut Nasrani. Ketika zaman kerajaan Umayyah, rumah ibadat tersebut telah dijadikan masjid.
Menurut beberapa sejarawan Islam, ketujuh pemuda tersebut bernama Maxalmena, Martinus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yathbunus dan Thamlika. Ketujuh pemuda ini hidup di zaman Raja Diqyanus. Raja ini menyembah berhala. Ia memaksa rakyatnya ikut menyembah berhala. Jika tidak menuruti kemauannya, konsekuensinya adalah hukuman mati.
Ketujuh pemuda itu berpegang teguh dengan keyakinannya. Mereka tidak mau mengikuti perintah raja untuk menyembah berhala. Mereka pun akhirnya melarikan ke sebuah gua. Selama di perjalanan, tujuh pemuda itu diikuti oleh seekor anjing, yang menurut beberapa sejarawan Islam memiliki nama Kithmir. Meskipun telah diusir, anjing tersebut tetap mengikuti. Setibanya di goa, anjing tersebut menjaga tujuh pemuda itu di depan pintu gua.
Kemudian para pemuda itu berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk yang lurus dalam urusannya. Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami, demikian doa tujuh pemuda di dalam gua. Allah kemudian menjawab doa tersebut dengan menidurkan ketujuh pemuda itu dalam gua selama 309 tahun.
Suatu hari, ketujuh pemuda terbangun dari tidurnya dan bertanya-tanya. Sudah berapa lama kita tidur di sini? tanya salah satu pemuda. Kita berada di sini sehari atau setengah hari? timpal pemuda lainnya. Kemudian di antara tujuh pemuda itu diminta untuk pergi ke kota belanja makanan, uang yang dibawa adalah uang perak zaman Raja Diqyanus.
Belilah makanan enak dan bawa ke sini dan berkata lemah lembut lah supaya orang tidak mengetahui kita di sini, pinta seorang pemuda. Setibanya di kota, mereka membeli makanan, penjual kaget ketika salah satu Ashabul Kahfi membayar dengan uang perak. Pemuda itu dituduh menyimpan uang raja purba.
Akhirnya ditangkaplah pemuda itu dan dibawa ke hadapan raja. Raja yang memerintah saat itu bertanya tentang uang perak yang dimiliki pemuda itu. Dapat dari mana uang ini? tanya sang raja. Seorang pemuda dari Ashabul Kahfi itu menceritakan yang sebenarnya. Ia memiliki uang perak ketika melarikan diri ke sebuah gua karena tidak mau menyembah berhala saat raja yang memerintahnya adalah Diqyanus. Di manakah gua itu? tanya sang raja lagi. Pemuda itu akhirnya menunjukkan tempatnya. Raja dan pembesar kerajaan menuju gua bersama salah satu pemuda Ashabul Kahfi.
Setibanya di lokasi gua, raja kaget dan heran. Sebab, raja Diqyanus lebih dari 300 tahun meninggal dunia dan pemuda itu tertidur selama ratusan tahun. Inilah sebuah kekuasaan Allah SWT.
Setelah didatangi oleh raja, tujuh pemuda itu kembali tidur di gua, kemudian Allah mewafatkan mereka. Lalu raja menyalati jenazah Ashabul Kahfi itu. Kemudian hari membuat masjid dekat pintu untuk mengenang tujuh pemuda yang tertidur selama ratusan tahun di dalam gua.
Dilansir dari laman Lonely Planet, gua ini terdiri dari beberapa bagian. Ada gua utama yang dikenal dengan nama Ahl Al Kahf adalah delapan kuburan kecil yang disegel. Meskipun tertutup, tapi ada lubang di dalamnya, di mana Anda dapat melihat kerangka tubuh manusia.
Di atas dan di bawah gua terdapat sisa-sisa dari dua masjid yang pernah di bangun pada masa kerajaan Abassiyah yang hingga kini masih bisa digunakan. Sekitar 500 m di sebelah barat gua terdapat pemakaman Bizantium yang besar namun tidak terawat.
Kisah ashabul kahfi atau tujuh pemuda yang bersembunyi di gua ternyata tidak hanya terdapat dalam Al Quran. Injil yang merupakan kitab orang kristen pun mengisahkannya. Di dalam bibel, kisah ashabul kahfi dikenal dengan “The Seven Sleepers of Ephesus”. Selain itu, kisah tujuh orang pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama ratusan tahun ini juga ditulis dalam cerita legenda dalam beberapa bahasa; Bahasa Latin 104 manuskrip (10 ditulis oleh St. Gregory of Tours), Bahasa Yunani 40 manuskrip, Bahasa Arab 33 manuskrip (termasuk 8 dimiliki oleh orang Arab kristen), Bahasa Suriah 17 manuskrip (8 versi), Bahasa Etiopia 6 manuskrip (3 versi), Bahasa Koptik 5 manuskrip, Bahasa Armenia 2 manuskrip, Bahasa Irlandia Tengah 1 manuskrip (yang sudah diterjemahkan dari Bahasa Latin).
Dalam Injil juga dikisahkan bahwa tujuh orang pemuda ini hidup di wilayah Roma. Raja yang berkuasa saat itu juga sama dikisahkan yaitu Raja Decius / Decyanus / Duqyanus / Dikyanus. Raja Dikyanus ini ingin semua orang di bawah kekuasannya menurut kepadanya. Sautu ketika ia memerintahkan warganya untuk memberikan persembahan untuk berhala. Tujuh orang pemuda yang beriman enggan mematuhi sang raja dan memilih untuk memberikan barang-barang untuk persembahan- kepada orang-orang miskin. Mereka masuk ke dalam gua untuk berdoa, sampai mereka pun tertidur di sana.
Raja melihat iman mereka terlalu kuat untuk dikalahkan, maka raja memerintahkan mulut gua untuk ditutup rapat-rapat. Setelah menutup gua tersebut, raja kembali ke kerajannya. Tahun demi tahun berganti, Dikyanus meninggal pada tahun 251 M. Hingga kepemimpinan digantikan oleh raja Theodosius II (408 – 450 M). Pada tahun 447 M, seorang pemilik tanah hendak membuat kandang ternak. Dia pun membuka gua yang telah tertutup itu, alangkah terkejutnya ketika mengetahui ada tempat tidur di dalamnya. Ketujuh orang di dalam gua pun terbangun. Salah satu dari mereka keluar dari gua menuju kota untuk membeli makanan. Namun pemuda ini heran karena salib ada di mana-mana, koin yang digunakan pemuda ini pun sudah tidak berlaku di kota itu. Uskup memanggil mereka. Mereka pun menceritakan kisah ajaib tersebut. Semua orang yang mendengarkan kisah mereka terus memuji keagungan Tuhan.