Turki 2015 – Priene, Miletus, dan Didyna

Turki, 2015

Perjalanan satu hari ketiga kota kuno, yaitu Priene, Miletus, dan Didyna. Priene (bahasa Yunani kuno: Πριήνη, Priēnē) adalah reruntuhan kota kuno dari negara Yunani kuno dengan latar pegunungan dan dataran yang dulunya merupakan bagian dari laut Aegea.

Peta perjalan 3 kota kuno

11. Priene

Priene terletak di dasar lereng Mykele, sekitar 6 kilometer sebelah utara sungai Maiandros, 67 kilometer dari Aydin modern, 15 kilometer dari Söke modern dan 25 kilometer dari Miletus kuno. Priene awalnya berada di pesisir laut, dibangun menghadap lautan di lereng yang memanjang dari permukaan laut hingga ketinggian 380 meter di atas permukaan laut di puncak lereng. Pada masa kini, bentang alamnya telah berubah.

Terkurung oleh pemandangan gunung, reruntuhan kota Helenistik Priene benar-benar fotogenik. Pelabuhan kuno ini memiliki masa kejayaan antara 300 SM dan 45 SM, ketika pelabuhannya sibuk dengan perdagangan. Proses pendangkalan Sungai Meander menyebabkan kota ini mati, dan pada abad ke-2 kota ini kehilangan aksesnya ke laut dan alhasil kota ini pun ditinggalkan penduduknya yang pindah ke Miletus. Daya tarik bintang di sini adalah Temple of Athena, dengan desain klasik Ionian, sementara teater 6.500 kursi sangat terawat dengan baik.

Priene terletak di kaki gunung Mycale yang agak terjal, sehingga agak tidak cocok dikunjungi oleh orang tua yang mempunyai masalah dengan lutut. Reruntuhan Priene sebagian besar terletak dalam hutan belantara. Keadaan ini laksana Indiana Jones menemukan reruntuhan kota yang hilang. Reruntuhan bangunan di Priene sulit dikenali lagi wujud aslinya, banyak yang sudah pecah dan berantakan. Namun reruntuhan Kuil Athena masih menakjubkan untuk dilihat. Ke 4 tiang Kuil dengan gaya Ionia ini berdiri menjulang dengan latar Gunung Mycale di belakangnya. Di depan Kuil ini kita dapat melihat fondasi kuil dan sisa reruntuhan kuil. Hamparan tanah pertanian yang subur terlihat di bawah sana. Hamparan tanah ini dulunya merupakan bagian dari laut dan merupakan akses ekonomi Priene di masa lampau.

Kuil Athena, didirikan oleh Aleksander Agung

12. Miletus

Miletus adalah reruntuhan kota Yunani kuno yang mengagumkan dengan arsitektur megah yang mencakup amfiteater besar, benteng Bizantium, dan pemandian Romawi. Miletus berusia lebih dari 2.000 tahun dan berperan penting dalam sejarah dan cerita rakyat. Filsuf ternama seperti Hecataeus dan Thales, yang juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, pernah tinggal di kota ini.

Sebelum menyaksikan reruntuhan Miletus, perlu mengunjungi Museum Miletus yang jaraknya sekitar 500 meter dari pintu masuk Miletus. Museum ini memiliki banyak koleksi patung terbaik yang didapat dari reruntuhan kota Miletus. Beberapa patung tersebut merupakan bagian dari air mancur dan pemandian yang tenar di Miletus.

Miletus pernah dikunjungi oleh Rasul Paulus dalam misi penginjilannya di Asia Kecil. Kota yang juga merupakan kota pelabuhan ini juga terletak jauh dari garis pantai sekarang. Seperti Priene dan juga Efesus, kota ini mengalami kemunduran akibat endapan sungai yang memutus akses ke laut. Hal menarik lainnya terdapat jalan suci (Sacred Way), yaitu jalur prosesi pemuja Apollo yang membentang dari Miletus sampai ke Kuil Apollo di Didyma. Jalur ini dulunya merupakan jalur yang harus dilalui jika ingin menemui sang oracle (peramal) di Didyma.

Saat mendekati reruntuhan ini, pemandangan pertama yang akan dilihat adalah Amfiteater Hellenistic yang berukuran sangat besar. Amfiteater ini dibangun pada abad ke-4 SM, kemudian direnovasi oleh bangsa Romawi untuk menampung 15.000 penonton. Lihat keempat pilar di dua baris pertama tempat duduk, yang menandai area khusus untuk para kaisar. Naikilah anak tangga menuju bagian atas arena setinggi 30 meter ini untuk menikmati pemandangan indah kota.

Di belakang amfiteater, terdapat benteng Bizantium yang memberikan pemandangan lebih luas, sedangkan di bawahnya, terdapat Heroon yang merupakan makam pahlawan Hellenistic, di sebelah timur adalah sisa dari Temple of Apollo, Selanjutnya ada Pemandian Faustina yang dibangun atas perintah istri kaisar Romawi. Saat berada di sini, perhatikan air mancur dan patung singa yang menakjubkan.

Patung dewa air yang dulunya terletak di pemandian Miletus

13. Didyma

Setelah berkendara selama setengah jam dari Miletus, kami tiba di Didyma. Tujuan utama adalah mengunjungi Kuil Apollo yang merupakan kuil terbesar no 3 di jaman kuno setelah Kuil Artemis di Ephesus dan Kuil Hera di Samos. Sepanjang jalan menuju kuil sang dewa matahari ini, kita bisa saksikan pilar-pilarnya. Kuil Apollo masih membanggakan tiang-tiangnya yang menjulang (yang dulu bernomor 122) dan merupakan salah satu contoh terbaik dari kuil-kuil Yunani di Turki. Oracle of Didyma dianggap sangat penting di dunia kuno klasik, hanya yang kedua dalam otoritas untuk Oracle Delphi. Itu hanya di bawah pemerintahan Constantine the Great.

Kuil Apollo ini berukuran besar dengan 122 pilar batu yang menyokong atapnya. Dari 122 pilar tersebut hanya ada 3 pilar yang masih utuh berdiri. Dengan luas 5500 meter persegi, kuil ini berukuran dua kali lipat kuil Parthenon di Athena. Kuil besar ini menampung banyak pemuja Apollo yang biasanya berjalan kaki melalui Jalan Suci (Sacred Way) dari Miletus yang jaraknya 12 km dari Didyma. Jalan Suci ini dulunya di penuhi patung-patung dewa dan monumen di kiri dan kanannya. Kuil besar ini tak pernah selesai dibuat oleh pembangunnya. Beberapa pilar bahkan masih terlihat setengah jadi. Bayangkan kalau Kuil ini benar-benar selesai, pasti akan menjadi salah satu Keajaiban Dunia zaman kuno.

Terowongan menuju kuil
Ruang dalam kuil
Tembok ruang dalam
Kuil Apollo
Medusa Relief

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *