Turki 2015 – Istanbul

15. Istanbul dan sekitarnya

Dari Cappadocia kami terbang dengan Pegasus Airlines menuju Istanbul, setelah sampai di Airport langsung menuju apartment tempat kami menginap selama 4 malam, yaitu di Terbıyık SK no 6 Sultanahmet.  Apartment ini sangat nyaman terdiri atas 4 kamar, suasana serasa di rumah sendiri. Dari apartment inilah kami berselancar di kota Istanbul dan sekitarnya.

Hagia Sophia

Hagia Sophia dibangun oleh Constantinius II pada tahun 360 M, awalnya dinamakan Megali Eklesia’dir atau Big Church. Setelah abad ke-5 namanya diganti menjadi Hagia Sophia yang bermakna Holy Wisdom. Selama 916 tahun Hagia Sophia digunakan sebagai gereja oleh umat Kristen di kota Konstantinopel. Pada tahun 1453 M, kota ini ditaklukan oleh Sultan Mehmed II dari Kesultanan Ottoman. Sejak itu Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul dan Hagia Sophia beralih fungsi dari gereja menjadi masjid selama 482 tahun. Setelah itu Hagia Sophia beralih fungsi lagi menjadi museum sampai sekarang.

Hagia Sophia merupakan salah satu bangunan tertua di dunia, yaitu berusia sekitar 1400 tahun. Awalnya hanya berupa bangunan gereja kecil, pada abad ke-6 bangunannya hancur dan didirikan lagi gereja baru yang menjadi dasar berdirinya bangunan seperti sekarang. Sebagian besar bangunannya dari marmer, sayangnya, bahan tersebut banyak yang rusak, di sekitar pintu masuk tampak kerusakan akibat dua penjaga pintu yang selalu menghentakkan kaki sebagai tanda penghormatan kepada raja atau tamu penting ketika masuk ke dalam gedung. Kekaisaran Romawi Timur yang membawa agama kristen ortodoks cukup mewarnai Konstatinopel saat itu, sehingga Hagia Sophia memiliki desain yang kuat sekali keortodokannya. Namun, sejak kekaisaran Ottoman karena diubah fungsinya menjadi masjid, maka ditambahkan 4 pilar sebagai penanda bangunan masjid.

Untungnya Umat Islam saat itu sangat bijak dalam mengubah gereja ini, mereka sebisa mungkin tidak banyak mengubah desain aslinya yang bernilai seni tinggi. Hal ini terbukti dengan tanda salib yang terletak di pintu-pintu tidak diganti semua, tapi cukup dihilangkan bagian horizontalnya saja agar tidak berbentuk salib. Selain itu, ada pula lukisan Yesus ditengah-tengah tulisan Allah dan Muhammad, tepat diatas mimbar tetap dibiarkan. Tidak hanya lukisan Yesus, di sini juga terdapat lukisan tokoh besar dalam Islam seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, hingga Husein. Ada banyak pula mozaik-mozaik yang bercerita tentang kehidupan raja-raja ribuan tahun lalu di dinding. Karya ini tidak dihilangkan, tapi beberapa ditutup dan lainnya sedikit didesain ulang. Hal tersebut membuatnya istimewa karena merangkul kejayaan dua agama selama ribuan tahun.

Empat pilar tambahan sebagai penanda masjid
Lukisan Yesus diantara Tulisan Allah dan Muhammad

Blue Mosque

Blue Mosque atau Masjid Biru atau yang lebih dikenal Masjid Sultanahmet adalah masjid yang terkenal dan menjadi ikon wisata di Turki. Blue Mosque dibangun pada tahun 1609-1616 pada masa Sultan Ahmed I dan masih berfungsi sebagai masjid sampai sekarang. Pengalaman menarik, ketika kami berkesempatan mengikuti sholat magrib berjamaah di masjid ini, ketika imam sampai akhir bacaan Al-Fatihah, kami seperti biasa melanjutkan bacaan Aamiin dengan keras (jahar). Oo ternyata hanya kami yang menjaharkan Aamiin tersebut, jamaah yang lain membacanya dengan pelan, demikian pula ketika duduk pada tahyat akhir lagi-lagi kami saja yang duduknya khas seperti di Indonesia, sementara jamaah yang lain bentuk duduk tahyat akhir sama saja dengan duduk pada tahyat akhir, baiklah kami semakin paham sekarang.

Masjid Biru memang memiliki pesona tersendiri, tidak hanya karena keindahan arsiteknya akan tetapi juga kisah pendiriannya dan rahasia yang terdapat pada masjid ini mengundang kekaguman bagi siapa saja yang mengunjunginya. Masjid Biru terletak di kota tua Istanbul, berdekatan dengan Hagia Sophia. Masjid ini disebut Masjid Biru karena keindahan interiornya yang didominasi warna biru sehingga menimbulkan kesan damai dan tenang. Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Ahmed I pada periode pemerintahan 1603 – 1617. Masjid tersebut dirancang oleh arsitek terkenal di masa itu yaitu Mehmed Aga dan mulai dibangun pada tahun 1609 dan selesai pada tahun 1616. Sultan Ahmed I sengaja membangun Masjid Biru ini karena ingin menandingi bangunan Hagia Sophia yang dibangun pada masa kejayaan Bizantium. Sultan Ahmed I wafat saat berumur 27 tahun, atau 1 tahun setelah selesainya pembangunan masjid ini. Kemudian dia dimakamkan di halaman masjid ini, begitu juga istri dan ketiga puteranya.

Kisah dan sejarah pembangunan masjid ini juga menarik, konon kabarnya Sang Sultan memerintahkan kepada Sang Arsitek Mehmed Aga untuk membangun Menara yang terbuat dari emas, akan tetapi karena kata “emas“ dalam Bahasa Turki “altin“ mirip dengan kata  enam yang dalam Bahasa Turki yaitu “alti ”. Karena salah dengar, sang arsitek tidak membangun menara emas, tapi malah membangun 6 buah menara yang megah. Setelah dibangun menaranya awalnya Sultan Mehmed merasa kecewa, akan tetapi setelah melihat keindahannya konon Sultan Ahmed I justru terpukau dengan desain 6 menara yang unik itu. Ketika pembangunan masjid ini selesai dengan 6 buah menara, terjadilah kontroversi bahwa jumlah menaranya menyamai jumlah menara Masjidil Haram. Supaya berbeda kemudian Sultan Ahmed memerintahkan untuk membangun 1 lagi menara di Masjidil Haram tanpa mengubah menara di Masjid Biru.

Di atas pintu gerbang Masjid Biru terpasang rantai besi yang terlihat janggal, menurut cerita, pada masa lalu hanya Sultan Ahmed saja yang boleh memasuki masjid dengan menunggangi kuda, oleh karena itu rantai tersebut sengaja dipasang supaya sultan ketika masuk ke dalam halaman masjid harus menundukkan kepalanya supaya kepalanya tidak terantuk rantai tersebut. Inilah simbol kerendahan hati seorang raja waktu  itu.

Rantai di Pintu Gerbang Masjid Biru

Dibalik keindahan arsitekturnya, Masjid Biru menyimpan misteri sekaligus sebagai masterpiece seni aritektur Turki. Apabila diperhatikan secara seksama biasanya di langit langit gedung tinggi terdapat sarang laba laba, hebatnya ternyata di area kubah Masjid Biru tidak terdapat sarang laba laba, bisa tetap bersih dari sarang laba laba. Rupanya para arstitek yang membangun Masjid Biru mempunyai resep ampuh, yaitu telur burung unta. Tepat di tengah kubah terbesar yang berdiameter 24 meter, menjuntai rantai panjang. Tiga meter dari titik tengah kubah terdapat ‘chandeliers’ berbentuk segitiga tempat meletakkan telur burung unta di ketiga sudutnya. Sepertinya telur burung unta mempunyai kandungan zat tertentu yang aromanya tidak disukai laba-laba.

Masjid Biru menggabungkan beberapa seni arsitektur Byzantium dan Hagia Sophia dengan arsitektur tradisional Islam masjid yang dianggap sebagai masjid besar terakhir dari periode klasik. Berbentuk kubus dan berdiri kokoh dengan 6 menara yang menjulang tinggi, kemudian diameter kubah 23,5 meter dengan tinggi kubah 43 meter yg dilengkapi dengan 4 setengah-lingkaran kubah dari 4 arah yg berbeda,  dan kolom beton berdiameter 5 meter. Pada dasarnya Masjid Biru ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Area Bangunan Utama masjid dan Area Pelataran Tengah yang dikelilingi koridor yang menyatu dengan bangunan utama, sehingga apabila ruang utama masjid tidak dapat menampung jamaah, maka pelataran tengah bisa juga digunakan untuk menampung jamaah yang melimpah.

Menara yang menjulang tinggi menambah kesan gagah dari masjid ini. Bentuknya ramping dan runcing, seperti pensil yang diraut merupakan hasil seni arsitektur pada saat itu, masing masing Menara dilengkapi dengan tiga balkoni (dalam Bahasa Turki disebut (Şerefe) dengan penopangnya yang dibentuk seni muqornas (Stalaktit). Waktu itu menara ini selain sebagai penanda masjid dari jarak jauh juga menjadi tempat mengumandangkan adzan. Jadi setiap tiba waktu adzan, muadzin akan meniti tangga berputar di dalam menara untuk menuju ke pucuk menara dan mengumandangkan adzan dari atas menara, supaya suara adzan terdengar sejauh mungkin. Akan tetapi saat ini Masjid Biru sudah menggunakan pengeras suara sehingga muadzin tidak perlu lagi naik ke atas, tapi cukup dipasang speaker yang mengumandangkan adzan lebih jauh.

Keindahan interior masjid begitu kental dengan keramik berwarna biru. Tak kurang 20.000 keping keramik hasil kerajinan keramik terbaik daerah Iznik Turki menghiasi masjid yang bermotifkan daun, tulip, mawar, anggur, bunga delima atau motif-motif geometris. Keramik pada lantai bawah dibuat dg desain tradisional Turki, sementara keramik di lantai galeri dibuat dg disain bunga dan buah-buahan. Semua keramik ini didisain oleh seorang ahli keramik dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Masjid Biru sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran di tahun 1574.

Keindahan Interior Masjid Biru dengan 20 ribu keping keramik

Di dalam Masjid Biru terdapat lebih dari 200 kaca hias dipakai untuk jendela masjid yg memberi jalan bagi cahaya dari luar. Sedangkan lampu-lampu masjid yg awal, dihiasai dengan emas dan batu berharga. Pada tiap semi dome (kubah setengah lingkaran) dilengkapi dengan 14 jendela dan 28 jendela pada kubah tengahnya. Kaca berwarna yg dipakai pada jendela-jendela ini adalah hadiah persembahan dari Ratu Venice kepada Sang Sultan. Hanya saja sebagian besar dari kaca-kaca ini sudah direstorasi agar tampak bagus. Sedangkan pada kusen dan bingkai jendela memiliki hiasan yang sangat menarik, dikerjakan dengan teknik Opus Sectile yaitu ragam hias dengan merangkai potongan potongan berbagai material pilihan kemudian dirangkai satu persatu membentuk pola tertentu sebagaimana sebuah mozaik.

Selain itu karpet sutera terbaik terhampar di lantai masjid ini dan lampu-lampu minyak yang terbuat dari kristal merupakan produk impor. Banyak terdapat barang-barang dan hadiah berharga di masjid ini, termasuk Al Quran bertuliskan tangan. Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam. Dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik pada masa itu.

Topkapi Palace

Istana Topkapı merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun (1465-1856). Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II, 6 tahun setelah penaklukan kota Istanbul. Topkapi awalnya memiliki nama Yeni Saray atau Saray-ı Cedîd-i Âmire yang berarti New Palace atau Istana baru. Lalu Old Palace-nya ada dimana? Old Palace-nya berada di lokasi Istanbul University sekarang. Pada abad 19 nama istana ini diganti menjadi Topkapi yang memiliki arti Cannon Gate.

Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di Bosporus. Pada tahun 1856, Sultan Abd-ul-Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe.

Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul”, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Topkapi Palace menempati area yang amat luas terletak di pinggir pantai selat Bosphorus dan berada tidak jauh dari Hagia Sophia. Dari Topkapi Palace kita bisa melihat indahnya selat Bosporus dan Golden Horn. Lokasinya yang berada di bukit di tepi laut membuat istana ini begitu indah dipandang mata. Istana di kelilingi tembok besar. Di dalam tembok terdapat bangunan-bangunan tempat raja, keluarga dan para pembantunya, di dalam areal kerajaan terdapat gedung-gedung yang tidak terlalu besar. Diantara gedung tersebut terdapat pepohonan dan taman. Kompleks istana yang terdiri atas empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil ini dahulu dihuni oleh 4.000 orang. Topkapi palace juga memiliki total luas sekitar 700.000 meter persegi dan dikelilingi benteng sepanjang 5 kilometer.

Begitu masuk Topkapi Palace perhatian kita langsung tertarik ke arah sebelah kanan, yaitu sebuah bangunan dengan 20 cerobong asap yang amat tinggi. Ternyata bangunan ini dulunya merupakan dapur kerajaan. Dapur ini dibuat pada abad ke 15 terdiri dari 10 bangunan besar. Konon dapur ini dapat menyiapkan makanan untuk 4.000 orang yang disiapkan pelayan dapur yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang. Di koridor bangunan ini diletakkan batu-batu prasati bertulisan arab, mungkin ini beberapa peninggalan yang ditemukan di area istana. Di dalam bangunan ini koleksi porselen peralatan makan kerajaan di simpan, ada poselen dari Jepang, China, Eropa, dan porselen Istanbul. Peralatan masak juga di simpan di salah satu bagian di bangunan dapur ini.

Di dalam Topkapi Palace kita bisa menikmati keindahan bangunan kesultanan jaman dahulu, mulai dari keramik dengan berbagai motif indah, juga kaligrafi yang tertempel di dinding-dinding setiap ruangannya. Selain itu, langit-langit bangunan dihias kaligrafi dan warna yang sangat menarik tak hentinya membuat kami mengagumi tempat ini. Ada juga perhiasan cincin, kalung, gelang emas yang dihiasi dengan batu-batu permata warna-warni, wadah minuman dan cangkir yang sisi luarnya bertahtakan permata, kursi raja yang dibungkus emas dan diperindah dengan batu permata warna-warni yang sangat indah.

Perjalanan terasa menyenangkan karena kita akan terhibur dengan taman yang indah dengan bunga-bunga berwarna merah merona. Pepohonan hijau yang rindang juga akan menyejukkan siapa saja yang melewatinya. Untuk masuk ke Topkapi ini kita harus membeli tiket seharga 30 Lira di loket yang tersedia di dekat pintu masuk. Pintu masuknya sendiri seperti gerbang benteng, ya karena memang bekas gerbang kerajaan, dihiasi dengan kaligrafi Syahadat di atas pintu dan juga Tughra, sejenis monogram, cap atau tanda tangan Sultan Utsmaniyah. Komplek Topkapi ini memang sangat luas, butuh waktu dan energi ekstra jika ingin melihat semuanya. Kompleks istana Topkapi terdiri dari beberapa lapisan yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan sultan dan keluarganya.

Salah satu tempat yang sayang untuk dilewatkan dari istana topkapi ini adalah harem, yaitu merupakan tempat tinggal para istri dan ibu dari sultan dengan jumlah ruangan banyak sekali. Beberapa ruangan di bangunan ini lebih indah dibandingkan ruangan lainnya karena dindingnya yang dihiasi motif bunga yang indah dan tentu saja kaligrafi dengan warna yang sangat menarik. Tidak salah kalau para istri sultan ketika itu akan betah berada di sana, apalagi dengan sofa-sofa rendah yang empuk.

Selanjutnya kita memasuki tempat yang disebut Sacred Relics Topkapi Palace, tempat inilah yang WAJIB didatangi. Meskipun antrian lumayan panjang, tetapi tidak menyurutkan niat pengunjung untuk masuk ke tempat ini. Karena disitulah tempat peninggalan para nabi dipamerkan. Menariknya di Sacred Relics ini pengunjung yang bukan beragama Islam diharuskan memakai sarung kepala atau selendang dan menutup kaki mereka dengan kain sarung untuk menghormati barang-barang peninggalan nabi-nabi tersebut.


Ruangan ini dulu adalah ruangan pribadi sultan, merinding rasanya karena untuk pertama kalinya kami melihat secara langsung koleksi museum topkapi tongkat Nabi Musa AS, tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar, memakan ular kecil penyihir Mesir. Ribuan tahun berlalu tapi tongkat beliau masih terjaga baik. Tongkat berwarna coklat kehitaman. Terbuat dari cabang pohon, lurus dengan dua cabang di ujung atasnya. Juga terdapat serban Nabi Yusuf, peninggalan Nabi Ibrahim, telapak kaki Nabi Muhammad SAW, pedang Nabi Muhammad dan para sahabat termasuk pedang Khalid al-Walid, janggut Nabi Muhammad SAW, pakaian Fatimah az-Zahrah, kunci-kunci Ka’bah, talang emas, kiswah, pembungkus hajar aswad juga disimpan di ruangan ini. Suasana menjadi semakin syahdu karena ada seorang qori yang sedang melantunkan ayat suci al qur’an. Konon kabarnya dulu, bacaan Al-Qur’an dilantunkan tanpa henti selama 24 jam nonstop selama lebih 407 tahun (antara tahun 1517-1924 M).

Pedang Nabi Muhammad SAW
Jubah, stempel, rambut dan sandal Nabi Muhammad SAW

Basilica Cistern

Basilica Cistern dalam bahasa Turki dikenal dengan Yerebatan Sarnici atau Istana Tenggelam. Basilica Cistern dengan struktur bawah tanah ini merupakan salah satu peninggalan arsitektur bernilai sejarah tinggi. Basilica Cistern sesungguhnya adalah tempat penyimpanan air berukuran raksasa untuk istana raja Byzantium. Letaknya di bawah tanah kota Istanbul. Dari luar terlihat sederhana, karena sebagian besar struktur ini memang terletak di bawah tanah. Daya tarik utama Basilica Cistern adalah 336 pilar marmer yang menyangga struktur. Beberapa pilar dihiasi ukiran kepala Medusa, sang Gorgon yang diputar. Lantainya senantiasa tergenang air dan dihuni oleh ikan karper. Sementara bagian samping difungsikan sebagai kafe untuk para wisatawan.

Basilica memiliki 336 pilar dengan tinggi masing-masing 9 m

Basilica Cistern didirikan atas perintah Kaisar Konstantin dan diperluas pada masa Justinianus. Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai tempat pertemuan dan pusat kesenian seluas dua lapangan bola. Di sana Justinianus mengadakan rapat untuk membahas permasalahan hukum dan dagang dengan para pejabatnya. Kemudian Justinianus memerintahkan perombakan Basilica Cistern menjadi tempat penyimpanan air untuk istana dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Basilica Cistern kala itu bisa menampung hingga 100.000 ton air bersih. Setelah Kekaisaran Ottoman menguasai Turki, Basilica Cistern masih menyuplai air bersih untuk Istana Topkapi.

Dilansir Smithsonian, Basilica Cistern ditemukan kembali oleh sejarawan Petrus Gyllius pada tahun 1545 ketika Istanbul masih menjadi bagian dari Konstantinopel. Namun tempat itu masih belum layak dikunjungi selama puluhan tahun berikutnya karena dipenuhi sampah, mayat, dan lumpur. Setelah upaya pembersihan pada tahun 1980-an, kini Basilica Cistern menjadi salah satu objek wisata sejarah menarik di Istanbul.

The Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici terletak di barat daya Hagia Sophia, objek wisata dan salah satu landmark Kota Istanbul. Bagi yang pernah menonton film berjudul Inferno yang diangkat dari novel thriller karya Dan Brown (2013) dengan judul yang sama, pasti ingat adegan klimaks di mana si tokoh utama, Robert Langdon yang diperankan Tom Hanks menyusuri satu tempat gelap dengan banyak pilar kokoh dan kolam air di dalamnya, dirilis tahun 2016, itulah keindahan Basilica Cistern di salah satu adegan film tersebut.

Untuk memasuki Basilica, kita harus menuruni 52 anak tangga. Ketika pertama kali memasuki Basilica Cistern, kita akan dibuat takjub dengan barisan tiang-tiang marmer berukuran besar yang memenuhi seluruh ruangan Basilica Cistern. Lampu-lampu temaram serta lembabnya udara di dalam situs tersebut pun semakin menambah suasana misterius di dalamnya. Peringatan juga bagi yang mengunjungi Basilica agar tetap berhati-hati dengan langkah kaki karena hampir seluruh jalan yang berada di dalam situs basah karena tetesan air. Meski dulunya dikenal sebagai tempat penampungan air, namun saat ini praktis hanya dapat ditemukan beberapa tempat dengan kolam yang terisi dengan air.

Panjang situs ini sendiri sekitar 140 meter dengan lebar 70 meter, dan memiliki luas sekitar 9.800 m². Basilica memiliki total 336 pilar yang tingginya masing-masing sembilan meter. Pilar-pilar ini dibangun dengan sangat beraturan, dalam 12 baris dan di tiap barisnya ada 28 pilar yang masing-masing berjarak 4,8 meter. Di bagian langit-langitnya tampak berbentuk melengkung yang menghubungkan puncak pilar satu dengan yang lainnya.

Bagi wisatawan, ada satu spot menarik yang kerap menjadi daya tarik. Spot itu yakni tiang yang di bagian alasnya terdapat pahatan yang membentuk kepala Medusa. Satu dalam posisi terbalik, satunya lagi dalam posisi berbaring atau miring. Tidak jelas dari mana dua kepala Medusa ini berasal dan kapan dibawa masuk dan dipasang di Basilica Cistern. Ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa kepala Medusa ini dibawa hanya untuk difungsikan sebagai alas pilar, karena zaman dulu Medusa dipercaya bisa melindungi tempat yang dianggap penting. Tapi hingga kini belum ada yang bisa memastikan kesahihan teori ini. Jadi, bagaimana dan mengapa kepala Medusa ini dapat berada di sini masih menjadi misteri. Tetapi yang jelas, kepala Medusa yang berwarna kehijauan ini adalah highlight Basilica Cistern yang mengesankan.

Spot Medusa Terbalik

Spot Medusa Miring

Satu spot lainnya yang wajib diabadikan yaitu ‘Pilar Menangis’ atau Crying Pillars. Sebutan itu disematkan karena kondisi pilar yang terus basah dialiri air, sehingga terlihat laiknya seperti pilar yang menangis. Pilar yang dihiasi dengan motif sulur berwarna kehijauan ini, konon dibangun untuk mengenang ratusan pekerja yang tewas saat proses pembangunan situs Basilica Cistern ini. Ada satu mitos menarik pula di Basilica Cistern yang harus kamu ketahui. Bila saat kamu berjalan di dalam situs Basilica dan kepalamu terkena tetesan air, orang lokal percaya itu sebagai pertanda bahwa nantinya kamu akan kembali lagi mengunjungi Turki.

Crying Pillars dengan ukiran sulur

Dolmabahce Palace

Dolmabahce Palace atau dalam bahasa Turkinya Dolmabahçe Sarayı berada di Besiktas. Tepatnya berada di depan stadion Besiktas. Istana ini adalah pusat administrasi Kesultanan Ottoman dari tahun 1856 hingga tahun 1887 dan tahun 1909 hingga tahun 1922. Dolmabahce Palace dibangun pada masa Sultan Abdulmecit I tahun 1843-1856. Sebelumnya keluarga sultan tinggal di Topkapi Palace namun karena gaya, arsitektur, dan kenyamanannya terasa kurang dibanding dengan istana di kerajaan Eropa lainnya, Abdulmecit I memutuskan membangun istana baru yang lebih modern. Pembangunannya menghabiskan biaya 5 juta Lira emas Ottoman, 35 ton emas, atau hampir sama dengan 1.5 juta USD uang masa kini. Pada masa itu, uang sebanyak ini setara dengan 25% pajak tahunan yang diterima oleh Kesultanan Ottoman.

Dolmabahce Palace menempati area seluas 45,000 m2 (11.1 hektar), memiliki 285 ruangan, 46 ruang pertemuan, 6 kamar mandi, dan 68 toilet. Desain arsitekturnya amat bagus. Kalau kamu pergi Turki, Dolmabahce Palace adalah lokasi yang wajib dikunjungi. Lokasinya pun mudah dijangkau. Bila naik trem (Metro Istanbul) kita bisa turun di stasiun Kabatas. Dari stasiun ini tinggal jalan kaki saja selama 10 menit. Istana ini berada persis di depan stadion klub sepakbola Besiktas.

Dolmabahce Palace, Istana Modern yang dibangun pada tahun 1843-1856 M

Benteng Rumelia (Rumeli Hisari)

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel.” (HR Ahmad, Ad Darimi dan Al Hakim)

Demikianlah sejak hadits tersebut disampaikan, perjuangan penaklukan konstatinoperl tidak pernah berhenti, kisah heroik selalu menjadi energi tak berujung juga keyakinan para pejuang Islam sepanjang zaman. Sementara itu patut dicamkan bahwa orang yang hebat bukan hanya saja mengakui kebenaran hadits tersebut, namun ia akan berusaha sangat keras dan gigih untuk menjadi mereka-mereka yang mewujudkan kebenaran tersebut. Oleh karena itu setiap khalifah berambisi untuk menaklukkannya. Mulai dari Utsman bin Affan, Mu’awiyah, Harun Ar-Rasyid, dan Sultan Bayazid Al-Utsmani. Penaklukkan ibu kota kerajaan Romawi Timur itu baru terjadi pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M.

Tapi penaklukkan itu tidaklah mudah. Sang Sultan melakukan persiapan yang matang dan mantap agar kegagalan seperti yang dialami para pendahulunya tidak terulang lagi. Di antara persiapan tersebut adalah mendirikan Rumeli Hisari (Benteng Rumelia). Sejak lama Sultan Al-Fatih menyelidiki Konstantinopel. Setelah menganalisa, ia memutuskan untuk memutus urat  utama Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus yang menjadi jalur utama perdagangan dan transportasi bagi Konstantinopel serta suplai logistiknya melalui pembangunan Rumeli Hisari.

Rumeli Hisari dibangun di tepi Selat Bosphorus, Istanbul-Turki. Benteng yang dibangun Sultan Muhammad II Al-Fatih sebelum menaklukkan Konstantinopel ini memiliki tinggi 82 meter dengan menara citadel yang dibangun oleh 5000 pekerja. Ide untuk membangun benteng ini muncul dalam benak Sultan Al-Fatih pada tahun 1451 atau sekitar dua tahun sebelum penaklukkan Konstantinopel.

Sultan memandang bahwa tidak mungkin dalam posisi yang unggul bila dia tidak mampu menyeberangi sisi Benua Asia menuju sisi Benua Eropa di dekat Konstantinopel dengan aman. Sebab, Laut Dardanella di bawah kendali Angkatan Laut Italia. Memang ketika itu di sisi Benua Asia telah berdiri Anadolu Hisari (Benteng Anatolia) yang dibangun Sultan Bayazid I, ayah Sultan Al-Fatih pada tahun 1394 M. Oleh karena itu, Sultan Al-Fatih perlu menguasai Selat Bosphorus dan memotong pasokan makanan yang dikirimkan koloni-koloni Yunani di wilayah Laut Hitam ke Konstantinopel. Untuk itu, dia segera memerintahkan pendirian Rumeli Hisari.


Benteng yang terletak di Distrik Sanyer ini memiliki tiga menara. Masing-masing menara diberi nama sesuai dengan nama menteri sang sultan yang memimpin pembangunan benteng itu. Benteng pertama disebut “Benteng Sadrazam Candarli Halil Pasya”. Lokasi benteng ini paling dekat dengan pintu gerbang benteng. Benteng kedua, yang terletak di sebelah selatan disebut “Benteng Zaganos Pasya”. Sementara itu, benteng ketiga yang terletak di sebelah utara disebut “Benteng Sanca Pasya”. Benteng itu mulai dibangun pada Sabtu, 15 April 1452. dengan kata lain, benteng yang semula dikenal dengan sebutan “Bogazkesen”, yang berarti “Pemotong Selat”, dibangun hanya dalam waktu sekitar empat bulan.

Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi sultan Dinasti Utsmani, sang ayah sudah terlebih dahulu mendirikan Benteng Anadolu Hisari dengan tujuan juga untuk menaklukkan Konstantinopel. Benteng ini didirikan pada 1393-1394 M di lahan sekitar 7000 meter persegi dan berada di titik tersempit Selat Bosphorus. Benteng setinggi 25 meter ini digunakan sebagai “menara pengintai” yang mengintai lalu lintas kapal-kapal yang hendak menuju Laut Hitam. Menara ini juga didirikan bertujuan memperlemah kekuatan Kekaisaran Byzantium sebab dengan adanya benteng ini, bantuan militer dari koloni Byzantium di wilayah Laut Hitam seperti Caffa, Sinop, dan Amasra, menjadi kesulitan mencapai Konstantinopel karena kapal itu tidak bisa melintasi Selat Bosphorus. Semua kapal yang melintas di Selat Bosphorus diharuskan membayar pajak yang disetor kepada Dinasti Utsmaniyah terlebih dahulu. Benteng Anadolu Hisari terletak berhadapan dengan Rumeli Hisari, benteng yang berada di sisi Eropa Selat Bosphorus didirikan oleh Sultan Al-Fatih pada tahun 1452 M. Kedua benteng ini hanya terpisah selat selebar 500 meter.


Setelah mendirikan Rumeli Hisari, mulailah Sultan Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel. Setelah mengepung Konstantinopel selama beberapa bulan, akhirnya 200.000 pasukan yang dipimpin Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang kokoh. Yang membuat takjub adalah strategi Sultan yang memindahkan 72 kapal perang dari Selat Bosporus ke Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) yang merupakan titik terlemah pertahanan Byzantium, melalui daratan. Sultan Al-Fatih telah mengubah daratan menjadi lautan.


Penaklukkan terjadi pada 29 Mei 1453 M. Penduduk Konstantinopel yang beragama Kristen diperlakukan dengan baik. Mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Sementara itu sang Sultan menuju gereja Hagia Sophia dan meminta azan dikumandangkan sebagai tanda gereja itu telah diubah menjadi masjid. Ia pun mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul yang berarti kota Islam. Sabda Rasulullah yang keluar dari lisan beliau sekitar 800 sebelumnya akhirnya terealisasi. Beliau bersabda, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik panglima adalah panglima yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”

Benteng Rumeli di sisi Eropa 

Benteng Anadolu di sisi Asia

Museum of Turkish and Islamic Art

Islamic art museum Turkey adalah sebuah museum seni dan turki yang terletak dilapangan sultan ahmet tepatnya di dekat Masjid Biru, distrik faith Istanbul turki. Museum ini berdiri di bekas istana Ibrahim pasha yang merupakan vizier agung dari Suleiman yang luar biasa dan suami dari saudari sultan, hatice sultan  bangunan ini menghadap ke hippodrome. Museum ini memiliki 40.000 koleksi yang mengagumkan serta tatanan ruangan yang sangat menakjubkan. Disini setiap ruangan akan difokuskan pada setiap periode yang berbeda atau wilayah dunia islam yang berbeda, jadi saat  berkeliling di museum ini kita dapat merasakan sensasi kehidupan harian bangsa turki mulai dari abad ke 8 sampai abad ke 19.

Museum ini memiliki desain arsitektur yang khas seperti kediaman sultan- sultan dan memiliki taman – taman yang luas sehingga akan membuat kita yang berkunjung kedalamnya akan merasa nyaman. Disini kita dapat melihat berbagai macam peninggalan sejarah islam dari salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di muka bumi yaitu kerajaan ottoman, mulai dari patung, lukisan, kaligrafi sampai peralatan sehari – hari dari dunia islam di masa lampau . Terdapat pula beberapa koleksi bersejarah dari zaman nabi Muhammad serta koleksi karpet antik dan sajadah antik yang dipakai para sultan ottoman juga ada di museum ini.

Di luar gedung museum terdapat Obelisk Theodosius, yaitu monumen tinggi, ramping bersisi empat yang dimahkotai puncak berbentuk piramida. Obelisk purbakala biasanya terbuat dari monolit atau batu tunggal, sedangkan obelisk modern dibangun dari batu dan memiliki ruangan di dalamnya. Obelisk Theodosius adalah sebuah obelisk Mesir Kuno dari Firaun Thutmose III yang didirikan kembali di Hippodrome yang sekarang dikenal sebagai At Meydanı atau Sultanahmet Meydanı, di kota modern Istanbul, Turki oleh kaisar Romawi Theodosius I pada abad ke-4 Masehi.

Obelisk tersebut mula-mula dibangun oleh Thutmose III (1479–1425 BC) di bagian selatan dari pilon ketujuh kuil besar Karnak. Kaisar Romawi Konstantius II (337–361 AD) memindahkan obelisk tersebut dan obelisk lainnya melalui sungai Nil menuju Aleksandria untuk memperingati ventennalia-nya atau 20 tahun tahtanya pada tahun 357. Obelisk lainnya didirikan di spina Sirkus Maximus di Rome pada musim gugur tahun tersebut, dan sekarang dikenal sebagai obelisk Lateran, sementara obelisk tersebut yang menjadi obelisk Theodosius masih berada di Aleksandria sampai 390, ketika Theodosius I (379–395 AD) memindahkan obelisk tersebut ke Konstantinopel dan menempatkannya di spina Hippodrome.

Obelisk Theodosius

Galata Tower

Galata Tower atau Galata Kulesi adalah menara batu dari abad pertengahan. Galata Tower memiliki ketinggian 66.90 meter dan 51.65 m di lantai observasi (lantai yang bisa dikunjungi wisatawan). Galata Tower adalah bangunan tertinggi di Istanbul ketika dibangun pada tahun 1348 M. Menara ini dibangun untuk menggantikan menara lama Megalos Phyrgos. The Galata Tower adalah salah satu ikon paling ikonik di Istanbul, menghadap ke Beyoğlu dan Karaköy dari posisinya yang bertengger, sementara lampu-lampu berwarna-warni menara dapat dilihat pada malam hari dari seluruh kota.

Galata Tower 

Meskipun tidak diketahui kapan Menara Galata dibangun, umumnya disepakati bahwa menara itu hidup selama pemerintahan Kaisar Byzantine Justinian sekitar 507 Masehi. Saat itu, menara itu dikenal sebagai ‘Christea Turris, ‘ atau Menara Kristus, oleh orang Genoa, sementara Bizantium menyebutnya sebagai ‘Megalos Pyrgos, ‘ atau Menara Agung. Tetapi selama periode Genoa, menara itu mengambil bentuknya yang sekarang, ketika lingkungan Galata dihuni oleh koloni-koloni Republik Genoa, yang berfungsi sebagai serangkaian pos ekonomi dan perdagangan di Laut Tengah dan Laut Hitam.

Pada 1509, menara itu rusak berat akibat gempa tetapi dikembalikan oleh arsitek Ottoman yang terkenal, Hayreddin, yang juga membangun kompleks Sultan Bayezid II yang terkenal di Edirne. Selama masa pemerintahan Ottoman Sultan Süleiman yang Agung, menara memiliki tujuan yang sangat berbeda, karena digunakan untuk menahan tahanan yang dihukum untuk bekerja di Galangan Kapal Laut Kasımpaşa. Pada akhir abad ke -16, sebuah observatorium ditambahkan di bagian paling atas oleh sang peramal, Takiyüddin Efendi, tetapi menara itu ditakdirkan untuk menjadi penjara sekali lagi pada masa pemerintahan Sultan Murat III antara tahun 1546 dan 1595.

Ketika abad ke -17, menara itu secara singkat digunakan oleh Mehter Band, sebuah band militer Ottoman, dan kemudian menjadi observatorium api pada tahun 1717 karena pemandangan luasnya dari kota bersejarah. Pada 1794, api menghancurkan menara, tetapi itu dipulihkan pada masa pemerintahan Sultan Selim III, pada saat itu sebuah cumba (ceruk) ditambahkan. Setelah efek merusak dari kebakaran lain pada tahun 1831, menara itu sekali lagi dipugar, bersama dengan penambahan dua lantai lagi dan tip berbentuk kerucut, melalui komisi Sultan Mahmut. Saat ini, menara setinggi 219 kaki (66, 90 meter) berfungsi sebagai daya tarik wisata saja, dengan pengunjung berdiri dalam antrean untuk menuju ke puncak untuk pemandangan spektakuler 360 derajat Istanbul dari balkon. Untungnya, lift membawa pengunjung naik tujuh lantai, tetapi dua lantai terakhir hanya dapat diakses dengan menaiki tangga.

Salah satu kisah seputar Menara Galata adalah peristiwa penerbang Utsmani yang legendaris Hezarfen Ahmet Çelebi. Hezarfen sangat terobsesi untuk menciptakan pesawat terbang karena terinspirasi oleh seorang ilmuwan Muslim sebelumnya yang juga sangat tertarik dengan dunia penerbangan yakni Ismail Cevheri. Tetapi pada masa percobaannya, Ismail mengalami kegagalan. Ismail melakukan uji coba pesawatnya dengan terbang dari sebuah menara pada abad ke-10. Tetapi karena dia kurang memiliki pengetahuan tentang aerodinamika sayap, Ismail terjatuh saat melakukan penerbangan dan menghembuskan nafas terakhirnya seketika itu juga. Oleh karena itu, Herzafen berupaya keras untuk menyempurnakan riset penerbangan Ismail Cevheri bersama saudaranya.

Herzafen terus melakukan riset penerbangan. Setelah melakukan riset studi terhadap burung dan melakukan percobaan penerbangan sebanyak sembilan kali, maka Herzafen memberanikan diri untuk memperagakan penerbangan pesawatnya di depan Sultan Murad ke-IV dan penduduk Istanbul pada 1630. Herzafen akhirnya melakukan penerbangan dari menara Galata yang tingginya 183 kaki dengan pesawat terbangnya yang sederhana terbuat dari kulit binatang yang disangga oleh rangka-rangka kayu. Herzafen berhasil terbang dengan tinggi di atas 150 meter dari permukaan air laut menuju Oskudar.

Selama penerbangan, Herzafen terus berusaha menyeimbangkan arah angin dan arah terbangnya hingga akhirnya mendarat dengan selamat di sebuah padang rumput Doganciar di Oskudar. Jarak terbang yang telah dia tempuh mencapai 3.200 meter.

Hezarfen merupakan orang pertama yang melakukan penerbangan lintas benua dari Eropa menuju Asia. Berkat kehebatannya, Sultan Murad ke-IV yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut memberikan hadiah kepada Herzafen berupa 1.000 keping emas.

Kehebatan Lagari Hasan Celebi tak jauh berbeda dengan saudaranya, Herzafen. Lagari merupakan orang yang sangat giat dalam melakukan penelitian tentang pesawat terbang bertenaga dorong ledakan yang sekarang disebut dengan nama roket. Lagari pertama kali menerbangkan roketnya pada saat kelahiran putri Sultan Murad ke-IV dari Istana Topkapi, Istanbul pada 1633.

Saat akan meluncurkan roketnya, Lagari masuk ke dalam sebuah kerangkeng yang terhubung dengan roket. Kemudian dengan berhati-hati dia menyulut bubuk mesiu yang berada di dalam roket. Lalu percikan bunga api yang disertai asap pun mulai terlihat dan tak berapa lama kemudian roket yang membawa kerangkeng Lagari pun terbang menuju ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu, bubuk mesiu pada roket pun habis terbakar. Dengan sigap Lagari lalu keluar dari kerangkeng dengan menggunakan bajunya yang semacam parasut untuk mendarat ke muka bumi lagi. Akhirnya dia mendarat dengan selamat di tempat peristirahatan Sultan Murad ke-IV di Sinan Pasha.

Peristiwa penerbangan Lagari itu dicatat sebagai peristiwa terbang berawak vertikal pertama yang menggunakan sistem pendorong berupa tujuh buah roket dengan bubuk mesiu sebanyak 300 pound. Menurut catatan sejarah, Lagari berhasil mencapai ketinggian kira-kira 300 meter dalam jangka waktu selama 20 detik.

Karena prestasinya yang gemilang, Sultan Murad ke-IV memberikan penghargaan kepada Lagari dengan mengangkatnya menjadi salah satu pejabat militer terpenting di Angkatan Darat Turki. Berita kehebatan dua ilmuwan penerbangan yang bersaudara ini begitu menghebohkan negara-negara di Eropa. Bahkan berita kesuksesan penerbangan Celebi bersaudara itu menjadi buah bibir publik di Inggris pada 1638, dan dicatat oleh seorang penulis terkenal John Winkins dalam bukunya yang berjudul Discovery of New World.

Namun akibat terjadinya berbagai macam intrik politik di Istana Topkapi yang berusaha menjatuhkan kejayaan Celebi bersaudara, hubungan yang telah terjalin dengan baik antara Celebi bersaudara dengan Sultan Murad IV pun merenggang, bahkan kian memburuk dari waktu ke waktu. Akhirnya Celebi bersaudara yang sangat berjasa terhadap dunia penerbangan modern saat ini dibuang ke negara Afrika, tepatnya di Aljazair dengan status tahanan politik. Setelah itu, mereka berdua dipindahkan dari pengasingan di Aljazair ke pengsingan di Crimea.

Celebi bersaudara yang kepandaiannya mencengangkan dunia, berakhir dengan tragis dengan menghembuskan nafas terakhirnya di pengasingan di Crimea pada sekitar 1640. Crimea pada kemudian hari, menjadi tempat percobaan roket Rusia.

Galata Tower dijadikan tambatan rantai besar diatas Golden Horn yang membentang diatasnya. Rantai ini digunakan untuk menghalangi dan menghambat laju kapal musuh yang ingin menyerbu konstantinopel dengan melewati horn. Karena rintangan rantai besar inilah, Sultan Mehmed II mendapatkan ide memasuki Golden Horn dengan membawa kapal perang melalui daratan Galata kemudian menurunkan kembali ke laut Golden Horn untuk melakukan penyerangan. Sultan Mehmed II menjelaskan secara rinci bagaimana cara memindahkan kapal-kapal itu. Awalnya Sultan Mehmed II memerintahkan pada prajuritnya untuk mengumpulkan kayu gelondongan dan minyak goreng. Kayu-kayu tersebut kemudian diolesi dengan minyak goreng sehingga menjadi licin. Setelah semuanya siap kemudian sang sultan memerintahkan agar kapal-kapal perang mulai ditarik ke daratan dengan menjadikan kayu-kayu gelondongan sebagai rodanya. Para prajurit bekerja keras menjalankan perintah sultannya.

Rantai besar di Golden Horn

Peta Penaklukan Konstatinopel

70 kapal di tarik melewati bukit Galata

Mereka terus bekerja sepanjang malam dengan diterangi bintang gemintang, kapal-kapal perang Turki Ottoman mulai berlayar di daratan. Kapal-kapal tersebut melintasi lembah dan bukit. Sebuah peristiwa yang kelihatannya tidak masuk akal. Akhirnya, berkat kerja keras pasukan Turki Ottoman, ketika pagi telah terbit di ufuk timur, 70 kapal perang Turki Ottoman telah berpindah lokasi, berhasil melintasi Tanjung Emas lewat daratan, melintasi Besiktas ke Galata.

Rakyat Bizantium begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Tapi kenyataan memang kenyataan. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Turki Ottoman pastilah dibantu oleh jin dan setan. Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”

Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Mehmed II memerintahkan agar dibuat terowongan untuk menembus benteng Konstantinopel. Maka ketika serangan diputuskan, pasukan Turki Ottoman mulai memasuki terowongan. 27 Mei 1453 sebelum serangan dimulai, Sultan Mehmed II dan pasukannya menjalankan shalat. Seusai shalat mereka kemudian berdoa, meminta kepada Allah swt agar kemenangan yang sudah berada di depan mata itu menjadi kenyataan. Sementara itu, penduduk Konstantinopel juga melakukan hal serupa, mereka menggelar misa di gereja Hagia Sophia.

29 Mei 1453, malam telah melewati ambang. Hanya gemintang yang menemani malam, tak ada secuil pun cahaya purnama. Pada saat inilah pasukan Turki Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Pasukan Turki Ottoman berusaha memasuki benteng Konstantinopel. Kali ini pasukan Turki Ottoman terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama terdiri dari pasukan yang berasal dari Anatolia, sedangkan lapis kedua dan ketiga merupakan kesatuan Yanisari. Melihat serangan besar-besaran ini, Giustiniani salah satu panglima Bizantium–menyarankan agar Constantine mundur. Akan tetapi, saran tersebut ditolak oleh Constantine. Beberapa ahli sejarah menceritakan bahwa Constantine melepas baju perang dan kemudian bertempur bersama pasukannya. Dan, setelah perang usai jasadnya tidak pernah ditemukan.

Akhirnya, setelah berperang pasukan Turki Ottoman bisa menguasai kota Konstantinopel melalui pintu Edinerne. Begitu memasuki kota Konstantinopel, Sultan Mehmed II dalam pidatonya menyatakan akan melindungi seluruh penduduk kota itu yang menyerahkan diri. Ia juga berjanji melindungi tempat-tempat ibadah, baik milik orang-orang Kristen maupun Yahudi. Rupanya ia mengikuti yang dilakukan Saladin ketika menaklukkan Yerusalem. Pidato yang terkenal ini disampaikan Sultan Mehmed II di pelataran Hagia Sophia, di hadapan penduduk Konstantinopel.