14. Cappadocia
Ketika berada di Cappadocia seolah-olah kita sedang hidup pada jaman Fred Flinstones si manusia gua. Semuanya serba dari batu yang berwarna abu-abu kecokelatan. Selain wisata darat, kita bisa terbang dengan balon udara menikmati keindahan kota rumah batu kuno. Kita akan melihat bangunan yang mayoritas terbuat dari batu yang dipahat dari zaman dulu, yaitu berupa struktur kota bawah tanah (underground city), yang memiliki bangunan sampai dengan tingkat 11 ke bawah. Tidak heran jika Cappadocia termasuk salah satu UNESCO World Heritage Site. Hingga kini masih ada penduduk Cappadocia yang tinggal di dalam gua, dan ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan juga ada hotel di Cappadocia yang membuat kamar-kamarnya mirip gua karena memang inilah yang dicari turis, merasakan menginap di kamar gua.
Selime Cathedral
Hari pertama seharusnya kami naik balon udara, namun karena cuaca tidak bagus maka ditunda esok harinya. Sebagai gantinya kami berkeliling di area Cappadocia, spot pertama berhenti di Selime Cathedral. Cappadocia adalah gudangnya gereja, chappel dan monestary yang cukup unik karena berbentuk gua hasil karya manusia jaman dulu kala. Ada yang diatas gunung dan ada juga yang jauh dibawah tanah. Mulai dari chappel kecil, cathedral besar, ruang kelas berbagai ukuran dan juga tempat tinggal semacam barak asrama. Semua tersebar berdekatan di area yang luasnya sekitar 300 Km persegi. Tidak kurang dari 100 gereja batu besar dan kecil yang dipahat tangan dan 10.000 gua dengan berbagai macam fungsi ada di lokasi ini. Wilayah ini terkenal sebagai kawah candradimukanya umat kristen dalam hal pendidikan agama sejak lebih dari 1700 tahun lalu dan juga tempat persembunyian dari serangan bangsa Mongols.
Selima Cathedral berupa konstruksi gua kuno buatan manusia yang menyatu dengan alam, khususnya hasil karya umat Kristen Orthodox pertama saat jaman masih susah susahnya menyebarkan agama bisa ditemukan disini. Lokasinya tidak begitu jauh dari Ihlara Valley, atau sekitar satu jam perjalanan darat dengan mobil dari Goreme. Katedral ini cukup terkenal dan per tahun dikunjungi 300.000 turis. Gereja ini diatas gunung dan didalam gua seperti yang disaksikan dalam film cartoon Pak Flinstone. Area Selime Cathedral telah menjadi inspirasi untuk lokasi setting film Star Wars Episode 1, yaitu lokasi ketika aksi Anakin Skywalker’s dalam “pod race” terjadi.
Ihlara Valley
Ihlara valley termasuk salah satu ngarai terbesar di dunia yang memadukan keindahan alam dan sejarah dalam satu tempat, menarik pengunjung dengan jalan setapak dan pemandangannya yang unik. Lembah Ihlara terletak di antara provinsi Nevsehir dan Aksaray, membawa wisatawan yang datang ke sebuah perjalanan sejarah yang diiringi pemandangan yang menakjubkan. Setiap tahun, sekitar 500.000 wisatawan mengunjungi kawasan ini. Pada musim gugur dan dingin, turis yang datang kebanyakan berasal dari Malaysia, Jepang, Tiongkok dan Thailand. Sementara, pada musim semi dan musim panas, lembah ini lebih banyak dikunjungi wisatawan Eropa, Arab, dan Amerika Selatan.
Untuk menikmati keindahan kawasan wisata ini, pengunjung harus turun 387 anak tangga untuk memasuki lembah yang dipenuhi pohon dan berbagai jenis bunga. Untuk menjelajahi keindahannya, pengunjung bisa memilih satu dari tiga rute jalan yang masing-masing memiliki jarak tiga, lima, tujuh dan 14 kilometer. Ihlara juga merupakan pusat keagamaan pada periode Kristen awal, sehingga terdapat banyak gereja, kapel dan biara yang dibangun di tebing-tebing sekitarnya. Dalam perjalanan, pengunjung juga bisa menikmati makan siang di tenda-tenda di atas sungai Melendiz, di desa Belisirma, yang termasuk dalam rute jalan setapak di sini.
Derinkuyu, Underground City
Cappadocia dikenal memiliki banyak kota bawah tanah, tapi yang terdalam adalah Derinkuyu. Kota bawah tanah ini akan membawa kita berada di kedalaman 85 meter dari permukaan. Derinkuyu artinya sumur dalam adalah suatu kota bawah tanah kuno yang bertingkat-tingkat, tepatnya di Provinsi Nevşehir, Turki. Kota bawah tanah tersebut dapat menampung hingga sekitar 20.000 orang beserta hewan ternak dan bahan makanan mereka. Ini adalah kota bawah tanah terbesar yang telah digali, selain dari beberapa kompleks bawah tanah lainnya yang tersebar di seantero wilayah Kapadokia di Turki.
Situs kota bawah tanah Derinkuyu mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969, dan 10%-15% dari keseluruhan situs saat ini dapat diakses oleh para wisatawan. Derinkuyu berjarak 29 km sebelah selatan kota Nevşehir melalui jalan raya Niğde. Luas kota bawah tanah Derinkuyu yang telah diekskavasi adalah seluas 4 km2. Kota bawah tanah ini tertata dengan baik dan memiliki berbagai fungsi publik tertentu, seperti galeri, ruang tinggal, kakus, ruang pertemuan, dapur umum, kapel, penjara, gudang senjata, lorong akses, sumur, serta cerobong udara khusus yang berguna saat komunitas mengadakan penggalian untuk waktu yang lama. Diperkirakan terdapat ruang sekolah pula, yang bentuknya berupa gundukan tanah memanjang yang dikelilingi parit-parit; sedangkan kandang ternak letaknya selalu berada pada tingkat-tingkat teratas dari kompleks tersebut. Terdapat delapan tingkat yang dibuka untuk umum, dengan 204 jumlah anak tangga yang dapat dituruni dari tingkat teratas hingga terdalam pada kompleks tersebut. Terdapat 18-20 tingkat yang lebih dalam lagi yang tidak dibuka untuk umum. Walaupun demikian, diperkirakan masih banyak lagi bagian tersembunyi kota tersebut yang belum dieksplorasi.
Masih kontroversi mengenai siapakah yang pertama kali membangun kompleks tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahwa bangsa Hittit yang membangun tingkat pertama sebagai gudang; karena cap-cap bangsa Hittit ditemukan penduduk setempat saat membangun pondasi rumah mereka, dan adanya kota Hittit kuno Göllü Dǎgi yang berada 20 km sebelah barat daya. Menurut penelitian Departemen Kebudayaan Turki, gua-gua pertama kemungkinan mulai diperdalam pada batuan vulkanik lunak di wilayah Kapadokia oleh bangsa Frigia, yaitu bagian dari bangsa Indo-Eropa kuno, pada abad ke-7 hingga ke-8 SM. Ketika pemakaian bahasa Frigia punah di zaman Romawi Kuno dan digantikan oleh kerabat dekatnya yaitu bahasa Yunani, para penduduk yang kemudian telah beragama Kristen lalu menambahkan gua-gua bawah tanah mereka dengan bangunan kapel dan prasasti berhuruf Yunani.
Kota di Derinkuyu terbentuk sepenuhnya pada masa Bizantium, yang ketika itu kerap digunakan sebagai perlindungan terhadap Muslim Arab selama peperangan Bizantium-Arab (780-1180). Derinkuyu terhubung dengan kota-kota bawah tanah lainnya melalui terowongan yang panjangnya bermil-mil. Beberapa artefak yang ditemukan di pemukiman bawah tanah tersebut berasal dari Periode Bizantium Tengah, yaitu pada abad ke-5 hingga ke-10. Kota-kota ini tetap dipakai oleh para penduduk asli Kristen sebagai tempat perlindungan terhadap serangan suku-suku Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk pada abad ke-14.
Setelah wilayah ini jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah, kota-kota digunakan sebagai lubang perlindungan terhadap penguasa Muslim Turki. Hingga akhir abad ke-20, penduduk Kapadokia Yunani dari waktu ke waktu masih menggunakan kota bawah tanah untuk melarikan diri dari penindasan oleh pihak Utsmaniyah. R.M. Dawkins, seorang ahli bahasa Cambridge yang meneliti penduduk Yunani Kapadokia antara 1909-1911, mencatat pada tahun 1909: “ketika datang berita terbaru tentang pembantaian di Adana, sebagian besar penduduk Axo berlindung di ruang-ruang bawah tanah ini, dan selama beberapa malam tidak berani tidur di atas permukaan tanah. Ketika penduduk Kristen di wilayah tersebut terusir pada tahun 1923 dalam peristiwa pertukaran penduduk antara Yunani dan Turki, kompleks bawah tanah tersebut tidak ditempati lagi.
Kompleks tersebut ditemukan kembali pada tahun 1963, setelah warga setempat menemukan sebuah ruangan misterius di balik dinding di rumahnya. Penggalian selanjutnya telah membuka penemuan terhadap jaringan terowongan di kota bawah tanah tersebut.
Naik Balon Udara
Kalau sudah sampai di Cappadocia, harus mencoba naik balon udara untuk bisa menikmati keindahan pemandangan yang menakjubkan. Kami naik balon hari kedua, karena hari pertama cuaca berkabut sehingga diputuskan ditunda esok harinya. Alhamdulillah esok hari cuaca sangat bagus, langit terang tanpa awan dan kabut. Kami dijemput di hotel pukul 5 pagi, kemudian dibawa ke suatu lokasi penerbangan yang terpencil, jauh dari balon-balon udara lainnya. Terus terang inilah pertama kali kami menyaksikan dan menaiki balon udara yang luar biasa besar.
Persiapan balon diisi diisi udara banyak sekali, mereka menggunakan kipas angin besar untuk menggembungkan balon. Setelah kira-kira udaranya cukup, kemudian ditambahkan udara panas dengan membakar gas supaya balonnya bisa mengapung di atas keranjang dan nantinya cukup kuat untuk mengangkat penumpang. Setelah dijelasin beberapa peraturan, kami naik ke keranjang balon udara yang sudah disiapkan. Penumpang ditempatkan ditengah-tengah keranjang, ada area khusus untuk sang pilot. Pilot akan memainkan tuas pengatur api dan tali-tali untuk mengatur kemudi.
Kebetulan kami mendapat pilot asal Australia yang tentunya bahasa inggrisnya sangat baik. Dia sangat professional, ramah dan lucu dalam menjelaskan informasi tentang Cappadocia selama perjalanan. Balon udara yang kami naiki dimuat penuh, namun masih leluasa untuk menikmati pemandangan yang indah. Setelah semua penumpang naik ke dalam keranjang, perlahan lahan diiringi dengan semburan gas yang terbakar, balon kami perlahan-lahan meninggalkan tanah dan mulai mengapung di udara.
Balon dapat mengudara dengan tenang, halus dan lancar. Angin cukup tenang, cuaca sangat terang, langit biru bersih tanpa awan sedikit pun. Cappadocia sulit diungkapkan dengan kata kata, hanya terpana dengan keindahan alam. Hal yang tidak kalah menariknya adalah pemandangan puluhan balon udara terbang bersamaan dengan kami. Sang pilot pun pandai mengarahkan balon udara, jadi kita tidak hanya dibawa jauh tinggi tetapi juga terkadang dibawa terbang rendah sehingga bisa melihat dengan lebih jelas bukit-bukit batu Cappadocia.
Setelah sekitar 1.5 jam kita terbang di udara yang sangat dingin membuat otot kaki pegal, pilot memberitahukan saat untuk mendarat dan mulai mencari lokasi pendaratan. Sambil menunggu lokasi, kami melihat 2 mobil yang membantu mengejar kami di darat. Mereka memacu mobilnya mengikuti arah balon kami terbang rendah. Pilot kami memutuskan untuk mendarat di sebuah tempat yang lapang dan memberitahukan kepada semua penumpangnya untuk bersiap di ‘landing position’ dan menghentikan semua aktivitas berfoto.
Sebelum terbang kami sudah diinformasikan kalau mau landing tangan berpegangan pada tali di sisi dalam keranjang dan badan bersandar pada papan pemisah keranjang serta memandang ke arah yang berlawanan dengan pilot. Saat sudah dekat dengan tanah, beberapa orang petugas menahan tali yang dilemparkan oleh pilot dan kemudian dibantu oleh beberapa orang lainnya sampai balon diletakkan di atas sebuah mobil. Hanya goncangan kecil akibat benturan, sama sekali tidak mengagetkan. Semua orang bertepuk tangan dan bahagia atas pendaratan ini. Ketika kami keluar dari balon, petugas yang lain menyiapkan meja dengan bunga, champagne, orange juice dan buku tamu. Kami pun bersulang atas pernerbangan yang sukses kemudian masing-masing diberikan medali.
Pigeon Valley
Disebut Pigeon Valley karena pada saat tertentu banyak burung pigeonnya (merpati).
Uchisar Castle
Uchisar Castle merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh penduduk Cappadocia dari zaman Kekaisaran Byzantium. Tentara Byzantium menggunakan benteng ini untuk mengawasi pergerakan musuhnya dari atas. Benteng yang tingginya 1350 meter dari atas permukaan laut ini memang memiliki posisi strategis sebagai menara pengintai. Konon, tentara Byzantium menggunakan kaca untuk memberikan sinyal bahaya jika pergerakan musuh mulai terlihat. Sinyal bahaya ini kemudian diteruskan sampai mencapai Konstantinopel. Dibawah Uchisar Castle juga terdapat terowongan yang dapat menghubungkan Uchisar dengan tempat-tempat lain di Cappadocia. Namun keberadaan terowongan ini masih belum ditemukan karena banyaknya bangunan atau terowongan yang sudah runtuh dimakan waktu.
Göreme Open-Air Museum
Göreme Open-Air Museum merupakan tempat yang paling populer di Goreme. Sebenarnya tempat ini adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada disini dibangun dari bukit bebatuan khas Cappadocia dalam jumlah yang lumayan banyak. Taman Nasional sekaligus Museum Terbuka Goreme masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985 yang terdiri dari pilar-pilar batu raksasa hasil erosi vulkanik jutaan tahun lalu. Kita bisa mampir ke permukiman goa batu yang bentuknya mirip sarang semut. Sebagian besar kompleks bangunan tersebut merupakan gereja tua.
Jangan berpikir ini bangunan museum dengan koleksi benda seni di dalamnya. Sesuai namanya, ini museum terbuka, dan terbesar di dunia. Merupakan satu komplek bangunan di dalam gua-gua batu yang sebagian besar adalah gereja yang berasal dari abad ke-10 sampai ke-12. Ada Apple Church, Snake Church, St. Basil Church, Sandal Church, St. Catherine Chapel, dsb. Di dalam langit-langit maupun dinding gereja terdapat fresco (lukisan dinding) yang masih asli. Sayang nggak boleh difoto walaupun tanpa flash karena warnanya memang sudah semakin pudar. Kita bisa mengeksplornya dengan memasuki satu demi satu ruangan maupun gereja-gereja itu. Ada yang harus naik tangga yang cukup tinggi, ada juga yang nggak perlu effort untuk memasukinya. Yang jelas banyak spot Instagenic di sini.
Sekarang gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, sehingga dijadikan museum. Guide bilang kalau dulu disini umat Muslim juga membuat sebuah madrasah. Sejak dulu Muslim dan Katolik hidup damai sampai Perang Dunia pecah yang mengakibatkan semua orang harus mengungsi untuk menyelamatkan diri. Tidak hanya gereja saja di dalam museum tetapi ada juga peti mati yang masih ada kerangka manusia.
Salah satu hal yang menarik lainnya adalah Dark Church atau Karanlik Church. Masuk ke gereja yang satu ini harus membayar 10 Lira. Kata guide, pemerintah sengaja memungut dana untuk masuk ke gereja agar tidak terlalu ramai pengunjungnya. Padahal harganya murah, cuma peraturan yang memungut biaya itu lumayan membentengi pengunjung sih.
Gereja Kegelapan ini memiliki mosaik bunga-bunga indah yang masih utuh berkat sedikitnya jendela yang ada disini sehingga cahaya matahari tidak memudarkan warna pada mosaik. Burung-burung juga bersarang di gereja ini dan kotorannya menutupi mosaik yang malah melindunginya dari tangan jahil dan gangguan cuaca. Tak heran, jika kita harus membayar lebih untuk masuk ke gereja ini. Walaupun kami memasuki semua gereja, tapi mungkin di dalam museum hanya beberapa menit, lalu berpindah lagi ke museum berikutnya. Kebanyakan yang kita lihat hanya mozaik dan kerangka manusia di peti-peti yang banyak. Memang tidak membosankan karena setiap gereja memiliki mosaik yang berbeda.
Fairy Chimneys (Pasabag Valley)
Di Pasabag Valley kita bisa melihat banyak batu raksasa yang menjulang tinggi dan bentuknya mirip jamur, terkadang menyerupai pilar-pilar bangunan. Gugusan batu ini ada yang berdiri sendiri namun ada juga yang berkelompok dan saling menumpuk. Bahkan dalam batu yang berkelompok memiliki bentuk seperti cerobong asap. Bebatuan ini terbentuk akibat aktivitas letusan gunung api di masa lalu, uniknya, hanya di wilayah Pasabag yang memiliki bentuk batu seperti jamur atau cerobong asap.
Batu-batu ini diyakini merupakan bentuk akhir setelah mengalami evolusi yang sangat panjang. Bila diamati lebih dekat, batu raksasa cerobong asap ini, ternyata merupakan tempat tinggal dan tempat pemujaan pada masa lampau. Di setiap batu ada semacam ruang makan. Di beberapa batu lainnya ada tempat pemujaan arwah leluhur. Sayangnya di lokasi wisata ini nggak ada tempat istirahat buat turis yg datang. Padahal di musim panas tempatnya sangat panas karena gersang. Sebaliknya di musim dingin akan sangat dingin karena lokasinya sangat terbuka. Terkadang kita merasakan seperti berada didalam rumah hobit, ratusan dan bahkan ribuan batu gunung dengan formasi seperti jamur tersebar di kawasan Cappadocia. Sungguh indah dilihat dari atas bukit atau dari balon udara.
Pasabag terletak di jalan menuju Zelve dari Goreme atau Avanos. Pilar bumi yang sangat luar biasa dapat dilihat di sini, di tengah-tengah kebun anggur, oleh karena itu nama tempat itu kerap disebut “Kebun Anggur Pacha“. Situs ini juga sering dikenal dengan sebutan Monks Valley. Nama itu berasal dari beberapa kerucut yang diukir pada batu tuf yang terpisah. Saat ini, ada kebun anggur dan sejumlah tufa berdiri tepat di sebelah jalan.
Devrent Valley
Devrent valley adalah lembah yang penuh bebatuan dengan bentuk yang beragam, namun yang terkenal adalah batuan yang berbentuk onta.