Mesir – Benteng Salahuddin Al Ayyubi, Kairo

Sayang kami tidak sempat turun ke benteng bersejarah ini, kami hanya mengamati dari bis saja, salah satu situs sejarah kota tua Mesir, benteng kokoh yang masih berdiri dengan gagah. Benteng  yang merupakan susunan batu granit tebal itu memberikan gambaran betapa kuatnya  Salahuddin Al Ayyubi membangun pertahanan dari serangan musuh.

The Saladin Citadel of Cairo terletak di bukit  Mokattam dekat pusat kota Kairo. Benteng ini memiliki  udara yang segar dengan pemandangan yang indah ke kota Kairo. Kini benteng Saladin menjadi tempat cagar budaya dengan masjid dan museum.

Benteng dibangun oleh pemimpin dinasti Ayubi, Shalahudin, antara tahun 1176-1183 untuk berlindung dari kaum Salib. Beberapa tahun setelah mengalahkan Khalifah Fatimiyah, Salahudin membangun tembok besar yang meliputi Kairo dan Fustat, dengan maksud agar tentaranya dapat mempertahankan dua kota tersebut sekaligus, dan menurutnya adalah baik untuk mengelilinginya dengan tembok dari satu tepian ke tepian sungai Nil lainnya.  Benteng dibangun di bukit maka akan sulit untuk diserang. Di benteng itulah pemerintahan Mesir sampai abad ke-19.

Untuk mensuplai air ke benteng, Salahudin membuat sumur sedalam 85 m yang dinamakan sumur Yusup yang dikenal sebagai sumur spiral karena menggunakan 300 lingkaran menuju sumur. Air dari sumur dinaikkan ke permukaan dan kemudian ke benteng dengan menggunakan serangkaian jembatan air (aqueduct). Sumur itu kemudian ditambah dengan kincir air dari Sungai Nil di masa Nasir Muhammad dari dinasti Mamluk.

Nasir juga membangun kembali masjid dan kemudian diberi nama masjid Nasir di tahun 1318. Masjid ini seperti replica masjid Biru yang berada di Istanbul.  Masjid Nasir memiliki tata akustik yang bagus sehingga tidak diperlukan adanya pengeras suara. Suara Imam masjid dan khatib dapat terdengar jelas oleh para jamaah yang melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya.

Dengan pertahanan lapis tiganya, Benteng Salahuddin merupakan benteng termaju pada zamannya ditambah dengan arsitektur yang dibangun dengan batu marmer dan granit. Benteng tersebut juga memiliki gerbang yang megah dengan menara kokoh menjulang ke langit.

Jika pasukan musuh sudah datang dari kejauhan, benteng memiliki pertahanan jarak jauh menggunakan meriam dan panah yang dilakukan lewat menara-menara benteng yang dibangun dengan jarak seratus meter. Apabila pasukan musuh berhasil menembus dinding benteng, mereka akan disambut ruang terbuka yang akan menjadi sasaran pasukan Shalahuddin yang bersiap di atas benteng. Lalu musuh akan melewati lorong-lorong bercabang sepanjang 2.100 meter yang berfungsi untuk membingungkan musuh.

Dinasti Ayubiyah adalah salah satu kerajaan yang didirikan oleh Salahudin al-Ayubi, seorang tokoh Kurdi yang berkebangsaan Suriah. Bersama Shirkuh, ia menaklukan Mesir untuk Raja Zengiyyah Nuruddin dari Damaskus pada 1169.  Selama berkuasa pada abad ke-12 dan ke-13, dinasti ini memiliki daerah kekuasaan yang cukup luas meliputi Mesir, Suriah, Yaman (kecuali Pegunungan Utara), Diyar Bakr, Makkah, Hijaz, dan Irak utara.

Salah satu prestasi terbesar yang pernah ditorehkan dinasti ini adalah memukul mundur dan membuat malu tentara Salib dalam Perang Hattin, yang bertujuan menaklukkan dan mengambil alih Baitul Maqdis dari tangan tentara Salib. Peristiwa itu terjadi pada 1187.

Salahudin wafat pada 1193, dan perlahan kerajaan semakin melemah. Dinasti ini berakhir, setelah pada 1250 Turanshah, Sultan Ayubiyah terakhir terbunuh oleh budak Mamluk Aibeknya.

Selama berkuasa, Dinasti ini memiliki armada dan benteng yang sangat kuat. Dinasti Ayubiyah mendirikan sejumlah benteng kokoh di sejumlah daerah yang pernah menjadi kekuasaannya.

Benteng ini telah menjadi saksi sejarah panjang Mesir. Kini terdapat dua museum di Benteng Salahuddin. Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir, diantaranya singgasana Raja Farouk, dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang terdiri dari 6 bagian, diantaranya ruangan yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya, ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini, dan ruangan-ruangan lainnya.

Seusai merampungkan benteng, ia membangun dinding yang mengelilingi dua pusat kota ketika itu, yaitu Kairo dan Fustat. Benteng itu hingga kini masih berdiri kokoh dan berlokasi tak jauh dari pusat Kota Kairo modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *