Kami ikut paket Tour MAROCCO-SPAIN (11D9N) dari Tazkia Tour & Travel mulai tanggal 24 Feb 2023 s.d 7 Mar 2023. Berangkat dari Jakarta dengan pesawat Qatar Airways tanggal 24 Feb 2023 pukul 14:00 WIB, transit di Doha kemudian lanjut ke Casablanca, sampai di Casablanca tanggal 25 Feb 2023 pukul 08:00 waktu setempat. Dari Casablanca naik bis menuju Marrakech menuju titik awal tour. Kota yang disinggahi setelah Marrakech adalah Casablanca, Rabat, Tangier, dan terakhir menyeberangi selat Gibraltar dengan kapal fery ke Algeciras.
1. Menara Gardens, Marrakech
Menara Gardens atau dikenal sebagai Le Jardin de la Menara berlokasi di Ain Mezouar, tak jauh dari Masjid Koutoubia. Bangunan kuno itu makin istimewa dengan kolam luas yang dikelilingi kebun zaitun. Memasuki Le Jardin de la Menara kita bakal langsung disuguhi plaza yang mengarah kepada bangunan dengan atap berbentuk piramida berwarna hijau, seolah menara tapi rendah.
Menara Gardens dibangun pada abad ke-16 oleh Dinasti Saady, kemudian direnovasi oleh Sultan Abdurrahman sebagai rumah tinggal di musim panas. Taman besar ini, yang dulu merupakan tempat peristirahatan kerajaan, kini menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang ingin menikmati kedamaian dan ketenangan. Sebagian besar area ini dipenuhi dengan kebun zaitun, tetapi bagi pengunjung, daya tarik utama dan alasan untuk datang ke sini adalah kolam pantulan besar dengan paviliun yang bagus. Ada peluang foto luar biasa di sini dari kolam dengan Pegunungan Atlas tercermin dalam airnya, pada hari yang cerah.
2. Museum Dar El Bacha, Marrakech
Dar El Bacha Marrakech adalah landmark ikonik di kota Marrakech, Maroko, merupakan istana indah yang telah berdiri sejak abad ke-18 dan merupakan simbol kekayaan sejarah dan budaya kota.
Dar El Bacha awalnya adalah kediaman megah yang dibangun pada tahun 1910 dan pernah menjadi rumah bagi Thami El Glaoui, yang ditunjuk sebagai Pasha of Marrakech oleh Sultan Moulay Youssef pada tahun 1912. Pada tahun 2017, bangunan tersebut direnovasi oleh NFM dan diubah menjadi museum yang berfungsi sebagai contoh utama arsitektur tradisional Maroko. Ini terlihat dari air mancur, salon tradisional, dan halaman yang dipenuhi pohon jeruk.
Bangunan ini adalah contoh klasik riad, terdiri atas sebuah taman yang dikelilingi oleh enam ruangan di keempat sisinya. Tata letak riad simetris, terutama mengenai sumbu lorong tengah. Dar El Bacha juga terdiri atas beberapa bangunan tambahan, seperti hammam tradisional, douiria yang merupakan ruang yang disediakan untuk pegawai istana, perpustakaan, dan area “harem” pribadi yang disediakan untuk keluarga Pasha.
Dekorasi seluruh kediaman sangat halus. Zelliges dan langit-langit kayu berukir menjadi saksi kerumitan dan kecanggihan pola dekoratif yang ditemukan di Maroko. Pasokan air dan sistem drainase, serta sistem pemanas hammam, menampilkan kecerdikan keahlian Maroko.
Dar El Bacha adalah lokasi megah dengan arsitektur dan ornamen indah yang telah dikunjungi oleh tokoh-tokoh terkemuka seperti Winston Churchill, Franklin D. Roosevelt, dan baru-baru ini, Meryl Streep dan Owen Wilson, antara lain.
Museum di Dar El Bacha membanggakan koleksi besar artefak primitif dan antik yang disusun oleh Patti Birch, seorang filantropis Amerika. Selain itu, museum ini juga menampung berbagai donasi yang telah ditawarkan dengan murah hati kepada NFM oleh para kolektor yang menyukai kerajinan dan warisan Maroko, serta kota Marrakech.
Arsitektur Dar El Bacha Marrakech benar-benar unik. Istana ini terdiri atas beberapa bangunan yang dihubungkan oleh rangkaian halaman dan taman. Dindingnya dihiasi dengan mozaik yang rumit dan ubin berwarna-warni, yang membuat istana ini tampak semarak dan menarik. Istana ini juga memiliki beberapa kubah dan menara yang menambah kemegahannya. Istana ini juga memiliki beberapa balkon dan teras yang menawarkan pemandangan kota yang menakjubkan.
Dar El Bacha Marrakech juga menjadi simbol penting bagi masyarakat Marrakech. Ini adalah pengingat akan sejarah dan budaya kota yang kaya, dan berfungsi sebagai pengingat akan penguasa kota di masa lalu. Istana ini juga merupakan tujuan wisata yang populer, karena menawarkan pengunjung sekilas ke masa lalu kota. Istana ini juga merupakan rumah bagi beberapa galeri seni dan museum, yang menampilkan budaya dan sejarah kota yang unik.
3. Masjid Koutoubia, Marrakech
Masjid Koutoubia dibangun pada abad 12 oleh dinasti Almohad (Muwahidun). Masjid ini adalah masjid terbesar di kota Marrakesh, Maroko dan memiliki menara yang juga merupakan menara tertinggi di Marrakesh, yaitu sekitar 70 m. Hukum setempat membatasi segala pembangunan yang melampaui tinggi menara tersebut, sehingga menara tersebut tetap menjadi puncak tertinggi di kota Marrakesh.
Masjid ini memiliki nama yang beragam seperti Jami’ al-Kutubiyah, Kutubiya Mosque, Kutubiyyin Mosque, dan Mosque of the Booksellers. Nama-nama ini diambil karena dahulu abad ke-12 sampai 13 area di sekitar masjid banyak penjual buku atau naskah sehingga nama ‘kitab’ melekat pada nama Masjid Koutoubia.
Keistimewaan masjid terletak pada menara yang berdiri indah dan menakjubkan, selain itu menara yang memiliki tinggi 77meter ini hanya dapat dimasuki oleh umat Islam saja. Di puncak menara terdapat hiasan berbentuk bola yang terbuat dari emas asli. Pada awalnya hanya terdapat tiga bola, lalu bola keempat didonasikan oleh istri Yacoub el-Mansour karena beliau gagal untuk berpuasa pada bulan Ramadan.
Menara yang megah dan menguasai langit-langit kota tua ini adalah perpaduan dari bata, semen dan batu. Masjid ini juga dikelilingi oleh taman yang luas dan indah, menjelang maghrib tempat ini selalu dipadati oleh wisatawan dan warga setempat sambil menanti adzan maghrib dikumandangkan. Sebuah pemandangan indah terlihat tatkala matahari tenggelam dan senja mulai tergantikan oleh malam, menara Masjid Koutoubia ini menjadi pemandangan yang menarik karena warna warni lampunya yang spektakuler.
4. Jeema’ el Fna, Marrakech
Kami menikmati makan malam di sebuah restoran dengan view point ke lokasi Jeema’ el Fna yang hiruk pikuk.
Proclamation Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity diterapkan UNESCO sejak tahun 2001 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan melestarikan warisan tradisi non-bendawi di daerah masing-masing. Perwujudan warisan tersebut dinamakan Karya Agung yang sekarang sudah mencapai 90 Karya Agung dari 70 negara.
Bahasa, sastra, musik, tari, permainan, olahraga, tradisi kuliner, ritual, mitologi, ilmu sehubungan dengan jagat raya, teknik tradisional pembuatan kerajinan tangan adalah beberapa contoh warisan non-bendawi dimaksud. Warisan ini dipandang sebagai himpunan keragaman budaya, dan ekspresi kreativitas, serta aturan sejak dahulu kala.
Posisinya yang rentan terhadap kekuatan globalisasi, transformasi sosial, dan intoleransi, menyebabkan UNESCO mendorong komunitas-komunitas untuk mengenali, mendokumentasi, melindungi, memasarkan, dan merevitalisasi peninggalan-peninggalan kebiasaan dimaksud.
Ide proyek ini berasal dari keprihatinan orang-orang terhadap Alun-alun Jeema’ el Fna di Marrakesh, Maroko. Alun-alun Jeema’ el Fna dikenal sebagai pusat kegiatan tradisional yang diramaikan oleh pencerita, pemusik, dan artis pertunjukan, namun terancam oleh tekanan-tekanan pembangunan ekonomi. Dalam usaha melindungi tradisi-tradisi mereka, penduduk setempat meminta tindakan dari tingkat internasional untuk mengakui pentingnya perlindungan untuk tempat-tempat seperti Jeema’ el Fna, mereka sebut sebagai ruang budaya serta bentuk-bentuk ekspresi budaya tradisional dan populer lainnya. Istilah “Karya Agung Budaya Lisan dan Non-Bendawi Warisan Manusia” yang dipakai UNESCO bertujuan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya warisan budaya lisan dan non-bendawi sebagai suatu unsur hakiki dari keberagaman budaya.
Tontonan di Djemaa el Fna berulang setiap hari, dan setiap hari selalu berbeda. Segala sesuatunya berubah, suara, bunyi, gerak, dan publik yang melihat, mendengar, mengindera, merasa, dan menyentuh. Tradisi lisan dibingkai oleh sesuatu yang lebih luas, sesuatu yang kita sebut non-bendawi. Alun-alun Jeema’ el Fna sebagai ruang fisik, menyimpan tradisi non-bendawi dan lisan yang kaya.
Jeema’ el Fna, sebuah area dimana jantung kota Marrakesh berdetak, kota berwarna merah yang merupakan salah satu kota bersejarah yang berjarak 400 km dari ibu kota Rabat. Tempat ini merupakan salah satu destinasi yang menjadi incaran para wisatawan asing, khususnya dari Eropa.
Di tengah alun-alun banyak penjual barang kerajinan, perempuan pembuat Tattoo Hena, penjual air dengan pakaian tradisional, pemain akrobat, pemain suling dengan ular kobra. Selain itu ada juga kereta kuda yang bisa disewa berkeliling. Jika ingin berkunjung ke tempat ini sebaiknya di sore hari, karena menjelang malam alun-alun ini akan semakin ramai. Hati-hati di tempat ini sangat banyak copet. Jika ingin membeli barang harus benar- benar ditawar. Kalau ingin berfoto atau memotret pemusik tradisional, penjual air dengan pakaian tradisonal harus sediakan uang karena mereka akan minta bayaran.