Eropa Barat 2018 – Belanda

11. AMSTERDAM

Dari Koln, perjalanan dilanjutkan menuju kota Amsterdam, menyinggahi Diamond Factory, Old Town Amsterdam yaitu Dam Square, Royal Palace, National Monument, Central Station, Jalan Damrak yang menghubungkan Dam Square dengan Central Station.

Kami mengunjungi salah satu pengasah intan terkenal di Paulus Potterstraat Amsterdam, yaitu Royal Coster Diamonds, mengajak kita kembali ke 3 triliun tahun lalu menuju perut bumi hingga kedalaman 200 km. Tempat ini merupakan museum, toko, sekaligus bengkel pengasah intan. Museum ini tak hanya memperlihatkan keindahan perhiasan batu alam saja tapi juga cerita kota Amsterdam sebagai pusat berlian selama berabad-abad.

Didirikan oleh Mozes Coster dengan nama Coster Diamonds, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemolesan dan jual beli berlian. Perusahaan asli Amsterdam ini sudah ada hampir dua abad lamanya, tepatnya sejak tahun 1840. Reputasi Amsterdam sebagai kota berlian sudah berlangsung sejak abad 17 dan makin berjaya dengan diawali penemuan tambang berlian di Afrika Selatan pada abad 19 oleh orang Belanda yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap reputasi Amsterdam sebagai kota perdagangan berlian terpenting.

Kunjungan ke museum perhiasan paling prestisius ini dimulai dengan pemaparan dalam bahasa Indonesia yang memberi pengetahuan mengenai batu-batu alam terpenting di dunia, bagaimana cara mengasahnya sehingga menghasilkan berlian yang berkilau indah.

Di ruang pameran kita dapat melihat jajaran replika dari perhiasan paling terkenal dan koleksi dari mahkota bersejarah Ratu Inggris yang tentunya berlapis emas dan bertabur berlian dengan puncak mahkota bertahta berlian Koh I Noor yang melegenda. Coster Diamonds Museum juga memamerkan berlian dengan potongan 201 sisi permukaan yang langka karena tingkat kesulitannya yang sangat tinggi.

Bagi pecinta perhiasan, aksesoris, maupun bukan penggemar, Coster Diamond Museum tetap menjadi tempat yang worthed dikunjungi apabila ke Amsterdam. Museum ini memberi pencerahan tentang bagaimana berlian bukan sekedar simbol dari kekayaan, tetapi juga erat kaitannya dengan sejarah, keindahan, dan kekuasaan.

 Dam Square, atau sebutan hanya Dam, adalah alun-alun kota di Amsterdam ibukota Belanda. Suatu lokasi yang banyak memiliki bangunan penting dan merupakan salah satu lokasi yang paling terkenal dan penting di kota. Bila ada acara penting kerap sering digunakan di lokasi ini. Dam Square terletak di pusat sejarah kota Amsterdam, sekitar 750 meter dari pusat transportasi utama stasiun Amsterdam Central. Lokasi Dam Square kira-kira berbentuk persegi panjang, membentang sekitar 200 meter dari barat ke timur dan sekitar 100 meter dari utara ke selatan. Lokasi ini menghubungkan jalan-jalan Damrak dan Rokin. Di Dam Square terdapat Monumen Nasional yang berseberangan berhadapan langsung dengan Royal Palace. Royal Palace merupakan salah satu Istana di Belanda. Istana ini dibangun sebagai balai kota selama Golden Age Belanda di abad ke-17. Bangunan menjadi istana kerajaan Raja Louis Napoleon dan kemudian Royal House.

Disekitar Dam Square juga dikelilingi banyak mal-mal, gereja dan rumah makan. Di lokasi halaman Dam Square terdapat banyak orang-orang berkumpul, bermain dengan burung-burung disana (memberi makan burung). Bila ada suatu acara tertentu lokasi Dam Square ini sangat ramai kunjungan orang-orang.  Bila kita ingin belanja seperti jam atau tas bermerek, dapat singgah ke mal De Bijenkorf yang letaknya dekat dengan Monumen Nasional.

Lokasi ini juga ramai dengan hilir mudik transportasi kereta kuda, kereta listrik, kendaraan mobil dan motor hingga sepeda. Bahkan becak-becak khas disana pun banyak berseliweran disana. Suatu tempat yang patut dikunjungi bila kita berada di kota Amsterdan Belanda. Setelah puas, kami menuju hotel Corendon Village dan menginap 2 malam

12. LISSE

Hari ke-9, pagi-pagi sudah tidak sabar mengunjungi Kebun Tulip Keukenhof yang hanya berbunga setahun sekali selama satu bulan. Awalnya, bunga tulip dibudidayakan pada masa Kekaisaran Ottoman (Turki), dan kemudian masuk ke Belanda pada abad keenam belas. Setelah Carolus Clusius menulis buku besar bertemakan bunga tulip pada tahun 1592, bunga tulip menjadi sangat popular, sehingga menyebabkan kebun bunganya diserang dan bibit-bibit bunga tulip miliknya dicuri secara teratur. Seiring dengan berkembangnya Zaman Keemasan Belanda, begitu pula bunga yang bulat dan berwarna warni ini. Bunga tulip menjadi obyek lukisan dan festival yang digemari. Pada pertengahan abad ketujuh belas, bunga tulip menjadi sangat populer, sampai-sampai menyebabkan kegoncangan ekonomi untuk pertama kalinya, yang dikenal sebagai Demam Tulip/”Tulip Mania” (tulipomania). Banyaknya masyarakat yang memborong tulip telah menyebabkan harga tulip menjadi sangat mahal, sampai-sampai tulip berfungsi sebagai uang, sampai pada akhirnya pasar bunga tulip mengalami kejatuhan.

Saat ini, Belanda masih dikenal karena bunga tulipnya dan juga bunga-bunga lainnya, sehingga seringkali disebut sebagai “toko bunga dunia.” Bunga tulip dibudidayakan di ladang luas berwarna indah, dan festival bunga tulip  diadakan dimana-mana di seluruh negeri pada musim semi. Masyarakat Belanda membawa serta cinta mereka terhadap bunga tulip saat mereka menetap di luar Belanda, sehingga bunga tulip dan festival bunga tulip saat ini dapat ditemukan di New York (yang dahulu bernama New Amsterdam) dan Belanda, Michigan, dimana keterkaitan dengan akar Belanda mereka sangatlah kuat.

Di Kop van Noord-Holland, Anda akan menjumpai jutaan bunga tulip, hyacinth dan bunga-bunga lainnya, yang mengubah pemandangan menjadi lautan berwarna-warni. Festival Tulip diselenggarakan setiap tahun di Noordoostpolder. Diadakan di tengah ladang tulip, festival bunga ini berlangsung mulai akhir bulan April sampai awal bulan Mei. Pasar bunga dan kebun terdapat dimana-mana. Aalsmeer, yang terletak dekat Amsterdam menjadi tuan rumah penyelenggaraan lelang bunga terbesar di dunia, yang sangat layak untuk Anda lihat. Jika Anda hanya ingin berkeliling di taman, pastikan Anda mengunjungi Keukenhof, yang merupakan taman bunga terbesar di dunia. Keukenhof terletak di sebelah selatan kota Harlem, dan Anda mungkin akan mengenalinya (jika Anda pernah melihat gambar ladang tulip,  itu mungkin Keukenhof). Festival tulip kerap dimasukkan dalam paket-paket perjalanan dan tur kelompok, dan kebanyakan taman tulip terletak di jalan-jalan yang  mudah diakses dengan transportasi publik.

13. ZAANSE SCHANS

Kincir angin pada awal keberadaannya di Belanda sekitar abad 13 berfungsi untuk mendorong air ke lautan agar terbentuk daratan baru yang lebih luas (polder) mengingat letak geografis Belanda yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Dengan perkembangan teknologi, sekitar abad 17 kincir angin digunakan juga sebagai sarana pembantu di bidang pertanian dan industri seperti memproduksi kertas, mengasah kayu, mengeluarkan minyak dari biji, sampai menggiling jagung. Jumlah kincir angin beberapa abad lalu sekitar 10.000 dan sekarang kurang lebih tinggal 1000 kincir angin. Sebagian kincir angin yang ada sekarang  masih berfungsi serta menjadi objek wisata yang sangat menarik. Setiap orang yang pernah berkunjung ke Belanda sudah bisa dipastikan akan mencari kincir angin.

Kebanyakan kincir angin yang tersebar di seluruh wilayah Belanda sekarang hanya berdiri sendiri (satu bangunan) di suatu lokasi daerah. Sedangkan yang merupakan kumpulan kincir angin ada di dua tempat dan sudah menjadi objek wisata yang terpopuler di Belanda, yaitu kawasan wisata yang dilestarikan atau dilindungi, Zaanse Schans di Provinsi Belanda Utara (Province North Holland) dan Kinderdijk di Provinsi Belanda Selatan (Province South Holland).

Kumpulan kincir angin di kawasan wisata Zaanse Schans nampaknya belum banyak dikenal warga Indonesia yang berkunjung ke Belanda. Padahal lokasinya hanya 30 menit perjalanan dengan mobil, bus, atau kereta api dari Bandara Schiphol Amsterdam atau 15 menit dari Centrum Amsterdam. Jarang orang Indonesia yang membicarakan keindahan objek wisata di Zaanse Schans terutama pemandangan kincir angin yang terletak berjajar di pinggiran sungai yang besar dan di tengah hamparan daerah pertanian yang hijau serta rumah-rumah tradisional Belanda.

Mengunjungi kawasan wisata Zaanse Schans yang dilestarikan ini selain menambah pengetahuan tentang fungsi kincir angin juga sekaligus mengenal dan menikmati keindahan daerah yang mempresentasikan cara hidup orang Belanda abad 17-18 atau dikenal juga sebagai “Open Air Museum”. Wisatawan bisa menikmatinya dengan berjalan kaki di sepanjang tepi Sungai Zaan, mengunjungi berbagai objek wisata di kawasan tersebut. Bisa juga dengan menaiki kapal wisata menyusuri sungai (Rondvaart) merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga yang hanya ada di negeri kincir angin ini.

Kawasan wisata Zaanse Schans terletak di wilayah pemerintahan Zaanstad yang ibukotanya Zaandam dan terkenal  juga sebagai kota industri pertama di Eropa. Kawasan wisata Zaanse Schan berada di kota Zaandijk yang berdekatan dengan Zaandam. Setiba di Zaandijk setelah menggunakan transporatasi kereta api yang berhenti di stasiun Koog aan de Zaan akan terlihat Sungai Zaan yang besar dan banyaknya kincir angin dengan aneka bentuk dan ukuran besar, kecil. Kemudian kita akan menghirup bau coklat yang sangat tajam dari suatu pabrik coklat yang juga sudah berumur ratusan tahun. Sebelum tiba di kawasan wisata Zaanse Schans akan melewati pemukiman yang sebagian besar rumahnya masih berasitektur kuno dan berwarna hijau (Oud Zaandijk) kemudian menyebrangi jembatan yang sangat modern, di mana salah satu bagian jalan jembatan akan terangkat ke atas apabila kapal laut yang berukuran besar akan melewati bawah jembatan.

Memasuki kawasan wisata Zaanse Schans tidak dipungut biaya dan langsung akan terlihat bangunan rumah kayu tradisional Belanda yang sudah berumur ratusan tahun (Zaanse Huisjes). Arsitektur unik khas Belanda  yang sebagian besar dinding rumah kayunya berwarna hijau dan dahulunya merupakan ciri khas rumah warga di wilayah Zaandstad.

Di pinggiran Sungai Zaan di kawasan wisata yang dilestarikan ini terdapat kumpulan kincir angin yang  bentuknya beraneka ragam dan setiap kincir angin itu mempunyai  fungsi nya masing-masing. Di sini bisa dilihat cara kerja kincir angin baik untuk keperluan mengeringkan lahan maupun keperluan industri dan pertanian. Di sepanjang Sungai Zaan yang dahulunya ada ribuan kincir angin, sekarang di kawasan Zaanse Schans tinggal 6 kincir angin yaitu De Huisman (pembuatan makanan saus Mustard), De Kat (pembuatan cat), De Gekroonde Poelenburg & Jonge Schaap (penggergajian kayu), De Zoeker & De Bonte Hen (pembuatan minyak). Ditambah 2 kincir angin yang kecil adalah De Windhond (pengasah batu) dan De Hadel (menguras air). Kincir-kincir angin ini pada musim dingin (winter) hanya dibuka untuk umum pada akhir pekan saja atau sesuai perjanjian kecuali Jonge Schaap yang buka setiap hari. Untuk masuk kedalam kincir angin dan melihat aktifitas produksinya dikenakan biaya. Sesungguhnya masih ada lagi kincir angin di luar wilayah kawasan wisata yang dilestarikan yang jumlahnya puluhan di wilayah Zaanstad ini.

Kincir angin merupakan bangunan tradisional  yang bentuknya  sangat unik sehingga terlihat mempesona ternyata mempunyai fungsi yang sangat berarti bagi kehidupan orang  Belanda dahulu dan sekarang.  Saat ini kincir angin sudah menjadi obyek wisata yang sangat menarik jika kita lebih mengenalnya  bersama dengan warisan budaya lainnya yang ada di Zaanse Schans.

14. VOLENDAM

Volendam adalah sebuah desa nelayan tradisional belanda yang terletak di propinsi Belanda Utara (Noord Holland). Tepatnya pada sebuah tanjung (daratan yang menjorok ke laut) di Kotamadya Edam-Volendam. Sebagai salah satu spot turis, Volendam sangat ramai apalagi pada hari libur. Tidak hanya wisatawan asing yang mengunjungi desa indah ini, tetapi juga warga Belanda sendiri.

Jaraknya sangat dekat dari kota Amsterdam, yaitu hanya sekitar 20 km. Dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari ibukota negeri kincir angin tersebut. Awalnya, tempat wisata yang cantik ini hanyalah sebuah pelabuhan bagi kapal-kapal ikan milik nelayan Belanda. Kini, keindahannya menjadi daya tarik luar biasa bagi para pelancong yang datang ke Netherlands. Deretan kios-kios dan gerobak mula-mula akan menyambut anda ketika tiba turun dari kendaraan bis pariwisata. Ada aneka barang yang dijual, mulai dari suvenir, bunga-bunga segar dan berbagai bibit bunga khas Belanda seperti bunga tulip, baju dan pakaian, hingga makanan seperti keju, roti, aneka kue, dan jajanan kecil lainnya. Dan bahkan, ketika melewati kios-kios di pasar tersebut saya menemukan sebuah kios yang menjual jajanan Indonesia seperti bakpao, risoles, dan sebagainya. Susunan rumah yang khas dengan bentuk dan warnanya menambah keindahan desa Volendam di Belanda dan menjadikannya objek wisata yang sangat ramai dikunjungi.

Tahukah anda jika seniman terkenal seperti Pablo Picasso yang berasal dari Spanyol itu dan Piere-Auguste Renoir yang berasal dari Perancis banyak menghabiskan waktu mereka di Volendam? Barangkali keindahan Volendam membuat mereka terpikat. Salah satu hal yang sangat menarik bagi para pengunjung di Volendam adalah kostum tradisional masyarakat Volendam. Bahkan saat ini, beberapa wanita yang sudah berumur lanjut yang tinggal di Volendam masih menggunakan pakaian tradisional itu dalam keseharian mereka, walaupun tentunya kini hanya tersisa sedikit dari mereka.

Ketika tiba di bagian desa Volendam yang langsung terbuka ke arah bibir pantai yang diberi siring dari batu, maka wajah kita akan tersapu angin laut. Lebih masuk ke arah keramaian Volendam, maka anda akan disambut deretan toko-toko penjual suvenir khas Belanda. Di antara deretan toko-toko suvenir anda dapat mencicipi makanan khas desa Volendam dari restoran-restoran yang selalu dipadati pengunjung. Menu andalan mereka adalah masakan berbahan dasar ikan.

Janganlah lupa untuk mampir ke salah satu studio foto untuk mengabadikan perjalanan wisata anda ke Volendam dengan menggunakan kostum tradisional nelayan Belanda yang berwarna merah cerah dipadu celana atau rok hitam dan clog (sepatu kayu). Jika anda berfoto dalam grup bersama teman-teman seperjalanan anda, maka dengan tangkas para fotografer akan menata anda semua untuk berfoto dalam setting seperti sebuah keluarga nelayan Volendam jaman dulu yang juga gemar bermusik sambil memegang alat-alat seperti akordion, ember, keranjang bunga, dan sebagainya. Mereka (para fotografer) itu akan menata dan mendandani anda dengan sangat cepat.

Setelah selesai di Volendam, kami shopping ke Batavia Staad Shooping Outlet, kemudian kembali ke hotel untuk beristirahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *