1. Albayzin Quarter, Granada
Albaicin atau Abayzín adalah museum outdoor yang terletak di seberang lembah Darro menghadap ke arah Alhambra yang merupakan kawasan muslim yang bertahan selama beberapa dekade. Di Albayzin, umat muslim yang berasal dari bangsa Moor mewariskan rumah-rumah indah dengan taman pada dindingnya. Rumah tersebut disebut dengan cármen dan membingkai gang- gang sempit berliku di Albaicin. Jalanan di sana tidak ada yang lurus, kawasan ini menyerupai sebuah labirin besar yang dapat membuat bingung para pengunjungnya.
Pemberontakan yang terus dilancarkan membuat Raja saat itu mengusir bangsa Moor. Pada masa itu sebanyak 30 mesjid di Albaicin, sebagian dihancurkan dan sebagian lagi dikonversi menjadi gereja. Seperti Colegiata del Salvador sebuah gereja pada abad ke-16 yang menempati bangunan masjid utama Albaicin.
Dalam 500 tahun akhirnya Albaicin memiliki mesjid baru bernama Mezquita Mayor de Granada. Letaknya di sebelah timur Mirador San Nicolás, mesjid tersebut diperuntukan bagi komunitas muslim yang populasinya semakin banyak di Granada.
Hal menarik lain adalah gerbang Arco de las Pesas yang merupakan benteng pertahanan dari abad 11. Dari gerbang tersebut kita dapat mengikuti jalan Callejon de San Cecilio hingga ke Mirador San Nicolás, terdapat panorama utama dari Albaicin. Pengunjung dapat melihat pemandangan indah Alhambra dan Sierra Nevada. Peninggalan bangsa Moor lain yang masih tersisa adalah menara masjid abad ke-11, Alminar de San Jose. Jika ingin berburu cinderamata, Calle Calderia Nueva menjajakan dari mulai sandal, sisha, hingga keramik tanah liat asal Afrika Utara.
2. Mezquita Mayor de Granada
Dulu “View Point” San Nicolás sangat terkenal, namun kami memilih view point baru untuk menyaksikan istana Alhamra, view point dimaksud adalah Mezquita Mayor de Granada atau disingkat Mesjid Granada terletak di kota Granada, provinsi Andalusia, selatan Spanyol.
Keindahan “View Point” ini tak terbantahkan, dengan Alhambra dan Generalife saling berhadapan, kota di kakinya, dan Sierra Nevada yang megah di belakangnya. Mirador terletak di lingkungan Albayzin dan terkenal dengan pesona sekitarnya, jalanan berbatu, rumah putih, bar tapas, dan orang-orangnya.
Masjid Granada merupakan masjid pertama yang dibangun di Granada setelah masa pemerintahan kerajaan Islam Granada di Spanyol habis dengan diusirnya Sultan Muslim terakhir di sana, Muhammad XII (Boabdil).
Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengusir sultan Arab itu tahun 1492, yang mengakhiri pemerintahan Muslim selama 800 tahun di Spanyol Selatan. Kompleks masjid itu terletak di satu puncak bukit yang menghadap Pegunungan Sierra Nevada dan istana Alhambra.
Masjid ini diresmikan tanggal 10 Juli 2003 setelah masa pembangunan selama 20 tahun, pembangunannya menyedot dana sebesar 4,5 juta dollar dan didanai oleh Emir dari Sharjah, negara Maroko, Turki, Libia, Brunei dan Malaysia. Pembangunan masjid itu menjadi sangat lama karena sempat menemui halangan antara lain diantaranya kematian penyandang dananya Raja Maroko Hassan dan ditemukannya peninggalan arkeologi yang menghentikan pembangunan masjid ini. Umat Muslim di Granada dengan sukacita menyambut pembukaan masjid ini, pasalnya ini merupakan masjid agung pertama di kawasan mereka setelah 500 tahun lamanya.
“Ratusan tahun lalu penjajah Spanyol datang ke kawasan kami dan membumihanguskan keturunan Muslim. Saat ini masjid agung telah dibangun, berarti sejarah memilukan itu harus kita kubur bersama demi menatap masa depan yang lebih cerah,” kata salah seorang warga Muslim Granada yang hadir dalam peresmian kala itu, seperti yang dikutip dari Telegraph.
Atas sejarah panjang itu, peresmian Masjid Granada sampai diberitakan secara luas oleh kantor berita dunia. Granada merupakan salah satu pusat penyebaran Islam di Eropa. Ratusan warga di sana merupakan Muslim taat.
Setiap salat Jumat dan sepanjang bulan Ramadan, masjid berarsitektur Spanyol-Arab ini selalu ramai dikunjungi jemaah. Ada tiga bagian yang bisa dikunjungi yakni taman, ruangan salat dan pusat kajian Islam. Selain yang berniat ibadah, banyak juga turis yang datang untuk mengenal sejarah dan arsitekturnya.
Masjid ini memang indah, berhadapan langsung dengan lembah Alhambram, sungai Darro, gunung Sabika yang merupakan komposisi pas untuk menatap matahari terbenam.
Sekretaris Jenderal Masjid Zacarias Lopez Rejon mengatakan pembangunan Masjid Granada dimulai pada 30 tahun lalu, bertepatan dengan masa ketika ayahnya memeluk Islam.
Kami menemui berbagai kesulitan selama pembangunan masjid. Prosesnya memakan waktu lama karena masalah finansial dan politik. Pada tahun 2003, masjid itu akhirnya diresmikan,” kata Rejon, seperti yang dikutip dari Anadolu.
Rejon lanjut mengatakan bahwa setiap bulan Ramadan ada kegiatan buka puasa bersama, pengajian sampai salat Tarawih yang digelar. Menu berbuka puasa di masjid ini ialah susu, kurma dan Sup Harira Maroko. Susu dan kurma disantap saat waktu berbuka, sementara Sup Harira Maroko disajikan setelah salat Tarawih.
Rejon menambahkan bahwa hingga saat ini Masjid Granada masih membuka pintu bagi mereka yang mau menyumbangkan dananya untuk pemeliharaan bangunan.
3. Flamenco Show
Kami menyempatkan diri menyaksikan pertunjukan tradisional Flamenco yang selalu menjadi sorotan dari setiap kunjungan wisatawan ke Andalusia. Pertunjukan live selama 1,5 jam berlangsung di Venta el Gallo yang terletak di salah satu tempat spektakuler Barranco de los Negros, 5 Granada.
Flamenco adalah sebuah pertunjukan musik dan tari yang berasal dari Spanyol. Kesenian ini berkembang di Andalusia sejak abad ke-14. Pada saat ini, kesenian Flamenco dipentaskan di panggung dengan iringan permainan gitar dan kastanyet pada pesta-pesta rakyat. Pertunjukan Flamenco mendapat penghargaan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tanggal 16 November 2010 di Nairobi, Kenya.
Flamenco dibawa dari India sebagai tarian istana Moor pada abad ke-14 dan kemudian dikembangkan oleh kaum Gipsi (Gitanos atau Flamencos) yang tinggal di Andalusia dengan memodifikasi gaya klasik. Seperti tarian India, Flamenco terbagi atas improvisasi dengan aturan-aturan ketat.
Intisari lagu dalam pertunjukan ini dinamakan cante, yakni menyanyi dengan diiringi gitar dan tarian dalam 3 buah kategori: cante jondo atau cante grande (besar, agung) yang berciri khas sedih dan berhubungan dengan tema-tema kematian, kesakitan dan religius untuk mengungkapkan keputusasaan dan penderitaan. Orang-orang Gipsi yang tertindas konon mengutarakan emosi dan suara penderitaan dengan sempurna. cante intermedio (menengah), memasukkan unsur-unsur yang mengharukan. cante chico (kecil), pertunjukan dengan tema cinta, kegembiraan dan kehidupan pedesaan.
Sedangkan, intisari tariannya dinamakan alegrias (agung), bullerias (humor), farruca (kuat dan beremosi).
Beberapa penari menggunakan kastanyet untuk menambah warna musik, namun ada pula penari yang tidak memakai alat musik tersebut karena dianggap dapat mengurangi keindahan tarian. Penari Flamenco mementaskan tarian dengan improvisasi dan gerakan penuh semangat untuk menciptakan pertunjukan yang enerjik dan menarik. Mereka mengenakan pakaian berwarna mencolok dan menari secara solo, berpasangan atau berkelompok. Pertunjukan tari meliputi gerakan kaki yang cepat, gerakan tangan yang gemulai, menepuk tangan, dan menjentikkan jari. Intisari pertunjukan Flamenco adalah menyanyi, menari dan memainkan alat musik. Menyanyi dinamakan cante flamenco dan bermain gitar dinamakan toque flamenco. Kadang-kadang musik dimainkan tanpa tarian.
Gerakan-gerakan khas tari Flamenco diperlihatkan dengan menjunjung tinggi lengan dan menyimpulkan tangan (filigrano), melengkungkan punggung dan menggerakan kaki secara ritmik (zapateado). Lagu dan tari diiringi oleh selingan palmadas ringan (tepuk tangan) dan pitas (jentikkan jari).
Para penari sering kali menari dengan menunjukkan duende, dimana mereka seakan-akan dirasuki emosi dari musik dan tarian. Duende ditampilkan pada saat pementasan cante jondo dalam suasana ilusif dengan menuangkan emosi dan impresi seperti gunung berapi yang akan meletus. Penari pria diharuskan menari dengan penampilan maskulin, sedangkan wanita menari dengan sikap tenang, bangga, dan dengan sensualitas yang terkendali.
Tarian dan musik diiringi dengan tepuk tangan, jentikkan jari, dan teriakan penyemangat (jaleo). Pemain gitar menampilkan compás (ritme dasar) dan memainkan irama sesuai dengan perubahan perasaan penyanyi atau penari. Walaupun banyak penari telah menggunakan kastanyet, para aficionados merasa bahwa hal tersebut agak mengurangi keindahan tarian dan mengganggu gerakan filigrano.
Pada abad ke-20, Flamenco dikembangkan dari bentuk tari rakyat solo menjadi bentuk seni teater oleh para penari seperti Pastora Imperio, La Argentina, Argentinita, Vicente Escudero, Carmen Armayo dan sebagainya.
“Venta El Gallo” 2001 mendapat Penghargaan Prestige Wisatawan karena meningkatkan citra kota dan berkolaborasi dengan promosi pariwisata, kualitas, inovasi, dan kerja. Penghargaan turis Granada dibuat oleh Dewan Umum Badan Pariwisata Provinsi Granada, yang akan menjadi diberikan kepada perusahaan, lembaga atau orang yang menonjol untuk kegiatan wisata mereka di provinsi tersebut.
Didirikan pada tahun 1977 oleh Juan Heredia, “Juanillo” adalah putra dari bailaora mitos Antonia “la Gallina”, salah satu artis yang dipilih Vicente Escudero untuk tur Amerika Utaranya selama tahun 1930. Dia memulai karir seninya sebagai gitaris di Sacromonte zambras mengiringi seniman paling terkemuka saat itu. Di atas segalanya, sorot pembelaan gigih yang selalu dia buat tentang Sacromonte sebagai lingkungan budaya dan seni, yang selalu dia hargai, terus-menerus mencela pengabaian yang dilakukan institusi kepadanya (episode protesnya terhadap politisi terkenal). tentang hak-hak kaum gipsi, yang membuatnya mendirikan dan mempromosikan asosiasi gipsi “camelamos naquerar” “Sacromonte bersejarah” atau “persatuan romaní”.
4. The Alhambra Palace, Granada
Istana Alhambra adalah pusat kekuasaan Dinasti Bani Ahmar, yang merupakan dinasti Islam terakhir di Andalusia. Istana ini menjadi saksi bisu kejayaan dan juga kehancuran imperium Islam di Andalusia. Pada tahun 1232, Sultan Muhammad bin Al-Ahmar membangun sebuah istana yang indah di sebuah bukit bernama La Sabica, di kota Granada, Spanyol. Istana ini kemudian dikenal dengan nama Alhambra. Dalam bahasa Arab artinya Istana Merah, karena dinding Istana ini yang berwarna kemerah-merahan.
Istana Alhambra terletak di titik paling strategis kota Granada, pada ketinggian 150 meter. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan seluruh kota hingga sejauh mata memandang. Luas komplek Istana Alhambra sekitar 14 hektar, dikelilingi oleh benteng-benteng dengan pola tidak beraturan.
Catatan tertua tentang keberadaaan situs ini ditulis tahun 889 oleh seorang bernama Sawwar bin Hamdun. Dalam catatan tersebut dikisahkan, bahwa ketika terjadi perang sipil di masa kekhalifahan Bani Umayyah di Cordoba, Sawwar mencari perlindungan di sebuah benteng bernama Alcazaba. Saat ini, Alcazaba diyakini sebagai tempat pertama dan bangunan tertua yang didirikan di areal tempat dimana Alhambra kemudian berdiri. Selain itu, Alhambra merupakan satu-satunya kota peninggalan kerajaan Romawi yang masih hidup dari zaman keemasan islam dan sisa Dinasti Nasrid, kerajaan Islam terakhir di Eropa Barat.
Secara garis besar, Istana Alhambra dibagi menjadi tiga bagian, yang ketiganya dibangun pada era pemerintahan yang berbeda. Bagian pertama, dikenal dengan nama Mexuar. Berdasarkan catatan Ibn Zamrak, penyair terkenal era pemerintahan Bani Ahmar, bangunan tersebut dibuat oleh Sultan Muhammad I atau Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf bin Nasr. Istana ini dipilih sebagai tempat tinggal utamanya sekaligus sebagai ruang kerjanya. Bagian interior bangunan Maxuar sudah banyak ditambahkan dan dilakukan renovasi. Namun, bagian dalam bangunan tampak masih utuh dan mengekspresikan cita rasa arsitektur Islam. Seperti empat pilar dan kolom yang ada di dalamnya, kaligrafi dengan tulisan kufi di dinding, serta corak marmer yang juga menempel di dinding Mexuar.
Bagian kedua, bernama Istana Comares (The Comares Palace). Ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan situs di komplek Alhambra. Karena di aula istana inilah singgasana sultan berada. Sebagian besar pembangunan istana ini dilakukan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Yusuf I, dan diselesaikan hingga sempurna oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad V. Dari segi interior, terdapat dua ikon khas istana tersebut, yaitu kolam besar yang terletak di tengah-tengah istana, bernama Arrayan (Patio de Los Arrayanes), dan Menara Comares, yang merupakan menara terbesar dari keseluruhan menara yang ada di komplek Alhambra. Menara Comares terletak di sisi utara Istana Comares. Tinggi menara ini mencapai 45meter yang strukturnya bersambung dengan benteng. Di dalam menara ini terdapat sebuah aula terbesar dari semua ruangan yang ada di Alhambra bernama “Embajadores”. Aula ini digunakan sebagai ruang kenegaraan untuk menerima tamu negara.
Bagian ketiga dari Istana Alhambra adalah Istana Singa atau Palacio de los Leones. Istana Singa ini merupakan mahkota dari keseluruhan keindahan yang ada di Alhambra. Istana ini dibangun oleh Sultan Muhammad V sebagai rumah peristirahatnnya. Letaknya tepat bersebelahan dengan Istana Comares. Pada masa Islam berkuasa, tidak ada jalan yang menghubungkan kedua bangunan ini. Barulah ketika Katholik berkuasa, dibuat jalan yang menghubungkan keduanya. Dinding Istana Singa dipenuhi dengan dekorasi kaligrafi bercorak Kufi. Kaligrafi tersebut berisi puisi-puisi karya tiga penyair terkenal Alhambra, yaitu Ibn al-Yayyab (1274-1349), Ibn al-Jatib (1313-1375) dan Ibn Zamrak (1333-1393). Di antara para penyair tersebut, Ibn Zamrak dianggap sebagai penyair Alhambra yang paling populer. Semasa hidupnya, Ibn Zamrak juga sempat menjabat sebagai sekretaris kanselir kerajaan dan perdana menteri.
Ikon dari seluruhan keindahan seni di istana ini adalah kolam air mancur atau Patio de los Leones. Air mancur tersebut dihiasi dengan 12 patung singa yang melingkar. Dari mulut patung-patung singa tersebut akan keluar air yang memancur. Di samping sebagai ikon hiasan istana, air mancur dari mulut singa tersebut akan mengalir ke empat penjuru mata angin yang berujung pada teras empat ruangan utama di Istana tersebut. Yaitu The Sala de las Dos Hermanas (“Hall of the Two Sisters”) di bagian utara, The Hall of the Abencerrajes di bagian selatan, The Hall of The Kings (The Sala de los Reyes) di bagian timur, dan The Court of the Lions (Sala de los Mocdrabes) di bagian barat.
Pada tahun 1984, Alhambra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO bersama dengan dua situs islam lainnya, seperti Albaicín (atau Albayzín) dan Taman Generalife. Istana Alhambra memiliki bentuk tidak beraturan yang dikelilingi benteng pertahanan.
The Generalife Gardens
Generalife adalah bekas istana dan warisan negara yang dibangun oleh penakluk muslim yang menduduki bagian semenanjung Iberia dari abad 8. Ini merupakan bagian dari gabungan bangunan yang termasuk Alhambra dan Albayzín yang terkenal di dunia di kota Granada Spanyol. Hari ini terbuka untuk umum dan menarik ribuan pengunjung setiap tahun yang datang untuk mengagumi keindahan taman situs Warisan Dunia UNESCO.
Generalife pertama dan terutama dirancang sebagai tempat istirahat bagi sultan dan emir yang tinggal di istana Alhambra. Meskipun beberapa bentuk istana atau benteng telah ada di daerah tersebut sejak sekitar abad 8, tidak sampai abad 13, Alhambra diubah menjadi istana kerajaan dan Generalife dibuat, kemungkinan besar pada masa pemerintahan Muhammad III. Dalam desain aslinya, bangunan utama sederhana dikelilingi oleh Taman Jardín de la Sultana atau Sultana’s Gardens, serta Patio de la Acequia atau Water-Garden Terrace. Taman-taman adalah contoh utama arsitektur Moor, yaitu dari Emirat Nazari yang memerintah atas Granada dari abad 13 ke abad 15. Hari ini dapat disaksikan salah satu taman Moor terbaik yang masih terawat di Spanyol.
Patio de la Acequia terdiri atas empat bagian dan dilalui oleh Acequeia Reial, kanal air sepanjang enam kilometer yang digunakan untuk mengairi taman Alhambra dan Generalife. Selain kebun-kebun hias, selama Abad Pertengahan ada juga sejumlah kebun pertanian yang digunakan untuk menanam buah dan sayuran. Beberapa desas-desus mengatakan bahwa nama istana itu sendiri dapat berasal dari bahasa Arab Yannat al-Arif yang berarti ‘Taman Arsitek’, meskipun asal yang tepat dari nama tersebut tetap diperdebatkan. Tahun 1984 Generalife dianugerahi status Situs Warisan Dunia di samping istana Alhambra dan bersama-sama mereka membentuk salah satu warisan yang paling penting dari arsitektur dan desain Moor di Spanyol.