Mesir – Patung Sapi Samiri

Di dalam al-Quran surah Thaahaa ada menyatakan kisah Nabi Musa dan kaumnya yang disesatkan oleh seorang lelaki bernama Samiri semasa Nabi Musa pergi bermunajat kepada Allah swt di Bukit Sinai. Samiri digambarkan dalam al-Quran sebagai lelaki yang bertanggung jawab mengukir patung sapi emas untuk menjadi bahan sembahan kaum Bani Israil. Patung sapi betina yang diukir oleh Samiri memiliki kuasa ajaib sehingga mampu mengeluarkan kata-kata dan suara. Akibat tertarik dengan patung tersebut, hampir seluruh kaum bani Israil lupa terhadap pesan Nabi Musa untuk kekal menyembah Allah yang Esa.

Kesesatan kaum Bani Israil bagaimanapun tidak mampu ditangani oleh adik kandung Nabi Musa yaitu Nabi Harun. Diriwayatkan, sebelum Nabi Musa pergi ke Bukit Sinai, Nabi Harun telah diamanahkan oleh Nabi Musa untuk membimbing kaumnya. Namun keras batunya kaum yang paling banyak diceritakan dalam al-Quran ini tidak mampu dinasihati oleh Nabi Allah Harun. Bahkan, Harun dicerca oleh kaumnya sendiri. Bergitulah hebatnya tipu Samiri yang mampu memorak-porandakan keimanan kaum Bani Israil.

Dalam surah Thaahaa, ada dialog dengan nada agak keras antara Nabi Musa a.s terhadap Samiri. Digambarkan, Samiri adalah lelaki yang cukup berani dan pandai berkata-kata sehingga dialog antara mereka berdua tidak menampakkan kekakuan Samiri. Samiri melontarkan kata-katanya dengan cukup yakin dan obsesi terhadap ilmu sihirnya.

ayat 95. Berkata Musa : “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”

ayat 96. Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.”

ayat 97. Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Surah Thaahaa ayat 95-97

Dalam ayat 95, Nabi Musa telah bertanya kepada Samiri dengan nada yang keras dan bersifat mengancam. Kemudian, pada ayat 96, ahli tafsir muktabar seperti Ibnu Kathir(1301-1373) dan Ath-Tabari (838–923) berpendapat bahawa Samiri telah membuka rahasia ilmu sihirnya. Pada ayat ‘Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Ibnu Kathir dalam tafsir ulungnya telah memberi penjelasan bahwa Samiri telah melihat malaikat jibril datang dengan kuda tunggangannya, Haizum untuk membinasakan Firaun sedangkan kaum Bani Israil tidak melihatnya.

Besar kemungkinan ia terjadi semasa Nabi Musa dan Bani Israil melarikan diri secara besar-besaran dari bumi Mesir. Akibat kekalutan tersebut, kaum Bani Israil yang beribu-ribu orang tidak menyedari kehadiran Jibril yang menyerupai manusia.

Pada ayat “aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya”, Ibnu Kathir memberi penjelasan yang antara lain menerangkan bahwa jejak rasul tersebut adalah jejak kuda tunggangan Malaikat Jibrail. Ia diterima secara umum oleh ahli-ahli tafsir lain selepas Ibnu Kathir.

Apa dimaksudkan dengan segengam dari jejak rasul itu adalah Samiri telah mengambil segenggam tanah yang dipijak oleh kuda Maiaikat Jibril. Menurut ulama tafsir terkemuka Mujahid, segenggam tanah berarti sepenuh telapak tangan. Samiri kemudian menggunakan ilmu sihirnya untuk membentuk sapi emas yang mampu mengeluarkan suara.

Dalam ayat 97, ada ayat yang berbunyi, “Janganlah menyentuh (aku)”. Menurut Ibnu Kathir, Samiri telah diusir dari khalayak ramai ditambah lagi, hukuman di akhirat pasti lebih dashyat dengan siksaan api neraka buat selama-lamanya.

Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab Sirat ar-Rasulullah, meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zhufar.

Dari Qatadah ibnu al-Nu’man, salah seorang sahabat besar Rasulullah saw daripada golongan Ansar telah berkata, “Samiri berasal daripada negeri Samir (Sumaria)

Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur’an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas.

Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin.

Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan)…..(QS. Al-A’raaf: 148)